Apa saja yang Hae ceritakan mengenai aku pada kalian? Pasti tentang kekacauan di tiap ia menerawang hampa pada surya yang memeluk angkasa dan akulah sebabnya.
Hufftt, aku benci Hae akrab dengan sedu.
Hae, matahari. Ain berserat madu miliknya selalu teduh meski terik mulai sengat siapapun untuk kehilangan jejak hitam dibawah pijak mereka. Berkilat indah dengan helaian lentik yang membingkai elok, bergerak rapuh saat aku menyapa.
Telapak kecil nan lentiknya dingin menghidupkan tunas-tunas di pekarangan, membelai baju usang cerita-cerita romansa disudut perpustakaan, hal paling nyaman untuk mengisi sela-sela jemari.
Petang. Hae akan sibuk berbincang banyak hal dengan ain bergetar, berlarian tanpa memberi cela untuk berkedip takut aku hilang sebelum ia menghabiskan banyak gema aksara dalam satu tarikan napas.
Bersama jingga yang mencumbu angkasa, purnama menaiki singgasana, Hae tidak tahu. Ia tak pernah tahu kalau purnama menang di atas dukanya. Mengundang desau malam untuk turut merayakan risau gadisku dengan bait-bait sesak terisak di dalam bilik.
Hae pun tak pernah tahu kalau sabit kerap pundung melihat ia tersenyum dalam lelapnya menjemput pagi, menjemput matahari, menjemput Hae gadisku yang ceria saat aku datang.
Dasawarsa genap atas kendali semesta. Gadisku masih saja anggun dengan sutra berenda dengan rema sewarna kokoa di tata sedemikian indah buat tengkuknya bebas digelitik anak rambut yang berjatuhan.
Bahu sempit tempatku dulu menopang dagu, kini hangat dipeluk syal yang Hae rajut untukku sebelum sempat kupakai sebagai imbalan.
Langkahnya dituntun seorang pemuda ramah pelanggan setia perpustakaan tua. Membawa Hae ke tepi danau untuk menyudahi gadisku yang hendak menggapai dua capung yang hinggap pada teratai di tengah danau.
"Sudah petang, ayo pulang."
Kalimat ajakan itu buat dadaku tersulut hebat. Aku tak pernah mengucapkan kalimat sederhana itu pada Hae.
"Tapi capungnya? Aku ingin satu."
Pemuda berasma Hoseok itu tersenyum lembut, menyelipkan sehelai rema ke belakang telinga Hae. "Aku ingin bertanya padamu."
"Apa?" Hae tertegun, "Hoseok, celanamu basah."
"Tak apa. Kau lebih kuyup," Hoseok terkekeh, "Jika dua capung itu sepasang, lalu kau mengambil salah satu diantaranya. Apa yang akan terjadi pada satu yang tertinggal?"
"Sedih? Mencari capung lain? Mengikuti capung yang kubawa pulang?"
Bahu lebar si pemuda bergerak, "Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi, tapi bagaimana perasaanmu jika kau jadi si capung?"
Hae diam. Lantas binar pada sepasang ainnya layu, "Entah, mati mungkin."
"Hei—" ibu jari dan telunjuk Hoseok mengapit dagu Hae, "bagaimana jika ada capung lain yang tidak membiarkan capung itu mati?"
"Sekalipun si capung masih menunggu pasangannya yang tak pernah kembali?"
"Mungkin." Hoseok menggenggam tangan Hae lebih erat, "Ayo, aku buat pai apel sebelum kita pergi tadi."
Jawaban sempurna untuk meyakinkan bahwa Hoseok akan menjaga Hae. Tetap disana meski renjana membawa pasukan gemintang.
Kali ini aku akan benar-benar pulang. Berpesan pada semesta untuk tidak terlalu dingin meniupkan angin kala malam. Hae benci dingin.
—————————
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
—————————
Hai, kalian. Apa kabar?
Ternyata cukup lama saya biarkan laman ini selesai tanpa ada pamit dari si tokoh utama, maaf yaa:)
Sebelumnya saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang sudah meluangkan sedikit waktu untuk membaca work sederhana saya yang masih dalam tahap belajar.
Terima kasih untuk jejak yang ditinggalkan dan sudah meramaikan dunia jingga di bilik becauseofvii. Saya tidak memaksa untuk betah karena saya pun tidak aktif menulis seperti tahun-tahun lalu.
Tapi untuk kalian yang ingin bertukar sapa, saya ada setiap harinya, saya pun masih wara-wiri di dunia imaji ini untuk menikmati cerita-cerita hebat milik kalian:)
Ngomong ngomong, soal karakter Namjoon di buku ini, saya hanya menuliskan sepotong demi potong adegan yang saya dapat ketika melamun, hehe. Saya serandom itu kalau sedang menulis, jadi mohon maaf untuk belum sempurnanya tulisan saya.
Dan karakter Hoseok. Benar-benar di luar rencana, karena fokus saya menulis cerita ini hanya untuk menggambarkan Namjoon dan Hae. Tapi disini Hoseok membantu saya merampungkan cerita sebaik yang saya bisa.
Mungkin sekian dari saya, sekali lagi terima kasih.💜