separated

48.2K 3.4K 181
                                    

"Putus?" tanya Jingga tak percaya di seberang sana.

"Iya." jawab Andrea mengiyakan.

"Serius?"

"Iya, Jinggaaaa."

"Kok bisa!? Siapa yang mutusin?"

"Mana gue tau. Mauren tadi pagi telpon sambil nangis. Cuma bilang kalo dia putus sama Davi." jelas Andrea.

"Abis itu dia off. Centang satu."

"Wah! Kita harus ke kost Uren. Siapa tau dia berencana bunuh diri?!" ujar Jingga berlebihan.

"Ngaco!"

"Kali aja. Dia kan bucin Davi."

Andrea hanya bergumam. "Yaudah samperin."

"Sekarang?"

Andrea lalu mengecek jam yang terletak di nakas sebelah kasurnya, menunjukkan pukul 10 siang.

"Boleh. Jemput gue ya?" pinta Andrea.

"Males. Rumah lo jauh."

"Ih please, Ngga. Gue habis dimarahin. Sekarang nggak boleh main. Kalo lo jemput, ntar gue pasti dibolehin."

"Dimarahin kenapa?" tanya Jingga penasaran.

"Panjang ceritanya. Ntar gue jelasin."

"Cowok lo emang kemana? Biasanya juga dianterin dia."

"Nggak tau ah. Nggak usah bahas dia." sahut Andrea kesal.

Dia masih sebal dengan Bian. Dari semalam pesan-pesan Andrea belum dibalas sampai sekarang. Gimana nggak kesal? Andrea sampai keluar dini hari ke tempat maksiat itu untuk menemui Bian karena dia khawatir. Eh malah tidak bertemu dan pesannya pun belum ada yang dibalas. Setidaknya memberi kabar agar kekhawatiran Andrea sedikit berkurang.

©©©

Saat orang-orang sudah mulai menikmati akhir pekan dengan jalan-jalan atau kegiatan lain, seorang Bian malah baru bangun dari tidurnya. Jam 11 siang tadi ia baru membuka matanya. Mungkin tidak hanya dia, sebagian orang juga pasti ada yang memanfaatkan hari Minggu untuk tidur panjang seperti ini. Tidur itu baik dan penting untuk mengistirahatkan badan yang lelah tapi juga bisa menjadi tidak baik jika dilakukan berlebihan.

Kembali pada Bian yang kini tengah memuntahkan semua yang ada di dalam perutnya. Sesekali ia memijit pelipisnya. Kepalanya pusing sekali. Mungkin efek semalam yang terlalu banyak minum.

Dia tidak mengingat apapun yang terjadi semalam. Bian hanya merasa melihat wajah Andrea samar. Saat bangun tadi dirinya sudah berada di kamar apartemen miliknya. Dengan keadaan yang cukup berantakan.

Jaket yang semalam dipakainya dan selimut tergelatak di lantai. Juga pada kemeja yang dipakainya telah lepas dari badan. Bian bangun dengan keadaan shirtless. Tidak memakai baju. Bian tak mengambil pusing, mungkin saja dia yang membuka baju itu sendiri tapi tak sadar.

Dia memutuskan untuk mandi sekarang. Mungkin dengan ini tubuhnya bisa lebih segar kembali.

Setelah 20 menit, Bian baru menyelesaikan ritual mandinya. Benar saja sekarang tubuhnya menjadi lebih segar dari pada tadi. Ia lantas mengeringkan rambutnya menggunakan handuk kecil, pandangannya meneliti isi kamarnya. Mencari keberadaan benda pipih yang belum diceknya dari semalam.

Setelah menemukan benda itu yang ternyata berada di laci meja kamarnya, entah siapa yang menaruh disitu. Mungkin dirinya sendiri? Bian pun tak ingat. Ia lalu duduk di sofa yang ada di dalam kamarnya. Kemudian menghidupkan data ponselnya. Notifikasi pada pop up chatnya langsung terlihat, banyak sekali. Seingatnya terakhir dia membuka ponsel adalah sebelum dia minum semalam.

BIREA✓ [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang