LIMA

14 4 0
                                    

Pulang sekolah banyak siswa siswi yang terburu buru untuk pulang ke rumah masing-masing,ada juga yang nongkrong dulu di warung bude sarti,bahkan ada juga yang melakukan kegiatan extrakulikular. Qina menunggu rigel yang sedang mengikat tali sepatunya,iya,ia tau rigel tadi pagi berangkat bersama harsa namun ia hanya ingin mengajaknya berjalan keluar bersama.

"udah gel?" Tanya Qina.

"udah,ayo."

Qina berjalan bersama Rigel melewati lapangan sekolah,mereka melanjutkan langkahny hingga sampailah di parkiran,disana sudah ada Harsa yang menunggu di motor.

"pacaran mulu." Goda Harsa.

"Iri ya?" Ledek Qina

"Kaga."

Qina melirik jam yang ada di pergelangkan tangannya kemudian,"Aku duluan ya."

"Naik apa?" Tanya Rigel.

"Bus, Aku duluan ya nanti ketinggalan bus, dadah Rigel."

Rigel menganggukkan kepalanya lalu tersenyum kepada Qina. Sepeninggalan Qina Rigel langsung menaiki motor Harsa,sebelum itu Rigel langsuhg mendapati pertanyaan dari sang pembawa motor.

"Beneran jadi suka kan lo sama Qina?"

Rigel sedikit menimbang nimbang,"Mungkin." Jawabnya.

"Alhamdulillah,turut seneng dengernya." Harsa terkekeh geli.

"Lebay."

Sedetik kemudian motor itu melaju melewati jalanan yang biasa Harsa lewati,suasanya dijalanan sangatlah ramai terlebih lagi di jam orang pulang sekolah dan pulang kerja.

Di lain sisi.

Qina duduk di halte menunggu bus,ia tidak sendirian disini ada banyak siswa siswi yang ikutan menunggu untuk segera pulang sekolah. Bahkan guru-guru ikutan menunggu di halte ini,sesekali Qina berbicara kepada guru itu.

Qina sudah terbiasa pulang menaiki bus jadi ia sudah lumayan akrab dengan orang orang yang ia temui di halte ini,ia memang berangkat bersama Daksa namun ia harus pulang sendiri,kenapa? Karena Daksa mengikuti sebuah kegiatan di kampusnya makanya ia selalu pulang malam. Tetapi,jika Daksa sedang tidak ada kegiatan maka ia akan mejemputnya.

Suasanya di halte ini sangatlah ramai hingga beberapa menit kemudian bus yang mereka tunggu akhirnya datang,ia langsung menaiki bus itu bersama guru yang ia ajak bicara tadi.

"Qina duduk nak." Guru itu menawari Qina bangku kosong yang ada di sebelahnya.

Qina menggelengkan kepalanya,"Qina gapapa ko bu,biar tante itu aja yang duduk,"ia menunjuk seorang wanita paruh baya yang berdiri di dekat pintu.

Wanita itu langsung duduk di bangku tidak lupa mengucapkan terimakasih kepadanya.

Untungnya jalanan hari ini tidak macet maka tidak butuh waktu yang lama bagi Qina untuk sampai ke Halte depan komplek perumahannya.

"Qina duluan bu." Pamitnya.

"Iya nak."

Qina turun dari bus,ia tidak langsung ke rumah melainkan mampir dulu ke indoapril untuk membeli minum. Setelah membeli itu ia langsung berjalan pulang ke rumah sambil sesekali menendang nendang kerikil yang tidak bersalah.

Qina melewati rumah Rigel,namun kini di halaman rumahnya terdapat banyak motor. Qina mengedikkan bahunya,sepertinya pemilik motor itu adalah circle pertemanan Harsa.

Sampai di rumah ia langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur kesayangannya,hari ini adalah hari yang sangat melelahkan baginya namun tidak bisa di pungkiri jika ia juga sangat senang saat mengingat bahwa Rigel adalah pacarnya.

7 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang