Beberapa hari telah berlalu dan hari ini adalah awalan aku masuk di SMK. Sama seperti tahun sebelumnya di SMP. Pasti ada MOS setiap tahunnya untuk angkatan baru. Kali ini aku sedang berada di salah satu ruangan yang lumayan besar dan luas. Muat untuk seribuan orang mudahnya.
Aku sudah membawa bekal yang dibutuhkan untuk acara MOS. Dari yang namanya kursi goyang, cacing menggeliat, cokelat lebih baik, buah putri salju, dan air desa. Saat mendengar itu semua awalnya memang bikin kesal. Akan tetapi, sudah terpecahkan semuanya.
Acara hari ini berjalan dengan lancar dan tiba di saat permintaan untuk mengeluarkan bekalnya. Panitia menyebutkan satu persatu dan para siswa baru mengangkat barangnya. "Yang pertama, kursi goyang. Tolong diangkat barangnya." Salah satu panitia itu menginstruksi.
Ketika diangkat ternyata ada yang membawa pisang, teh celup, dan kertas bertulisan kursi goyang. Jawaban aslinya adalah kertas karton yang bertulisan kursi goyang. Teman-teman yang tidak membawa itu atau salah barangnya hanya diberi peringatan di kartunya. Selanjutnya adalah jawaban teka-teki dari air desa.
Diangkatlah air mineral berbagai merk. Dari aqua, buya, anda, dan merk lainnya. Akan tetapi, tetap saja ada yang tidak membawa. Yang tidak membawa hanya dikasih peringatan tertulis. Teka-teki ketiga adalah cacing menggeliat yang memiliki arti mi goreng yang sudah dimasak.
Semuanya pada membawa mi goreng tetapi ada yang tidak dimasak. Jadi buat yang tidak dimasak hanya diberi tanda kuning saja. Teka-teki keempat adalah buah putri salju. Jawaban dari teka-teki itu adalah buah apel. Semuanya membawa dan tidak ada yang tidak membawa. Jadi untuk teka-teki ini aman. Sedangkan jawaban teka-teki terakhir yaitu cokelat lebib baik yang artinya adalah cokelat better.
Semua benar dan tidak ada yang salah. Hingga acara sudah berada di penghujung penutupan. Acara MOS pun berakhir sudah hari ini. Besok sudah berbeda lagi teka-tekinya. Jadi dari kakak panitia membubarkan acaranya hari ini.
Aku pulang naik angkutan umum. Hari pertama ini tampak ramai sekali karena sekolah tidak mengizinkan membawa sepeda motor pada hari pertama. Jadi banyak yang naik angkutan umum.
Setibanya di rumah, aku membersihkan diri sebentar dan mengistirahatkan. Setelah merasa cukup istirahat. Aku ambil sapu dan memulai menyapu lantai. Lalu mengepel lantai seperti biasa.
Saat selesai semuanya, tiba-tiba Nenek berkata kepada Ibu yang tengah memotong wortel. "Bibah, tahu enggak tadi itu si Fariza enggak mau nyuapin adeknya. Enggak mau urus adeknya. Bahkan angkat jemuran juga enggak mau." Dengan nada khasnya yang membuat hati memanas.
Aku yang merasa diobrolkan hanya bisa diam saja. Karena aku sudah terlalu lelah melewati hari ini. Jadi pasrah mau dimarahi sama ibu atau tidak. Aku tidak begitu peduli dengan semuanya.
Sedangkan respon Ibu hanya melirik ke arahku tajam sambil melanjutkan memotong wortelnya. Aku yang ditatap hanya bisa membatin, "Sabar, Za. Bukankah hal ini sudah biasa dan sering terjadi? Jadi sabar saja, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Accounting Dilemmas [TERBIT]
Non-FictionBlurb: Tidak semua anak memiliki nasib yang sama. Adakalanya dia harus tersiksa oleh keadaaan. Seperti halnya diriku, rasanya ingin menyerah, dan mengakhiri hidup. Akan tetapi, aku tidak bisa mau menyerah begitu saja, apalagi ada mimpi yang harus ku...