Seo Haechan menatap tidak percaya pada sekelilingnya. Ia mendengus pelan, sedikit tertawa menertawakan nasib dan kebodohannya. Entah apa yang ada dikepalanya saat ini, ia mendapati dirinya telah berdiri di depan sebuah gedung besar yang begitu ia tidam sukai. Kantor sang ayah, dibayar berapapun ia tidak akan pernah mau menginjakkan kakinya kemari. Dan lihat apa yang terjadi sekarang? Begitu putus asa dirinya sampai kedua tungkai mengkhianati dirinya. Ia meringis kecil, mendapati dirinya dengan sepenuh hati masuk ke dalam gedung yang sangat menyesakkan itu.
Sebenarnya Haechan membenci tempat ini dapat dikatakan tanpa alasan. Ia hanya tidak suka, itu saja. Sekumpulan orang berlalu lalang, dengan kopi atau berkas ditangan. Tampak sangat sibuk. Sebut saja aneh karena ia tidak suka.
Seo Haechan menghela nafasnya pelan. Pria manis itu melangkahkan kakinya mantap. Tekadnya bulat. Ia akan mengikuti saran Nakamoto Renjun, sahabatnya. Dalam hati berdoa semoga saran Nakamoto Renjun bisa membantunya.
Jika ayah dan bunda tidak bisa membatalkan pernikahannya dengan teman ayah, maka Haechan sendiri yang akan menghentikannya. Dengan cara yang cukup ekstrim tentunya. Ia akan menemui istri si pria tua, dan mengadukan kelakuannya.
Biar saja pria tua yang tidak ingat umur itu malu! Siapa suruh melamar Seo Haechan yang masih terlalu muda!
Haechan membungkukkan badannya sedikit setelah sekretaris ayahnya membiarkan Haechan masuk. Kedua manik bulatnya langsung disapa dengan pemandangan ayahnya yang sibuk. Bertumpuk-tumpuk kertas yang menunggu untuk diperiksa, dan ayahnya yang tampak asyik dengan sesuatu pada laptopnya. Bahkan sampai tidak sadar, jika putra bungsu manis kesayangannya telah hadir di hadapannya.
"Ayah!" Seru Haechan manja. Pria Seo yang ia panggil Ayah melirik sekilas pada pintu masuk, sesaat kemudian melepaskan kaca mata dan menyambut anak bungsu kesayangannya. "Ayah sibuk sekali, sampai tidak sadar kedatangan Haechan."
Pria Seo itu terkekeh pelan. Kedua tangannya melebar, menyambut pelukan hangat sang putra. "Tumben kemari." Kata sang ayah. Pasalnya, Haechan itu paling anti sekali jika disuruh mengunjungi ayahnya di kantor. "Ada apa?"
"Tidak ada." Jawab Haechan santai. Ia mendudukkan dirinya pada sofa panjang di dekat meja kerja sang ayah. "Tidak ada salahnya kan jika Haechan ingin bertemu dengan ayah di Kantor?"
Tuan Seo menaikkan sebelah alisnya. Kalimat Haechan agak aneh. Anaknya ini pasti memiliki sesuatu untuk dikatakan...
"Pasti perihal pernikahanmu, ya?" Tebak Seo Johnny. Matanya menyipit, melirik pada putra bungsunya yang tengah gelagapan.
Haechan sedikit takjub pada sang ayah. Sibuk-sibuk begini, ayahnya masih sangat perhatian padanya, ya?
"Aku tidak akan pernah meragukan darah ayah di dalamku saat ini." Gumam anak itu pelan. Tebakan ayahnya tepat pada sasaran. Ayahnya mengerutkan alis tidak paham.
Pemuda manis itu tersenyum cerah. Jika begini, ia tidak perlu berbasa-basi lagi, kan?
"Ak..."
"Jaehyun bilang pernikahannya akan dilangsungkan minggu depan."
Haechan menganga. H-Hei, bukan ini rencananya. Kenapa ayahnya menyerang Haechan lebih dulu? Haechan merengut sebal. Membuat Seo Johnny menatap heran pada putra bungsu kesayangannya.
"Bukannya Haechan mau bertanya soal itu?" Tanya Johnny.
Haechan tarik ucapannya tadi. Ia jadi ragu jika ia benar-benar putra bungsu dari Seo Johnny dan Seo Ten. Ayahnya ini kenapa tidak peka sama sekali, sih?
"Ih, ayah! Bukan itu maksud Haechan." Rajuknya. Ia jadi kesal sendiri mendengar tanggal pernikahannya. Harusnya Haechan bahagia bukan? Tentu ia akan bahagia, jika seseorang yang akan ia nikahi adalah orang yang ia cintai dan inginkan. "Haechan belum mau menikah sekarang. Haechan masih muda. Haechan bahkan belum menyelesaikan skripsi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Skripsweet
Fanfiction"Kalau tidak lulus tahun ini aku mau menikah saja!" "Memang ada yang mau?"