04

71 28 278
                                    

- Toxic life -

Matanya perlahan terbuka ketika cahaya matahari mengintip dari celah jendela kamar Zia. Sontak gadis itu bangkit dari tidurnya, lalu mengambil handuk serta seragam sekolah kemudian berlari keluar kamar dengan tergesa.

Saat dikamar mandi, kaki kiri Zia sudah masuk kedalam lantai kamar mandi, namun ada satu kaki lagi yang ikut masuk. Tidak ini bukan kaki Zia, melainkan kaki Naufan yang juga hendak memakai kamar mandi–terlihat ia juga membawa handuk.

"Gue dulu" kata Zia sembari mendorong Naufan hingga keluar.

"Dih apa-apaan lu? Gue dulu!" kata Naufan tak mau kalah dengan menarik tubuh Zia hingga keluar kamar mandi.

"Gue yang sampe duluan!" balas Zia.

"Gue duluan!"

"Gak. Gue duluan!"

Karena sibuk berceloteh didepan kamar mandi, mereka tak sadar ketika pintu kamar mandi itu tertutup menandakan ada orang didalamnya.

"Biar adil gue duluan, haha" ucap Reno dari dalam.

Sontak Zia dan Naufan melotot bersamaan, "kurang ajar ya lo!" ujar Zia emosi.

"Reno bangke!" ujar Naufan.

Sedangkan orang yang mendapat umpatan itu hanya tertawa saja dari dalam sana.

Seketika Zia menyesali perbuatannya yang lupa memasang alarm yang seharusnya berbunyi ketika subuh tadi.

"Bikin makanan sono, gue laper" suruh Naufan sambil melirik Zia yang bersandar pada tembok disampingnya–masih didepan kamar mandi untuk menunggu Reno keluar dari dalam.

"Bikin aja sendiri" balas Zia acuh dengan melipat tangan di dada.

"Gue nyuruh lo, jangan malah nyuruh balik" sunggut Naufan.

"Bacot banget si lo!"

"Dih malah–"

Sreett

Pintu kamar mandi terbuka dan menampilkan sosok laki-laki bertelanjang dada dengan handuk yang melingkar dipinggangnya.

Dengan cepat Zia menarik paksa Reno untuk segera menyingkir sampai laki-laki itu kaget, lalu Zia langsung masuk kedalan sebelum didahului Naufan, "anjing, kaget gue" kata Reno.

"Zia! Kampret ya lo. Gue mau boker asu!" teriak Naufan sembari menggedor-gedor pintu kamar mandi itu dengan keras.

"Semakin lo berisik, semakin lama gue didalem" ucap Zia santai.

"Ck! Awas aja kalo sampe lama. Gue dobrak nih pintu" setelah itu Naufan mengalah dan memilih untuk menunggu dengan perasaan kesal setengah mati.

Sepuluh menit berlalu, dan saat itu pula Zia keluar dari kamar mandi dengan mengenakan seragam sekolah lengkap, tak lupa handuk yang melilit rambutnya.

Naufan berdecak kesal, lalu mendorong tubuh Zia kasar supaya tidak menghalangi jalannya.

Zia memutar bola matanya malas, enggan berdebat lebih dengan kakaknya lagi. Ia memutuskan pergi ke dapur untuk membuat sarapan.

Masih mengenakan handuk dikepalanya, Zia bergerak lincah di dapur sembari membuat menu sarapan pagi ini. Sederhana, hanya nasi goreng dan telur ceplok.

Menjadi perempuan satu-satunya dirumah ini yang memaksa Zia untuk melakukan pekerjaan rutin seperti ini. Sangat merepotkan, namun Zia harus melakukannya sebagai rasa tanggung jawab.

KenZiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang