Tiga

144 11 1
                                        

   Syahra tengah sibuk mengecek kembali gaun pesanan kliennya yang baru saja selesai. Saat itu tiba-tiba bel pintu berbunyi, menandakan ada seseorang yang masuk.

"Selamat datan-" Ucapan Syahra terhenti ketika ia melihat siapa yang berkunjung, "Reyvan?"

Reyvan hanya membalas sapaan terkejut Syahra dengan senyuman kecil, "Masih sibuk?"

"Oh, tidak, kita baru saja selesai." Kata Syahra sedikit salah tingkah dengan kedatangan Reyvan yang tiba-tiba, "Tunggu saja di mobil, aku harus berkemas terlebih dahulu."

Reyvan menggeleng, "Tidak apa, aku akan duduk di tempat menunggu. Santai saja." Lalu menuju ke tempat duduk yang disediakan khusus untuk mengantri sekaligus untuk keluarga yang menunggu. Syahra lalu bergegas menuju ruangannya, ia merasa tidak nyaman membuat Reyvan menunggu. Tapi ia tidak pernah menduga bahwa Reyvan akan datang langsung tanpa menelfonnya terlebih dahulu.

"Hohoho, permisi, apakah ada sesuatu yang seharusnya aku ketahui?" Kata Christine tersenyum sembari menaik-turunkan alisnya. Melihat hal itu, Syahra tertawa kecil. Christine adalah satu-satunya orang yang mengetahui perasaannya terhadap Reyvan yang ia simpan begitu dalam.

"I'll tell you next time okay?"

"Baiklah, akan aku tagih. Awas saja, kalau kau menghindar atau menggunakan 1001 alasan untuk tidak memberitahuku, aku akan menanyakannya langsung ke Reyvan."

"Iya, lagian kau berkata seperti itu, tetapi kau juga terintimidasi oleh raut wajahnya." Kata Syahra dengan mengejek. Christine hanya bisa memutar matanya mengiyakan perkataan sahabatnya itu, "Cepatlah pergi sana, yang lain aku dan anak-anak saja yang urus."

Syahra tersenyum lalu berterima kasih kepada sahabatnya itu, dan segera menghampiri Reyvan yang sedang duduk santai sembari membaca majalah yang tersedia, "Maaf sudah membuatmu menunggu."

Reyvan hanya mengangguk saja, lalu dalam diam ia mengambil tas dan buku yang dipegang oleh Syahra lalu membawanya ke dalam mobil. Tindakan ini membuat Syahra tersenyum kecil. Sifatnya itu masih ada rupanya.

Saat tiba di restoran, ternyata Reyvan sudah mereservasi tempat disana dari kemarin. Syahra pun ikut terkejut, pasalnya restoran tersebut sangat terkenal dan lumayan sulit untuk mendapatkan tempat di waktu yang kita inginkan.

"Bagaimana kau bisa mendapatkan tempat ini?" Tanya Syahra ketika mereka baru saja selesai memesan makanan, "bukannya sangat sulit mereservasinya?"

"Kau tau rupanya, berterima kasihlah karena aku sudah bersusah payah." Kata Reyvan sembari menghela nafas.

Syahra pun mendengus mendengar perkataan Reyvan, "Terima kasih."

"Kau tidak terdengar tulus."

"Karena aku memang terpaksa mengatakannya." Jawab Syahra dengan ketus membuat Reyvan tertawa kecil.

"Perkataanmu masih pedas seperti biasanya."

"Tentu saja. Siapa lagi yang berani berbicara seperti itu padamu selain aku. "

Reyvan pun membalas perkataan Syahra dengan senyuman, "Ya, kau benar."

Pembicaraan mereka pun mengalir secara natural, ternyata lama tidak bertemu tidak memiliki pengaruh. Syahra dan Reyvan masih sangat akrab seperti dulu, dan hal ini membuat Syahra senang sekaligus lega.

. . .

"Terima kasih sudah mengantarku."

"Kau yakin untuk bawa mobil sendirian semalam ini?" Berkat ajakan Reyvan yang sangat tiba-tiba, Syahra terpaksa meninggalkan mobilnya di butik terlebih dahulu. Dan ia pun meminta Reyvan untuk mengantarkannya ke butik dibandingkan langsung ke apartemennya.

The Unpredictable (HIATUS)Where stories live. Discover now