Hari ini aku mendaftar jadi anggota pramuka. Saat jam istirahat, aku mendatangi kakak kelas yang mengurus pendaftaran di ruangannya. Aku pun mulai mengisi formulir pendaftaran anggota baru. Semula aku datang sendirian ke sini, menit berikutnya aku mendengar suara yang tidak asing di telingaku.
Aku pun spontan menoleh ke arahnya. Dia yang melihatku, menampilkan senyuman di wajahnya. Aidan lagi? Dia serius mengikutiku? Batinku dengan tatapan masih melihatnya. Setelah itu, aku kembali fokus ke formulir pendaftaran.
Selepas mengisi formulir pendaftaran anggota baru, aku pergi ke kelas sendirian. Namun, tiba-tiba ada yang menarik tanganku. Hal itu membuatku langsung melihat siapa yang memegang tanganku, ternyata Aidan yang sedang memegang tanganku. Reflek, aku langsung melepaskan tangannya dari tanganku.
“Ada apa, Dan?” tanyaku dengan nada datar.
Dia tersenyum, lalu berucap, “Mari kembali ke kelas bersama.”
Aku yang mendengar ucapan Aidan merasa merinding. Segeralah aku meninggalkannya sendirian di belakang. Dengan langkah kaki yang cepat, akhirnya aku sampai di kelas lebih dulu dari Aidan.
“Kamu kenapa, Za?” tanya Atma yang melihatku ngaos-ngosan.
Aku langsung duduk di bangkuku, lalu menarik napas panjang dan mengeluarkannya pelan-pelan. “Biasa, Aidan selalu mengikutiku.” Aku sambil mengambil botol minuman di tas.
“Suka mungkin sama kamu. Makanya peka, dong.” Setelah mengucapkan itu, Atma langsung pergi dari tempat duduknya.
Aku tidak menghiraukan apa yang dibilang Atma. Aku fokus dengan minuman di botolku. Lima belas menit berikutnya, Aidan sudah tiba di kelas bersama Pak Guru yang ada di ruang TU.
“Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh. Mohon minta waktunya sebentar,” ucap Pak Guru tersebut di depan kelas. Aku dan teman-teman lainnya pun fokus ke arah Pak Guru.
“Bapak di sini hanya mau menginformasikan saja, bahwa telah dibuka pendaftaran beasiswa dari sekolah bagi siswa yang kurang mampu. Bagi kalian yang minat untuk mendaftar, bisa dilengkapi persyaratannya. Apa saja itu? Yang pertama, membawa fotokopi KK dan KTP kedua orang tua, masing-masing satu lembar, Kedua, akte kelahiran. Dan terakhir, yaitu surat keterangan tidak mampu dari desa. Apa ada yang ingin ditanyakan?” jelas Pak Guru tersebut dengan diakhiri pertanyaan.
“Pak, itu siapa saja boleh daftar?” tanya Elina kepada Pak Guru sambil mengangkat tangannya.
“Umum, ya. Siapa saja boleh ikut daftar, tapi nanti akan diseleksi kembali. Biasanya diambil kurang lebih lima atau sepuluh per kelasnya,” jelasnya lagi yang dibalas anggukan kepala oleh semuanya.
“Apa ada yang ingin ditanyakan lagi?” tanyanya kepada kami.
Serentak kami pun menjawab, “Tidak, Pak. Kami sudah paham.” Pak Guru pun keluar dari kelas kami menuju kelas lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Accounting Dilemmas [TERBIT]
Non-FictionBlurb: Tidak semua anak memiliki nasib yang sama. Adakalanya dia harus tersiksa oleh keadaaan. Seperti halnya diriku, rasanya ingin menyerah, dan mengakhiri hidup. Akan tetapi, aku tidak bisa mau menyerah begitu saja, apalagi ada mimpi yang harus ku...