Laki-laki itu berjalan mendekat kearah Alhea. Alhea ingin mundur, tapi rasanya otot tubuhnya tak berfungsi, dia hanya mematung mengawasi laki-laki yang ada di depannya.
Saat sampai di depan Alhea, laki-laki itu menatap tajam mata hijau zamrud milik Alhea.
"Kau keturunan Castor ?" Tanya laki-laki tersebut.
"Hah kepana? Apa? Bagaimana kau bisa tau?" Tanya Alhena beruntun.
Laki-laki tadi tak menjawab pertanyaan beruntun Alhea, ia kembali menatap Alhea dan mengamati gadis tersebut hingga memutari tubuhnya.
"Kurasa aku bisa memanfaatkanmu"
"Apa!!?" Ujar Alhea syok. "Apa-apaan orang ini!! Aku saja masih ketakutan dengan situasi ini dan dia dengan entengnya malah menambah beban pikiranku" lanjut Alhea membatin.
Saat Alhea masih berkutat dengan pikirannya tiba-tiba rentetan cerita masuk ke dalam otaknya. Itu adalah rentetan cerita yang ada di dalam buku yang Alhea temukan sebelumnya di rumah Oma nya.
"Aakkhh!!" Pekik Alhea memegangi kepalanya, ia terus saja menggeleng-gelengkan kepala berusaha mengusir rasa rakit yang tiba-tiba menyerang kepalanya.
"Itu tadi apa? Aku mendapat semacam clue, potongan kejadian atau ramalan masa depan?" Tanya Alhea lebih kepada dirinya sendiri.
Dan laki-laki di depannya hanya diam dengan tatapan tajam yang tak lepas dari Alhea membuat gadis itu sedikit meringis.
"Kurasa kau sedikit cocok jika ku jadikan budak"
Mata Alhea melotot mendengar perkataan laki-laki di depannya.
"Apa katanya tadi? Budak? Benar-benar laki-laki bajingan" batin Alhea.
Alhea hampir saja melayangkan umpatannya tapi ingatannya tertuju pada cuplikan alur cerita yang dia dapatkan tadi. Pria di depannya ini seorang tokoh antagonis dari buku tua itu. Bahkan dia sekejam iblis.
Alhea mengatupkan kembali bibirnya. Dia memilih bungkam daripada kepala di penggal nanti.
Sekarang pikirannya mencari cara agar bisa terlepas dari iblis di depannya ini.
Rrrraaaaa tsssss aggrrssshhh.....
Terdengar raungan yang memekakkan telinga hingga burung-burung yang berada di hutan itu berterbangan.
"Astaga apa lagi ini" mata Alhea berkeliaran mengawasi sekitar dengan was-was.
"Itu suara Ghouile" jawab pria di depan Alhea dengan nada datar.
"Gho apa?" tanya Alhea tak mengerti.
"Dia monster pemakan daging manusia" ucapnya masih dengan nada datar.
"Astaga!!" mata Alhea melotot dan hampir keluar jika saja mata itu tak permanen tertanam di dalam kelopak matanya.
"Dan kenapa juga kau terlihat sangat santai jika tau yang meraung tadi monster pemakan daging manusia?" tanya Alhea tak habis pikir.
"Mudah saja. Aku menunggangi cimera yang bisa berlari ratusan mil hanya dengan beberapa jam" ucapnya cuek.
"Astaga benar juga. Lalu sekarang bagaimana nasipnya" batin Alhea terus saja berfikir.
Laki-laki tadi menjauh dari Alhea dan dengan segera menunggangi hewan aneh itu. Alhea sudah sangat panik saat laki-laki itu akan meninggalkannya.
"Bagaimana ini?!!" batinnya mulai panik.
"Tunggu!!" cegah Alhea.
Laki-laki tersebut memutar tubuhnya menghadap Alhea dengan alis terangkat sebelah seolah-olah mengatakan "apa?"
"Kau bilang ingin membawaku" ucap Alhea.
"Jika kau mau menjadi budakku"
"Tidak!!" tolak Alhea cepat.
"Yasudah" jawab laki-laki itu santai dan pergi meninggalkan Alhea.
"Tidak tunggu jangan tinggalkan aku!!!" jerit Alhea tapi tak di hiraukan laki-laki itu.
RRRRRAAAUUUUU........
Raungan itu terdengar semakin jelas dan menggelegar membuat pacu jantung Alhea semakin cepat. Lalu dari balik pohon besar muncul sesosok makhluk mengeringkan dengan gigi tajam dan cakar besarnya.
Makhluk tersebut memerhatikan Alhea dengan tatapan lapar, bahkan air liurnya menetes menjijikkan."Tuhan tolong aku" mohon Alhea.
Rrrrauu.....Raung monster itu mendekat ke arah Alhea. Sontak saja Alhea mundur dan langsung berlari.
Kaki Alhea yang memang sudah terluka semakin perih saat di paksanya untuk berlalu.
Rrrauuu....rrrrauu.....arrgghhss.....
Raungan itu semakin dekat membuat Alhea mempercepat langkah tertatihnya. Tiba-tiba saja monster tersebut melompat dan langsung berada di depan Alhea.
"Kyaaa!!" jerit Alhea histeris memejamkan mata saat monster itu mengayunkan cakar besarnya untuk mencabik-cabik tubuh Alhea. Tapi tiba-tiba saja ada geraman lain dari arah belakang monster itu.
Dan...hap. Kini tubuh Alhea sudah berada di atas hewan aneh lainnya yang di sebut cimera oleh laki-laki yang Alhea temui sebelumnya.
Saat Alhea mendongakkan wajahnya matanya langsung di suguhkan pemandangan rahang kokok, tegas milik laki-laki itu yang matanya menatap tajam kedepan. Raungan masih terdengar dibelakang mereka membuat Alhea membalikkan badan mengintip dari balik punggung laki-laki yang kini tengah memeluknya.
"Makhluk itu mengejar kita" cicit Alhea.
Laki-laki itu berbalik melihat kebelakang lalu matanya menatap Alhea. "Kau berpeganganlah pada tanduk Cips" setelah mengatakan itu ia berbalik dan mengeluarkan panahnya.
Alhea bergidik ngeri menatap busur panah yang di pegang oleh laki-laki di depannya. Busur panah itu saja sangat besar hampir sebesar tubuh Alhea.
Laki-laki itu membidikkan anak panahnya mengincar kepala monster tetsebut.
Plaasss jlebb
Anak panah itu tepat sasaran menembus kepala monster itu sampai terbelah menjadi dua. Alhea hambir saja berteriak menyaksikan pemandangan di hadapannya. Laki-laki tadi kembali duduk menghadap ke depan dan menghilangkan busur panah di tangannya entah kemana.
"Cips pelankan lajumu" perintahnya pada hewan yang di tungganginya. Dan ajaibnya hewan itu langsung menurut seolah mengerti apa yang di katakan laki-laki tadi.
Alhea masih saja diam. Ini terlalu tidak masuk akal. Dia terus saja memejamkan matanya mencoba menyangkal apa yang terjadi.
"Ayolah ini hanya mimpi" ucap Alhea mengulangi kata-katanya seolah itu adalah mantra penenang untuknya.
***
Yuhu aku up lagi nih
Gimana gimana? Suka nggak sama ceritanya?
Tulis pendapat kalian di kolom komentar ya
Terus jangan pelit vote juga heheheOke see you next part
KAMU SEDANG MEMBACA
Welcome to Arcyturus
FantasySaat mata hijau zamrud itu terbuka, hal pertama yang dilihatnya hanyalah pohon-pohon tinggi yang menjulang hingga tak nampak puncaknya. Alhea, gadis itu tersesat di hutan mengerikan dengan takdir yang aneh. Terjebak sebuah kutukan yang melekat pada...