Part 5|Lapar

64 38 26
                                    

Suara perut Alhea mengalihkan perhatian Astaroth.

"Kenapa perutmu berbunyi seperti itu?"

Pertanyaan Astaroth membuat Alhea mengernyitkan dahi. Apa pria ini sungguh tak tahu atau pura-pura tidak tahu. Apa mungkin semua makhluk di sini tak makan atau tak punya rasa lapar?

"Apa kau tak tahu? Perutku berbunyi karena lapar" dasar tidak peka. Lanjut Alhea dalam hati.

"Jika kau lapar kenapa tidak makan?"

"Jika ada makanan di hadapanku, kau tak perlu menyuruhku sudah ku makan dari tadi" sewot Alhea. Kenapa pria ini sangat menyebalkan untung ganteng.

"Lalu aku harus apa sekarang?"

Astaga Alhea ingin sekali menangis menghadapi pria di depannya ini.

"Kenapa ada makhluk seperti dirimu sih! Tentu saja kau harus memberiku makan!" jerit Alhea dengan mata berkaca-kaca karena menahan lapar dan juga kesal.

Pria itu menghembuskan napasnya lalu bangkit dari duduknya mendekati Alhea.

Alhea menjadi panas dingin saat pria ini terus mendekat kearahnya bahkan jarak di antara mereka sangat dekat hingga Alhea bisa merasakan hembusan napas Astaroth. Tiba-tiba tangan Astaroth menelusup pada tengkuk Alhea membawa kepala gadis itu mendekat ke arahnya. Alhea merasakan jilatan basah di lehernya lalu....

"Aaaaa" jerit gadis itu kala merasakan gigitan pada lehernya. Darahpun menetes mengotori kerah baju Alhea.

"Itu tanda yang ku buat, kau tak akan bisa kabur karena darahmu sudah ku kenali. Tunggu di sini dan jangan kemana-mana" setelah Astaroth mengatakan itu ia pergi entah kemana meninggalkan Alhea tak memperdulikan gadis itu yang sudah berlinang air mata karena rasa sakit di lehernya.

"Ingin makan saja kenapa harus menunggu pertumpahan darah dulu. Apa dia itu gerandong, kucing garong atau apa? Mengapa sembarangan menggigit leherku yang mulus ini hikss sroot" ucap Alhea pelan sambil menyedot ingusnya.

Alhea sudah tak menangis lagi, kini ia duduk di depan rumah kayu menunggu Astaroth pulang. Seperti istri menunggu suami pulang kerja saja.

"Kenapa lama sekali. Dia cari makan dimana sih? Kenapa tidak pesan saja. Apa disini tidak ada pelayanan delivery?" pikir Alhea malah melantur kemana-mana.

Kresek kresek

Suara gaduh dari semak-semak mengalihkan perhatian Alhea sampai gadis itu memicingkan mata karena gelapnya malam. Gadis itu sudah mulai ketakutan, karena sejak dia terdampar di negeri entah berantah ini tidak sekalipun ia melihat sesuatu yang normal. Alhea sudah ingin berlari kedalam rumah untuk bersembunyi tapi kemunculan pemuda tampan dari balik semak itu menghentikan langkahnya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya pemuda itu.

"Apakah aku harus meminta pertolongan pemuda ini? Tapi bagaimana jika dia juga jahat? Tapi firasatku mengatakan jika dia orang baik, terlihat dari wajahnya yang tampan" pikir Alhea.

Dasar Alhea. Mana ada ketampanan bisa di jadikan ukuran orang baik atau jahat.

"Mungkin saja dia bisa menolongku kabur dari si iblis, walaupun Asta belum pernah menyakitiku tetap saja ia akan membunuhku" pikir Alhea lagi. "Belum pernah menyakitimu heh? Kau pikir siapa yang menggigit lehermu hingga berdarah hah?" pikiran Alhea yang satu lagi menyahut. Kini gadis itu malah berdialog dalam pikirannya melupakan pemuda di depannya.

"Hay nona apa kau tak apa?" pertanyaan pemuda itu mengembalikan kesadaran Alhea.

"Ah i-iya aku tak apa. Kau bisa menolongku? Aku disini di tahan iblis jahat"

Welcome to ArcyturusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang