Banyak typo(s)
Selamat membaca💚
Apa yang lebih mengerikan dari doa burukmu yang hanya diucapkan untuk main-main, namun jadi kenyataan? Entah ada apa dengan hidupnya, mungkin jika ia memiliki bakat untuk menulis sebuah novel atau naskah drama, ia akan membukukan seluruh kisah 20 tahun hidupnya.
Seo Haechan sama sekali tidak bisa berpikir. Otaknya blank. Lelucon kehidupan apa kali ini? Ia sudah tertawa dalam hati menertawakan hidupnya yang seperti badut. Seperti drama komedi yang miris. Ia meringis tipis.
Sumpah, demi tuhan! Meskipun Seo Haechan tidak serajin hyungnya beribadah, ia tidak pernah menduga Tuhan begitu berbaik hati merealisasikan doanya yang satu ini. Ia tidak bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Mungkin seharusnya ia percaya dengan ucapan Nakamoto Jaemin. Tidak seharusnya ia mengeluh karena tugas-tugasnya dengan menginginkan pernikahan. Demi apapun dia tidak mauuu!!!! Usianya baru akan menginjak 20 tahun, dan seorang pria berdasi rapi— yang ia kira sudah seusia dengan ayahnya datang untuk melamarnya.
Bangunkan aku dari mimpi aneh ini. Kumohon! Gumamnya ngeri.
"A-Anu, tapi usia saya masih sangat muda, ahjussi." Haechan berkata pelan, bermaksud menolak lamaran pria nyaris paruh baya dihadapannya. "Saya masih belum menyelesaikan pendidikan saya."
"Ya, lalu?" Pria berdasi itu mengerutkan keningnya bingung. "Ayah dan bundamu bilang, kamu sudah ingin untuk menikah."
Pria Seo itu menggigit bibirnya gusar. Tidak menyangka jika orang tuanya mengartikan ucapannya dengan serius seperti itu.
"Ta-Tapi Hendery hyung yang secara usia lebih siap belum menikah." Haechan harus bisa menggunakan Hendery sebagai tameng. Mana mau dia menikah di usia semuda ini. Ia masih punya mimpi yang belum terealisasikan. "Bukankah Hendery hyung harus menikah lebih dahulu?"
"Aku belum siap." Balas Hendery santai. "Aku juga belum memiliki calon untuk kunikahi."
Cih, bohong sekali. Rutuk Haechan dalam hati. Lalu siapa pemilik kontak dengan emot "❤️" di ponsel kakaknya? Siapa yang diajak video call semalaman suntuk oleh kakaknya? Lucas-ge? Ingin rasanya Haechan menerjang tubuh sang kakak yang tidak bisa diajak bekerja sama ini. Apa kakaknya ini tidak peka sama sekali?
"Kalau begitu, bagaimana jika kita..." Ia sudah tidak bisa mendengar lagi. Kepalanya dipenuhi banyak hal. Namun, satu yang begitu mengganggunya.
"Apa aku akan menjadi istri kedua untuk seorang pria paruh baya?"
**
Seo Haechan berangkat dengan wajah kusut keesokan paginya. Ia tidak bisa tidur. Hitam pada kantung matanya terlihat jelas. Rambutnya yang biasa tertata rapi, ia sisir sekenanya. Pakaian yang biasanya tampak wah, hari ini seadanya. Ia hanya mengenakan celana jeans ketat dengan kaus hitam dan hoodie hitam. Wajahnya hanya ia beri sentuhan sunblock. Tanpa bedak, tanpa lipgloss atau liptint tipis agar wajahnya tampak segar. Haechan layaknya mayat hidup yang dipaksa untuk hidup demi menyelesaikan draft proposalnya.
"Hari ini pucat sekali. Kau tidak apa-apa, Chan?" Nakamoto Renjun yang baru saja hendak menyembur Haechan mengurungkan niatnya. Awalnya, ia ingin menuntut penjelasan mengapa pemuda Seo yang ditunggu-ditunggu ini tidak hadir pada acara angkatan mereka kemarin. Namun, melihat wajah Haechan yang pucat dan tidak bersemangat layaknya mayat hidup mengurungkan niatnya.
"Apa sangat ketara?" Tanya Haechan setengah panik. Ia memang terbiasa terlihat manis dan menggoda. Namun, melihat bayangannya sendiri di cermin toilet membuat moodnya makin turun. "Aduh, kantung mataku terlihat tebal sekali."

KAMU SEDANG MEMBACA
Skripsweet
Fanfiction"Kalau tidak lulus tahun ini aku mau menikah saja!" "Memang ada yang mau?"