💰DAFTAR ULANG💰

9 1 0
                                    

Beberapa hari telah berlalu dan hari ini adalah hari di mana penentuan diterima atau tidaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa hari telah berlalu dan hari ini adalah hari di mana penentuan diterima atau tidaknya. Sekarang aku tengah berangkat menuju SMK ditemani Ayah tentunya. Setibanya di SMK, aku diajak Ayah untuk langsung mencari namaku di papan pengumuman. Sampai di papan pengumuman sudah tertera jelas namaku di sana.

Aku menatap ke arah Ayah, raut wajah Ayah tampak biasa saja. Akhirnya kami pun pergi ke ruangan untuk menanyakan berkas apa saja yang dibutuhkan saat daftar ulang. Di sana tampak ramai dan padat sekali. Mau lewat saja tidak bisa. Maklum saja, hari ini semua siswa dan wali murid berdatangan, jadi ramai  dan padat itu sudah pasti. Selepas itu, aku dan Ayah langsung pulang ke rumah.

Sampai di rumah, aku letakkan tas, dan mulai menyiapkan beberapa kertas buat pendaftaran ulang besok. Merasa sudah selesai semua, aku keluar dari kamar, lalu mengambil sapu. Aku pun melakukan aktivitas seperti biasanya.

"Ibumu sudah pulang?" tanya Nenek kepadaku yang tengah menyapu lantai.

"Belum." Aku sambil melanjutkan menyapu.

Beberapa menit kemudian, Ibu sudah sampai di rumah diantar oleh Pak Ojek. Dengan keadaan lelah dan pusing, Ibu menuju kamarnya. Niat hati mau istirahat, tiba-tiba Ibu dipanggil oleh Nenek.

"Bibah," panggilnya ke Ibu yang membuat ibuku langsung bangkit dari tidurnya.

"Apa?!" jawab Ibu dengan nada sedikit keras.

Aku yang memang sudah biasa dengan keadaan seperti ini, hanya bisa mengehela napas sebentar sembari menyelesaikan aktivitas menyapuku. Sedangkan Nenek ,langsung menghampiri Ibu yang ada di kamar.

"Pesananku tadi kamu bawakan enggak?" tanya Nenek kepada Ibu.

Ibu yang mendengar pertanyaan Nenek langsung menunjukkan reaksi kaget. Aku yang sedang menyapu di kamar Ibu, melihat reaksi kagetnya Ibu. Pasti lupa, batinku. Lalu, aku pergi meninggalkan kamar Ibu dengan masih membawa sapu.

"Astagfirullah. Aku lupa," jawabnya yang masih bisa aku dengar.

"Kamu itu, ya. Dikasih titipan kok malah dilupakan. Kalau begini, aku harus bagaimana? Mana gula batunya sudah habis semua," gerutu Nenek di depan Ibu, lalu pergi meninggalkan Ibu dengan perasaan kesal.

Sedangkan aku yang tahu ini akan terjadi, hanya bisa mengehela napas sambil beristighfar. Perang dunia kesekian kalinya akan terjadi, batinku, lalu pergi ke arah dapur untuk mengambil alat pel lantai.

"Terus, terus! Gitu aja terus. Orang sini juga lagi capek. Capek kejar setoran, ditambah harus menghadapi orang tua satu ngambek terus. Fariza! Sudah ngepel belum? Kok lantainya masih kotor banget," cerca Ibu kepadaku dengan nada keras.

Aku yang mendengar teriakan Ibu langsung membatin, "Astagfirullah, selalu saja aku yang jadi sasarannya. Marahnya ke siapa, yang jadi pelampiasan siapa. Serba salah jadi anak." Segeralah aku datang ke Hadapan ibu membawa alat pel.

Accounting Dilemmas [TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang