Prolog

18 4 9
                                    

Gubrak.

Juno langsung tersungkur begitu mendapat tendangan dari Ares. Bukannya kapok, Juno malah menyengir lebar hingga membuat Ares semakin geram. Rupanya tatapan tajam yang Ares hadiahkan kepada Juno sama sekali tidak membuat nyali Juno ciut, malah Juno semakin menjadi-jadi untuk membuat Ares kesal.

Siang itu prahara kembali terjadi antara Juno dan Ares. Lebih tepatnya Juno yang lebih dulu memulai. Semua dimulai ketika Juno dengan sengaja mencopot stiker bergambar Papa Zola yang tertempel pada motor Ares. Mungkin terlihat sepele, namun bagi Ares selaku peminat kartun Boboiboy garis keras, terutama Papa Zola, yang Juno lakukan benar-benar membuatnya naik pitam.

Ares yang menganut prinsip kedamaian dan ketenangan tidak akan segan-segan membunuh Juno yang tiba-tiba mencari masalah dengannya. Bagi Ares, makhluk durjana seperti Juno harus segera dimusnahkan agar tidak mencemari bumi.

Seperti sekarang, Juno masih sempat-sempatnya menyisir rambutnya yang baru saja menabrak tong sampah dengan tidak estetik. Bagi Juno yang lebih memprioritaskan penampilan, ia lebih khawatir ada cewek yang melihat penampilannya acak-acakan daripada melihatnya mati di tangan Ares. Sampai kemudian Ares pun langsung menarik kerah baju Juno karena sudah terlampau kesal.

"Anjir, baju gue lecek! Lepasin tangan lo dari baju gue!" Juno meronta. Demi apapun, Juno sudah susah payah menyetrika kemeja sekolahnya seharian penuh, namun dalam beberapa detik Ares sudah membuatnya kusut.

"Gue nggak peduli! Lo yang lebih dulu nyari masalah sama gue, sialan!"

"Halah, stiker murahan kayak gitu bisa beli lagi. Miskin amat lo, orang cuma seribu."

"Mau cuma seribu atau berapapun, stiker itu adalah harga diri gue!"

Baru saja Ares akan melayangkan pukulannya pada Juno, namun tertahan karena pekikan dari teman-temannya yang tiba-tiba muncul.

"Widih! Lo apain tuh anak orang sampai terdampar gitu?" sahut Revan sambil berlari heboh menghampiri Ares dan Juno. Di belakangnya dibuntuti oleh Lim dan Farkas, selaku teman satu geng Ares.

"Iya tuh, siang-siang udah gelut," celetuk Lim. Sementara Farkas hanya manggut-manggut.

Ares mendengus, lalu melepaskan cekalan tangannya dari kerah kemeja Juno. Cepat-cepat Juno membetulkan kerah kemejanya agar tidak semakin kusut.

"Dia hancurin harga diri gue."

Revan, Lim, dan Farkas yang paham dengan harga diri apa yang Ares maksud langsung shock. Lim nyaris pingsan mendengarnya, begitupun dengan Revan. Hanya Farkas yang sebisa mungkin terlihat biasa saja. Cowok itu tidak mau kelihatan lebay.

"Nggak bisa dibiarin nih bocah. Bisa-bisanya ngancurin harga diri Ares." Lim menyahut. Ia sok-sokan ingin memukul Juno, padahal aslinya tidak berani. Terakhir kali ketika Lim berkelahi dengan Juno, Juno membuat mata Lim yang sudah sipit sejak lahir tersebut semakin sipit. Bekasnya pun masih sedikit terlihat sampai sekarang.

"Iya! Hajar aja, miskah!" Revan ikut-ikutan maju dan mengompori. Sedangkan Farkas tetap kalem sambil menyimak.

"Kalian ini mau aja dibego-begoin sama Ares. Cuma stiker kartun gitu aja disamain sama harga diri. Malu sama anak belum sunat," sahut Juno ngeles.

"Jaga ya mulut lo kalau ngomong. Jangan macam-macam sama kita," ancam Revan sambil berkacak pinggang.

"Udah, udah. Biar dia jadi urusan gue. Kalian semua mundur," ucap Ares mengambil alih Juno.

"Buset, berjuang aja belum udah disuruh mundur," cerca Lim yang kemudian langsung mendapat pelototan tajam dari Ares.

Sementara Juno, dirinya sudah bersiap-siap kabur, khawatir kalau-kalau Ares akan membuat kemejanya kusut lagi. Bukannya Juno takut berkelahi dengan Ares, tetapi Juno tidak bisa membiarkan pakaiannya kacau ketika masih di sekolah, walaupun Juno sudah siap sedia membawa setrika jika hal yang buruk terjadi. Tapi, intinya hari ini Juno benar-benar tidak ingin Ares menghancurkan penampilannya sebagai balas dendam karena Juno telah mencopot stiker motor Ares.

"Heh, lo―"

"Kabur!!!"

Belum selesai Ares menyahut, Juno sudah berlari menjauhi keempat orang tersebut.

"Kejar!!!"

Ares dan ketiga temannya pun langsung pasang kaki untuk mengejar Juno yang kalang kabut itu. Bahkan perbuatan orang-orang tersebut membuat koridor seketika gaduh pada jam istirahat.

Juno terus berlari secepat mungkin berusaha untuk menghindari Ares, hingga membuatnya ngos-ngosan karena lelah. Juno mulai panik, kalau ia terus-terusan berlari bisa-bisa pakaiannya bau keringat. Juno tidak mau hal tersebut terjadi. Lalu Juno pun memutuskan untuk bersembunyi saja.

"Jangan lari lo!" pekik Ares yang pantang menyerah mengejar Juno.

"Jangan ngejar-ngejar gue, sialan. Mendingan lo ngejar cewek aja. Gue terlalu ganteng buat lo!" balas Juno masih berlari.

"Si Jono makin ngelunjak kalau dibiarin. Perlu dimakamkan sesegera mungkin tuh bocah," sahut Revan geram.

"Nanti makaminnya dikremasi aja, kalau dikubur takutnya malah jadi pocong. Bisa digentayangin kita," sahut Lim bercanda.

"Jangan ngomong yang nggak-nggak, bego. Bisa nggak sih kalau ngomong tuh pakai otak?" maki Ares kepada Revan dan Lim.

"Masalahnya mereka pada nggak punya otak, Res," jawab Farkas.

Karena lelah dan juga karena Juno sudah terlalu jauh meninggalkan mereka, keempatnya pun memilih untuk berhenti sejenak sekadar mengatur nafas.

"Kita mencar terus cegat dia aja," usul Farkas pada akhirnya yang langsung disetujui oleh Ares, Revan, dan Lim.

Di geng tersebut yang otaknya paling jalan adalah Farkas, sedangkan Revan dan Lim, cukup meragukan kalau kedua cowok itu mempunyai otak. Sebenarnya otak Ares pun sama jalannya seperti Farkas, namun kadang tidak berguna di situasi tertentu. Apalagi sekarang ia masih bad mood gara-gara stiker Papa Zola yang dicopot Juno.

"Oke, Ares ke perpustakaan, Farkas ke kelas-kelas, gue sama Lim ke kantin," celetuk Revan.

"Lha, kalian ngapain ke kantin?"

"Makan lah, bro. Pakai nanya!" Revan dan Lim terbahak, yang kemudian langsung mendapat jitakan oleh Ares di kepala mereka.

"Nyari yang bener atau gue jual kalian berdua ke pasar malam!"

Revan dan Lim sama-sama manggut-manggut setelahnya, kemudian mereka mulai berpencar untuk mencari Juno.

"Mati lo, Jun."

HEART CRUSHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang