“Fariza! Bangun. Shalat, terus mandi. Hari ini pertama sekolah,” teriak Ibu dengan keras.
Tepat pukul 04.35 WIB suara Ibu sudah menggelegar dan membangunkanku. Aku langsung bergegas bangun dan shalat. Selesai shalat, aku mencuci piring dan menyapu lantai sebentar. Aku rasa semua sudah selesai, aku pun mengambil handuk lalu pergi ke kamar mandi. Belum sempat menaruh handuk di gantungan kamar mandi. Ibu sudah teriak,“Fariza!”
Aku pun datang menghampiri Ibu yang tengah sibuk menggoreng ikan. “Itu cabainya enggak kamu buat sambal! Kalian kalau makan tidak ada sambal pasti marah-marah. Sana cabainya dibuat sambal!” perintah Ibu dengan nada khasnya.
Aku pun bergegas mengambil cabai dan membuat sambal tanpa protes. Selesai buat sambal, barulah aku mandi. Beberapa menit kemudian aku sudah selesai mandi dan memakai seragam SMK. Tidak lupa dengan hijab yang kukenakan, lalu aku pergi ke meja makan untuk sarapan.
Hening dan tidak ada percakapan di meja makan. Setelah sarapan, aku mencuci piring lalu bersiap memakai kaus kaki, tidak lupa juga dengan sepatu dan dasi. Merasa semua sudah siap dan tidak ada yang tertinggal. Aku bergegas menuju Ayah yang sudah ada di depan.
Beliau sudah menantiku sejak tadi, karena takut terlambat. Segeralah aku naik ke sepeda motor, Ayah pun melajukan motornya. Di jalan tidak ada pembicaraan antara kami, hanya ada suara kendaraan yang berlalu lalang menyalip kami.
Tidak butuh waktu lama, kami pun sudah sampai di SMK. Aku turun dari motor tidak lupa berpamitan kepada Ayah, aku pun masuk ke ruang kelas yang ada di bawah. Masih sepi dan hening hari ini. Belum ada siswa yang hadir di sekolah. Mungkin hanya satu atau dua orang tetapi bukan di ruang kelasku.
¬¬¬¬Accounting Dilemmas¬¬¬¬
Aku ambil sapu, lalu menyapu kelas dan merapikan beberapa meja yang berantakan. Setelah itu aku duduk di bangkuku. Selang beberapa menit kemudian, teman-temanku sudah datang dan duduk di bangku masing-masing. Masih ada rasa canggung di antara kami. Jadi, tidak banyak pembicaraan yang mengisi ruangan ini.
“Za,” panggil Ririn teman sebelah bangkuku.
Aku yang semula duduk dan menatap arah luar kelas, langsung menoleh ke arahnya. “Iya, ada apa?” balasku dengan menampilkan senyuman.
“Tidak ada, hanya saja jangan melamun, ya. Kamu mikirin apa?” ujarnya dengan lembut dan beralih ke tempatnya Atma—teman sebangkuku.
“Tidak juga. Hanya melihat arah luar saja, kok.” Aku sambil tersenyum ke arahnya. Selamat datang di dunia baru, Za. Di mana kamu akan mengalami banyak hal yang membuatmu harus terlihat baik-baik saja. Sementara hati dan pikiran sedang kacau sekali, batinku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Accounting Dilemmas [TERBIT]
Non-FictionBlurb: Tidak semua anak memiliki nasib yang sama. Adakalanya dia harus tersiksa oleh keadaaan. Seperti halnya diriku, rasanya ingin menyerah, dan mengakhiri hidup. Akan tetapi, aku tidak bisa mau menyerah begitu saja, apalagi ada mimpi yang harus ku...