CHOOSE |•| Chapter 4

16 3 2
                                    

"Kita memang butuh model baru. Beberapa kali gue ngegap kalau Meriska udah gak minat lagi buat kerja sama, kecuali emang dia lagi butuh duit dadakan pasti datangnya ke kita," pria berlesung pipit itu mengeluarkan pendapatnya. Kevin, sebagai fotografer dan mengurusi seluruh tektek bengek dokumentasi dalam katalog dan semacamnya sering kali merasa kesal akan sikap dan ketidak-profesional dari Meriska.

"Lagian efek dari dia udah gak sebesar dulu lagi, ibaratnya melempem lah."

"Habis manis sepah dibuang." Celetuk Abi.

"Fakta bos."

Gema berdehem. "Mau gak mau, kayanya emang harus cari peganti. Pendapat gue, sih, kita harus cari model yang kelasnya lebih atas dari Meriska. Karena itu penting buat menarik minat pelanggan."

"Gue setuju. Dan masalah siapanya, gue gak tahu menahu dan gue serahkan ke kalian," ucap nyerah Abi setelah keputusannya.

"Kalau model yang bener-bener model di sini masih bisa dihitung jari, bos. Kebanyakan model yang sok-sok an berasa jadi model. Disuruh pose baru beberapa kali udah mati gaya. " Kevin lagi-lagi berceletuk.

"Yang penting dia menarik. Lagian, kan itu udah tugas lo." Balas Gema.

"Gue ada usulan sih, cuman ragu bakal berhasil atau enggak." Kevin sejenak melihat Gema.

"Gem, gimana kalau Fio aja. Kita tau lah kalau pamor seorang Fio gak diragukan lagi."

Gema terdiam. Sebetulnya hal yang sedikit dihindari oleh Gema adalah satu projek bersama Fio. Dengan berbagai alasan yang selalu Gema pikirkan, Gema lebih memilih untuk tidak terlibat.

"Enggak Vin. Gue gak yakin sama schedule dia."

"Coba dulu lah Gem. Masa dia gak bantu lo sebagai pacarnya."

"Kerjaan ya kerjaan Vin. Beda lagi! Masih banyak yang kaya Fio."

"Beda Gem. Gak ada yang bisa nyamain Fio. Dari kharisma sama demage-nya. Gue yakin kalau kita ngegaet Fio omset kita pasti naik. Lagian siapa coba yang gak kenal dia di kota ini. Ah, gue pikir satu indonesia pun bakal tau dia. Cuman sayangnya dia terjebak di kota kecil ini."

"Gue bakal coba."

***

Malam minggu, malam perayaan bagi semua pasangan kekasih. Berlainan dengan mahasiswa yang membagi kehidupan kampusnya dengan bekerja. Hari produktif untuk bekerja dan weekend untuk menempuh pendidikan. Gema menatap langit-langit gejebo yang berada di samping utara kampus, lampu neon kuning terlihat terang di atasnya dengan gumpalan asap rokok yang mengepul. Gema kembali menghisap bahan nikotin itu lalu mengembuskan asapnya. Terdengar beberapa kali gerombolan mahasiswa yang saling mengobrol dari perjalanannya menuju kelas. Sudah menjadi suasana akrab bagi Gema mendengar celetukan beberapa mahasiswa tentang dirinya. Entah disengaja atau memang orang-orang itu tidak tahu keberadaan Gema.

"Lo tau ka Gema?"

"Mahasiswa Prodi kita siapa yang gak tahu ka Gema?"

"Lily!"

"Gak aneh sih, lo kan bukan asli sini."

"Emang kenapa? Ada apa sama ka Gema? Lily liat ka Gema ganteng, iya gak?"

Terdengar helaan nafas dari empat orang di sana.

"Lo tahu ka Fio? "

"Fio? Ka Fio mana? Lily gak tahu?" Ucap gadis denga suara cempreng itu.

"Zainna Fio Naushen! Masa gak tahu?"

"Oh, Lily tahu. Ka Fio cantik banget." Lily berkomentar dengan antusiasnya.

CHOOSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang