neighbor

55.1K 4.5K 216
                                    

"Kak," ucap Flora memanggil Bian.

Bian yang sedang menikmati makanan pun mendongak, mengangkat kedua alisnya bertanya. Mereka berdua kini berada di salah satu restoran cepat saji yang tidak jauh dari apartemen Bian.

"Kamu masih sama Andrea?" Flora memang tahu Bian sudah memiliki pacar yaitu Andrea. Belum pernah ketemu sih hanya tau nama. Itu juga dari gosip-gosip kampus. Tapi Flora tetap mau menjadi calon tunangan Bian. 'Toh Bian nggak nolak. Kalau gue sama Bian udah tunangan juga pasti Andrea diputusin. Batin Flora percaya diri saat tahu Bian sudah memiliki Andrea.'

"Kak Andrea, Ra." ralat Bian membenarkan. Padahal Flora memanggil Bian dengan sebutan 'Kak' tapi entah mengapa kalau menyebut Andrea tanpa sebutan itu.

Flora hanya memutar bola matanya malas.

"Iya iya, Kak Andrea." Flora memang belum pernah bertemu secara langsung dengan Andrea. Tau orangnya yang mana pun, tidak. Ya memang karena Flora tidak ingin tahu dan peduli.

"Masih. Kenapa? Ada yang buat lo kepikiran?"

"Nggak sih, penasaran aja."

Bian mengangguk paham lalu menggenggam tangan Flora menenangkan.

"Kita jalanin aja dulu. Lo nggak papa kan?"

"Fine." jawab Flora tenang. Dia memang tidak masalah jika harus menyembunyikan hubungan ini. Walaupun kadang terlintas di hati kecilnya bisa memiliki Bian sepenuhnya tanpa harus seperti ini.

©©©

"Lo ganggu banget deh. Kalo bukan karena martabak, ogah banget gue jemput lo." gerutu Rio setelah Andrea baru saja duduk di kursi sebelah pengemudi. Rio menurut menggunakan mobil Andrea untuk menjemput.

"Gue sibuk tau," lanjutnya masih menggerutu lalu melajukan mobil meninggalkan kafe.

"Dih gaya lo. Sibuk ngapain emang?" tanya Andrea sedikit kesal. Apa tidak bisa Rio kalau disuruh itu tidak banyak omong seperti ini? Selalu saja menggerutu tidak ikhlas. Andrea tidak menyuruh Arik karena pasti adiknya itu sedang belajar untuk PTS semester 1 yang diselenggarakan dari Senin kemarin.

"Main PS."

"Anj--" umpat Andrea tertahan, frustasi dengan kelakuan Rio. Dikira sibuk apa gitu ternyata Ps-an, "Sama siapa?"

"Apanya?"

"Main PS--nya!"

"Adi,"

"Si Adi tetangga kita yang dulu sering ngajakin main Arik?" tanya Andrea menggebu. Adi itu bisa dibilang sahabat Arik.

Adi itu pindahan dari Malang, dia menjadi tetangga Andrea saat masih kelas 3 SD. Di komplek ini, teman sepantarannya hanya Arik dan sejak itulah Adi selalu mengajak Arik bermain.

Hampir setiap hari. Adi yang hiperaktif dengan Arik yang kalem membuat hubungan pertemanan mereka awet. Sampai kadang, Arik dimarahi papanya karena keasikan bermain sampai lupa belajar.

Kelakuan Adi itu 11 12 dengan Rio, ngeselin, berisik, banyak tingkah. Andrea ingat dulu saat Andrea masih kelas 8 SMP dan Adi masih kelas 4 SD, cowok itu menembak Andrea.

Gila nggak sih? Kelas 4 SD loh! Adi menyatakan cintanya saat Andrea sedang menyiram bunga di taman belakang rumah. Andrea masih ingat kejadian itu.

BIREA✓ [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang