Para murid di kelas 1-A berlomba untuk menjadi yang terpintar lalu mendorong murid lainnya dalam kesengsaraan, menjuluki mereka sebagai 0 (zero).
Akan tetapi suatu hari bel kelas malam berbunyi.
"Hari ini adalah tes kelas malam, jawab seluruh pertan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
****
Gyeoul tidak bisa percaya ketika wali kelas datang dan memberitahu siapa saja yang lulus dalam tes kelas malam, ternyata nama Yang Gyeoul tidak disebut sama sekali, dalam artian kalau dia tidak lulus.
Gadis itu tidak bisa mengalihkan wajah dari teman-temannya yang bahagia, mereka tersenyum dan saling mengucap selamat satu sama lain tetapi Gyeoul tidak, karena dia tidak lulus.
Hanya ada 13 orang yang tidak bisa ikut kelas malam dan salah satunya adalah dia sendiri, sedangkan murid yang dipastikan untuk ikut kelas malam berjumlah 19 orang.
“Inilah bukti kalau ranking tidak selalu bisa dibanggakan hahaha, untuk apa pintar tapi tidak memiliki keberuntungan,” sindir Shuhua terang-terangan di balik punggung Gyeoul.
“Ayahku menyiapkan hadiah yang mewah di rumah jika aku lulus tes ujian malam ini, aku yakin kau akan terkejut saat melihatnya,” ucap Yiren penuh rasa bangga seakan dirinya adalah orang paling utama di dalam kelas.
“Bagaimana Yang Gyeoul, apakah kau tertarik untuk menjual otakmu? Sepertinya itu sudah tidak berguna lagi hahahaha,” ejek Hyunjin sambil mengangkat kakinya ke atas meja.
Tangan Gyeoul meremas ujung buku miliknya kemudian kaki itu melangkah pergi keluar dari dalam kelas dipenuhi rasa sedih dan kecewa.
Dia tidak tahu seperti apa nilainya hingga pengawas Kim Taehyung tidak meluluskan nilai tersebut, namun Gyeoul merasa kalau dia setidaknya menjadi murid terakhir yang masuk kelas malam, padahal dia sangat berharap bisa lulus.
Kelas malam ini adalah harapan untuk dia bisa mengikuti banyak lomba ataupun beasiswa, karena setelah beberapa hari materi maka akan diberi tes kemudian siapapun murid yang mendapat nilai paling bagus akan disponsori oleh sekolah.
Diusahakan mendapat beasiswa selama nilai-nilai setiap ujian tetap stabil atau setidaknya mereka bisa mendapat rekomendasi mengikuti lomba yang nantinya dapat berpengaruh dalam pendaftaran universitas.
Disaat sulit seperti ini Gyeoul tidak ada tempat untuk melarikan diri terkecuali di atap sekolah yang sepi.
Dia menangis diam-diam karena harapan terakhirnya sudah sirna, kelas tiga nanti tidak akan ada kelas malam lagi seperti kelas satu atau kelas dua.
“Kau di sini lagi? Si Zero yang kutu buku.”
Gadis itu buru-buru menghapus air mata saat mendengar seseorang berbicara, dia berbalik, ternyata ada Yeonjun di sana sedang duduk di atas pintu masuk persis seperti waktu itu.
Sontak dia mengalihkan wajah, lagi-lagi otak Gyeoul teringat pernah melihat Jimin dan lelaki itu di ruang klub dekat dengan atap ini, padahal sudah beberapa hari terlewatkan, dia sudah berusaha keras untuk lupa namun sekarang dia justru teringat lagi.
“Apa yang membuatmu datang ke sini? Ingin bunuh diri lagi?” ucap Yeonjun seraya melompat turun.
Gyeoul hanya diam saja, dia melihat pada langit ataupun suasana sekolah dari atas ketinggian, seperti menganggap hanya ada dia sendirian di sini, memperlakukan Yeonjun seakan dia adalah udara kosong.