prolog

176K 13.1K 1.1K
                                    

"Rea, gue tau Ayah lo sekarang lagi ada dimana."

Tubuh Adrea, atau kerap dipanggil Rea itu menegang mendengar ucapan Kiranti. Apalagi setelah melihat sudut bibir gadis itu naik sebelah, diikuti dengan tawa mengejek teman-temannya.

"Ran, please. Tolong jangan bilang sama siapapun terutama Nathan," Rea memohon dengan wajah melas sambil meraih sebelah tangan Kiranti.

"Gue nggak janji," Kiranti menggeleng mengejek ke arah Rea.

"Apapun bakal gue lakuin. Asal lo nggak nyebarin hal itu."

"Apapun?" Kiranti menaikkan sebelah alisnya meminta kejelasan.

Rea mengangguk cepat mendengarnya.

"Apapun."

"Bagus. Bukan hal sulit kok ini."

Rea menelan ludahnya dengan susah ketika melihat seringaian Kiranti yang menyeramkan.

"Lo pasti tahu soal Vanya yang makin deket sama Agam kan?"

Rea mengangguk ragu mendengar pertanyaan gadis itu. Ia sepertinya tahu kemana arah bicara gadis ini jika sudah menyangkut soal Agam.

"Gue denger-denger, Vanya pernah suka sama Nathan. Mereka bahkan sering jalan bareng, bahkan sampai sekarang mungkin?" Kiranti menaikkan alisnya menunggu reaksi gadis di hadapannya itu.

Rea mengerutkan keningnya tidak percaya, "Apa?"

Kiranti menutup mulutnya yang terbuka dengan tangan, seolah terkejut dengan fakta bahwa Rea tidak mengetahui hal tersebut.

"Oh my God. Lo nggak tau soal ini ya?"

Kiranti memasang wajah iba yang dibuat-buat. Sedangkan dua teman sejenisnya, Laura dan Kayla tertawa meremehkan di belakangnya.

"Mungkin Nathan bosen sama lo. Udah muka pas-pasan, kemana-mana minta lengket mulu kayak lem tikus. Pastilah ya kalo Nathan bosen sama lo. Makanya dia nyari yang lebih cantik dari lo, dan Vanya jawabannya," Kiranti menjeda perkataannya, menunggu reaksi Rea yang sedari tadi hanya menatap lantai toilet tempat mereka bertemu.

"Kalian udah pacaran setahun lebih enggak sih? Wajar sih kalo Nathan bosen sama lo," Laura dan Kayla mengangguk-angguk setuju.

"Kebayang nggak sih? Lo yang selama ini kalo Nathan keluar atau nongkrong nggak pernah diajak, tapi malah nga─"

"To the poin aja. Apa mau lo?" Kiranti tersenyum ketika Rea memotong perkataannya sambil menatap datar ke arahnya.

"Lo harusnya punya dendam yang sama kayak gue ke Vanya, kan? Apalagi setelah denger cerita gue barusan?" Rea masih setia menatap datar ke arah Kiranti.

"Lo tau harus apa ke Vanya."

Rea mengangguk kemudian melenggang melewati Kiranti serta Laura dan Kayla yang juga langsung menyingkir, memberikan jalan pada gadis itu.

Kiranti tersenyum puas melihat jawaban dari gadis itu. Sudah ia duga, Rea dengan segala reputasi baiknya tidak bisa dipisah. Ditambah rasa cintanya ke Nathan, pasti mudah untuk menjadikan gadis itu sebagai alat penyiksa Vanya hanya dengan membawa-bawa nama Nathan.

Bukan kebohongan, tapi perkataannya tentang Nathan dan Vanya adalah sebuah fakta. Nathan, bosan dengan Rea yang selalu ingin menempel padanya. Dan Vanya, gadis yang sering mendapat bully-an dari Agam beberapa bulan yang lalu, selalu mendapat keamanan dan kenyamanan setiap kali bersama dengan Nathan.

----

"Ayo, minum!"

Rea menatap sendu ke arah Nathan yang berdiri di belakang Agam bersama teman-teman satu geng mereka yang lain, ditambah yang tak pernah terlihat akrab dengan siapapun disana, Vera sahabatnya.

Am I Antagonist? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang