Sorakan dari tribun anak-anak pendukung XI IPS 1 terdengar riuh karena kelasnya menang melawan XI IPA 1.
Rea juga berteriak heboh sembari bertepuk tangan. Gadis itu berdiri dari duduknya dengan dua botol air mineral di tangannya, bedanya botol di tangan kiri sudah tinggal setengah.
Savita melakukan hal yang sama, bedanya gadis itu juga membawa handuk dan langsung turun menghampiri Vano. Rea memperhatikan keduanya, Vano tersenyum lebar ke arah Savita sambil meraih handuk di tangan gadis itu dan mengelap keringatnya.
Belum selesai ia memperhatikan interaksi keduanya, botol di tangan kanannya yang berada di depan perut terasa ditarik paksa oleh seseorang, otomatis Rea yang langsung menghadap ke depan. Keningnya berkerut kesal melihat siapa pelakunya.
"Lo apa-apaan sih, Gam?" Rea mengerut tidak suka ke arah Agam yang tanpa izin merebut dan meminum air mineral di tangannya yang sebenarnya ia belikan untuk Bara.
"Minum," jawaban santai Agam membuat Rea tambah berkerut marah.
"Emangnya gue bawain lo minum? Enggak tau!" Rea mendelik ke arah Agam, bertepatan dengan Bara yang berdiri di hadapannya juga. Cowok itu memperhatikan Rea, beralih ke Agam dan fokusnya langsung ke arah tangan temannya yang tengah memegang botol berisi air yang tinggal setengah.
"Terus mau bawain siapa? Nathan? Kan kalian udah putus," Agam menatap Rea dengan alis terangkat sebelah dan senyum meremehkan.
Kerutan di kening Rea yang mendengar perkataan Agam memudar, tiba-tiba ia jadi teringat isi novel yang memang menunjukkan adegan dimana Rea memberikan air mineral dan handuk ke Nathan. Cowok itu benar menerima dua benda itu, tapi fokus matanya tidak pada Rea melainkan pada Vanya yang tengah berhadapan dengan Agam.
Rea jadi merasa sakit sendiri mengingatnya, padahal ia tidak mengalaminya.
"Enggak kok, itu buat Bara. Sok tau lo," Rea menggeleng sebelum akhirnya mendelik ke arah Agam tidak suka. "Lagian ngapain juga bawain Nathan. Gak guna," gerutunya di akhir.
"Eh?" Rea menoleh kaget saat botol di tangan kirinya yang telah berkurang karena ia minum diraih Bara.
"Itu punya gu-. HEH ITU BEKAS GUE!" perkataan Rea berganti pekikan saat melihat Bara sudah meminum dulu air dalam botol itu, meminum langsung dari botolnya seakan tidak mempermasalahkan bahwa yang ia minum adalah botol bekasnya.
Bara meminum habis sisa air mineral Rea, cowok itu menatap Rea seakan tidak ada yang salah. Padahal Rea sendiri sudah memasang wajah syok setengah mati.
Sebenarnya ia tidak masalah sih harus berbagi air dengan siapapun. Tapi, memangnya harus dengan cara minum menempelkan bibir di mulut botolnya langsung ya?
Kan kalau seperti itu, secara tidak langsung...
Oke, Rea. Anggap saja kalian minum di sisi mulut botol yang berbeda.
Agam menatap Bara dengan kening berkerut. Bara yang menyadari tatapan itu menoleh, menatap balik Agam. Ia tersenyum tipis, "Kenapa?" bertanya sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Yang buat gue, lo minum," Bara melirik ke arah botol yang dipegang Agam sekilas. "Gakpapa kok gue dapet sisa," Bara menatap Agam santai, tapi bibirnya terangkat sedikit menunjukkan senyuman.
Cowok itu melirik tangan Agam yang memegang botol, sudut bibirnya semakin tinggi saat melihat tangannya mencengkram botol. Bara beralih menatap Rea yang sedari tadi memperhatikan keduanya.
"Tunggu deh, bukannya Vanya bawain lo?" Rea menatap bingung Agam, cowok itu menoleh ke arahnya sebentar sebelum beralih ke Vanya yang duduk di samping gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I Antagonist?
FantasíaAra adalah gadis penikmat novel yang selalu terbawa perasaan dengan apa saja yang ia baca. Sebuah novel berjudul 'To Protect You' yang ia temukan di perpustakaan sekolah membuat emosinya terkuras habis. Yang membuat Ara marah dengan ending novel ter...