"Huahhh! Sudahlah! Aku lelah!" Pemuda manis berkulit eksotis itu berteriak lelah. Ia memilih melangkahkan kakinya keluar dari gedung dosen. Setumpuk kertas ditangannya genggam erat-erat. Lagi, untuk kesekian kalinya draft proposalnya ditolak. Ah! Rasanya mau gila saja.
Entah sudah keberapa kalinya draft proposal penelitiannya ditolak. Selalu adaaaaa saja yang menyebabkan draftnya tertolak. Fokus yang masih terlalu lebar, topik yang terlalu sulit, atau dosen pengampu yang memang tidak menyukai topik bahasannya. Hingga beginilah nasibnya. Teman-teman seangkatannya satu persatu mulai mengikuti sidang seminar proposal, sedangkan dirinya terussss saja mengganti topik atau merevisi draftnya. Menunggu dosen pengampu mata kuliah menyetujui proposalnya.
Omong-omong, ia jadi curiga. Apa jangan-jangan dosennya itu memang sengaja? Yah, mana tau dosennya memang sengaja menahan Seo Haechan agar tidak cepat-cepat lulus.
"Mr. Jung kenapa anda menolak draft saya terus, sih??????" Keluh pria manis itu frustasi. Ia menghentakkan kakinya sebal. Ah, tuhan. Rasanya ia ingin menangis saja. Seo Haechan bingung, ia harus bagaimana agar draft proposalnya diterima dan disetujui oleh dosen muda pengampu mata kuliahnya tersebut.
"Kalau begini terus, lebih baik saya berhenti dan menikah saja, deh." Sambungnya kalut. Seo Haechan memang sudah tidak bisa memikirkan apa-apa lagi. Terlalu kesal, kalut, dan frustasi dengan penolakan yang ia terima.
"Memangnya ada yang mau menikah denganmu?" Sebuah suara membalas ucapannya. Seo Haechan menoleh kebelakang, dan mendapati dosen muda yang tadi ia teriakan namanya telah berdiri di belakangnya. Kedua tangannya ia masukkan kedalam saku celana bahan yang ia kenakan. Wajahnya menatap Haechan datar. "Dari pada mengeluh karena proposalmu terus tertolak, lebih baik belajar dan perbaiki topik serta tulisanmu agar saya terima." Sambungnya.
Seo Haechan menelan ludahnya kasar. Aduh! bagaimana ini? Gumamnya gusar. Hasrat ingin membenturkan kepalanya pada dinding semakin tinggi. Mengapa dosennya ini ada disini?
Dosen muda itu menyeringai tipis. Kakinya melangkah pasti mendekati Seo Haechan yang tengah terpaku dengan wajah pucat. Bocah tan itu pasti terkejut setengah mati melihat kehadirannya. Ini bukan gedung dosen, ataupun sekitarnya. Pria Jung itu mengikutinya sampai neon stage, sebuah panggung besar yang terletak di tengah-tengah fakultas. Beruntung saat ini telah sore, sehingga area kampus sudah cukup sepi. Tidak begitu banyak mahasiswa yang masih berkeliaran di kampus pukul segini.
Niatnya sebenarnya ingin memberikan tas laptop milik pemuda manis itu yang tertinggal. Kalau dipikir-pikir, ia jadi heran sendiri. Kenapa salah satu mahasiswanya ini teledor sekali? Bahkan benda sebesar dan sepenting itu bisa ia lupakan untuk dibawa. Beruntung mahasiswanya ini meninggalkan tas laptopnya di ruangan miliknya. Bagaimana jika di kendaraan umum? Bocah berkulit tan itu pasti sudah akan melompat dari tangga.
Okei, kembali ke Haechan yang masih asyik menganga. Pemuda manis itu benar-benar malu karena ucapannya.
"Kau ini teledor sekali ya, Seo daehaksaeng?" Kata dosen muda tersebut datar. Tangannya terulur, memberikan sebuah tas berisi laptop milik pemuda manis Seo tersebut. "Aku mengerti jika kau sebal, tapi tidak dapat dijadikan alasan sebagai keteledoranmu, bukan?"
Seo Haechan memerah. Dalam hati merutuk kebodohannya. Ah! Kenapa hari ini ia sial sekali, sih?
"Mr. Jung, apa anda tidak bisa sekali iniii saja meloloskan proposalku?" Pintanya pelan. Ia akan melancarkan aksinya. Ia yakin pria dihadapannya ini akan luluh dan mengizinkannya melanjutkan penelitian dan mengikuti seminar proposal. "Eung?"
"No." Pria Jung itu berkata datar. Seolah tidak terpengaruh sama sekali dengan serbuan keimutan yang Seo Haechan lancarkan.
"Waeeee??!?!?!" Ia merajuk gemas. "Teman-temanku bahkan..."
"Kerjakan saja proposalmu dengan benar." Potong Jung Minhyung kemudian berlalu. Meninggalkan Seo Haechan dengan hasrat ingin mengulitinya hidup-hidup.
Dasar dosen menyebalkan!
**
Injun si penyihir pedas
Kau tidak datang? Hari ini ada pesta untuk merayakan keberhasilan angkatan kita.
Aku tunggu di cafe XXXX pukul 7 malam, ya!
Pokonya kau harus datang😈😈
Pemuda manis bermarga Seo itu hanya bisa menatap ponselnya malas. Matanya melirik pada jam di layar ponsel. Pukul 06.30 PM. Ada waktu 30 menit untuk bersiap dan berkumpul dengan teman-temannya. Tapi, apa mau dikata? Mana mungkin ia datang ke pesta yang diadakan teman-teman seangkatannya saat ini.
Pria manis itu menidurkan kepalanya lemas di meja, meratapi nasibnya. Disaat teman-temannya begitu asyik berpesta, yang bisa ia lakukan hanya mengurung diri dengan tumpukan buku literatur sialan, laptop, dan draft proposalnya. Harusnya ia bisa bersama teman-temannya malam ini. Harusnya ia bisa menikmati waktu bersantainya malam ini. Harusnya is tengah merayakan keberhasilannya menjalani sidang seminar proposal hari ini.
Tapi tidak! Sepertinya dugaannya mengenai dosen yang mencegahnya untuk segera lulus itu ada benarnya. Jika dipikir-pikir, kenapa hanya dia seorang dalam satu angkatan yang belum berhasil seminar proposal? Bahkan teman-temannya yang lain, termasuk yang menurutnya tidak lebih baik akademiknya dibanding dirinya saja sudah! Ia merasa kesal dan menyesal karena mengambil mata kuliah ini dulu karena tergoda pada pesona dosen muda itu.
Setelah ini, Seo Haechan berjanji tidak akan akan mengambil mata kuliah yang diampu oleh dosen Jung Minhyung. Tidak! Ia tidam mau! Bisa-bisa dosen menyebalkan itu tidak mengizinkannya lulus terus.
Kepalanya terasa pening sampai suara sang bunda menginterupsi. Gadis itu diminta untuk bersiap dan segera turun. Tamu-tamu yang tadi pagi disebutkan bundanya telah datang.
Tibisi atau end??
***
Dikit dulu, yaa. Hihi makasii udah membaca❤️✨🌻

KAMU SEDANG MEMBACA
Skripsweet
Fanfiction"Kalau tidak lulus tahun ini aku mau menikah saja!" "Memang ada yang mau?"