Prolog

51 6 1
                                    

Menit demi menit berlalu, orang-orang yang berlalu-lalang di depanku silih berganti; ada yang berdiri lama, menentukan pesanan sebelum akhirnya ikut mengantri, ada juga yang berdiri karena disuruh memotret teman-temannya.

Seharusnya aku datang lebih cepat ke cafe ini sehingga tak perlu duduk di tempat yang kurang strategis seperti sekarang. Hanya meja ini yang tersisa, meja yang diapit dua wilayah ramai; meja kasir dan toilet.

Entah berapa kali dengusan serta keluh yang kelepasan dari mulutku sejak tiba di sini. Sesekali kulirik arloji yang melingkari tangan kananku, setiap detiknya terasa begitu lama. Sudah hampir setengah jam aku duduk disini layaknya orang bodoh sembari menunggumu.

Tak ada tempat istimewa yang lain selain cafe ini. Tempat kita mengerjakan tugas bersama atau sekadar nongkrong membahas hal tidak jelas sampai larut. Tetapi itu dulu, tak lagi sekarang. Kamu telah menemukan seseorang yang bisa kau sebut 'rumah'.

Mataku tertuju padamu, kau berjalan memasuki bagian dalam cafe ini, hatiku spontan bergemuruh seperti biasanya, ternyata aku masih belum terbiasa.

Semua kisah kupastikan usai malam ini.

Jika diberikan kesempatan untuk mengulang waktu, aku tidak ingin mengenalmu lebih jauh. Aku tidak ingin melihat senyummu lebih lama. Aku tidak ingin berjalan di sampingmu. Aku tidak ingin bertukar kontak denganmu.

Kamu, adalah satu-satunya manusia yang membuatku betah berbohong selama satu semester ini.

Aku tak membencimu karena itu adalah salah, aku hanya mencintaimu, dan itu jauh lebih salah.

-

Tentangmu, Juni dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang