Soonyoung menyusuri jalan setapak menuju padang ilalang yang sangat ia rindukan. Ia berbohong pada Jihoon. Tidak esok hari ia kemari ataupun lusa, namun 6 tahun— setelah dirasa dirinya sudah stabil.Mengenang apa yang ia lakukan ketika ia akan bertemu kekasih mungilnya di padang ilalang itu.
1
2
3
4
Soonyoung melompat pelan pada bebatuan yang membawanya ke bukit kecil pembatas antara padang tandus dan padang ilalang.
Mengistirahatkan diri sejenak setelah ia sampai di puncak bukit dan melihat seluruh padang ilalang yang semakin hari semakin subur. Tidak ada yang berubah selain rumput dan ilalang yang semakin tinggi. Membuat dirinya semakin merindukan sang kekasih.
Di rasa sudah cukup beristirahat, Soonyoung segera menghampiri area yang sangat mencolok baginya.
Tepat di tengah padang ilalang, ia menemukan dua ekor kelinci besar yang sedang tertidur melingkar, seakan melindungi benda—entah apa itu isinya— yang Soonyoung sedang cari.
Melihat hal itupun Soonyoung segera berlari menghampiri area tersebut.
Gerak tubuh yang sama di situasi berbeda—itulah keadaan Soonyoung saat ini.
Soonyoung memperlambat larinya ketika ia melihat jelas benda apa yang ada di depannya.
Sebuah kotak.
Kotak yang sama saat ia bertemu Jihoon-nya tergeletak mengenaskan di tengah padang ilalang ini.
Segera Soonyoung menjatuhkan dirinya tepat di depan dua kelinci besar yang melindungi kotak itu. Mengelus lembut helaian bulu pada dua kelinci itu sebagai ucapan terima kasih.
Mendudukkan dirinya dengan tenang dan nyaman agar ia tidak terlalu histeris nantinya.
Soonyoung membuka perlahan kotak itu dan langsung disuguhi oleh foto mereka berdua—ah bukan, ternyata sebuah album. Album kebersamaan mereka ketika masa itu belum terjadi. Melihat seluruh foto yang ada pada album tersebut dengan raut wajah yang berubah-ubah secara instan ketika ia membuka setiap halamannya.
Senyum.
Tertawa.
Sedih.
Marah.
Rindu.
Itulah seluruh perasaan yang bisa ia gambarkan setelah melihat isi album foto tersebut.
"Hoon, aku sungguh merindukanmu." Lirih Soonyoung dengan mengelus salah satu foto Jihoon yang menggunakan kacamata dan properti mahkota kecil dengan senyum manis andalannya.
Layaknya jawaban atas pernyataan Soonyoung, semilir angin pun berhembus di sekitar Soonyoung. Menandakan bahwa Jihoon-nya ada disekitarnya.
"Terima kasih sudah hadir di mimpiku kemarin, Hoon. Andai kamu tidak hadir, aku rasa, aku akan menyerah Hoon.." Ucap Soonyoung lirih dan tanpa sadar genangan air mata yang ia tahan pun terjatuh.
"Kamu kapan kembali, Hoon?"
"Aku sungguh merindukanmu." Monolog Soonyoung seraya menutup lembaran terakhir pada album itu. Menemukan sebuah surat yang ia tahu bahwa surat itu dibuat langsung oleh sang kekasih. Dilihat dari tulisan rapih milik kekasihnya.
"Ternyata kamu sudah menyiapkannya secara matang ya, Hoon? Kapan kamu menyiapkannya, hm?" Lirih Soonyoung diikuti oleh kekehan sumbang dari mulutnya.
Soonyoung membuka secara perlahan kertas yang sudah menguning akibat lembabnya suhu pada kotak pelindungnya.
As I was waiting desperately
for you to return,
I was suddenly reminded of the memories from the day when we first met.—Love Letter, Paul Kim—

KAMU SEDANG MEMBACA
Mnemosyne
FantasyIngatlah aku selalu, tunggu aku Soonyoung. Jangan lupakan aku, ya? Aku akan kembali dengan diriku yang baru.