empat

950 155 26
                                    

Gila! Hidupnya memang benar-benar gila!

Pria manis itu menyuarakan pikirannya dengan lantang, alih-alih bergumam. Pantas saja pria dihadapannya mendelik kaget mendengar ucapannya. Seo Haechan benar-benar tidak bisa memahami apa yang sebenarnya terjadi saat ini.

"Maksud kamu?"

Seo Haechan melirik takut-takut pada pria Jung disebelahnya. Sudah cukup memalukan karena insiden genital waktu itu dikelas, kali ini ditambah Haechan meneriaki pria Jung calon anak tirinya. Hahaha! Ia sudah tidak memiliki wajah sekarang.

Tapi, jika dipikir-pikir, sepertinya ide menikah dengan tuan Jung dan menjadikan jung Minhyung sebagai anak tiri ada manfaatnya juga. Setidaknya, ia bisa mendesak anak tirinya itu untuk segera menyetujui proposal skripsinya, kan? Dengan begitu ia bisa lebih cepat lulus. Kemudian...

"Seo Haechan, kamu tidak akan menjawab pertanyaan saya?"

Jung Minhyung menaikkan sebelah alis, menatap bingung pada pemuda manis yang duduk disebelahnya. Padahal baru saja ia hendak menghubungi pemuda manis bermarga Seo ini, mengajaknya bertemu. Mamanya sejak kemarin terus mendesak agar Minhyung bertemu dengan calon pengantinnya. Alih-alih berbicara empat mata dengan pria manis berkelakuan tidak terduga ini, insiden kelas dimana Haechan tidak sengaja mendorong genitalnya malah mengurungkan niat.

Asalnya, ia hendak berbicara empat mata dengan Seo Haechan. Perihal pertunangan, sekaligus terkait progress proposal skripsinya. Tapi semua jadi urung karena Haechan yang kabur pasca insiden genital, dan beberapa hal tak terduga yang harus segera ia urus.

Kembali pada Haechan dan Minhyung. Minhyung masih setia menunggu jawaban dari Seo Haechan, sedang si manis masih sibuk menunduk menghindari tatapan Minhyung.

"Siapa yang kamu maksud akan menjadi anak tirimu?" Pemuda Jung itu bertanya lagi. Kali ini lebih tenang. Seo Haechan tampak gugup sembari memelintir jemarinya.

"M—Mr. Jung." Pemuda manis itu menjawab gugup. Ia menggigit bibir pelan. Kepalanya masih tertunduk, takut-takut menatap Jung Minhyung. Jemarinya saling bertaut. Ia menghembuskan nafas pelan dan menegadahkan wajah. Mati-matian mengumpulkan kekuatan untuk menatap wajah dosen menyebalkan yang kebetulan calon anak tirinya ini. "Mr. Jung akan menjadi anak tiri saya." Katanya pelan.

Kedua alis camar itu bertaut bingung. Apa yang salah dengan kepala mahasiswanya? Mengapa Minhyung harus menjadi anak tiri Seo Haechan?

Sesuatu mampir di kepala Jung Minhyung dan membuat mata elang itu membola. Oh, ia paham sekarang! Pria Jung ini membuang wajah dan berusaha menahan kekehan yang hendak keluar. Calon pengantinnya ini berpikir apa, sih?

"Kenapa saya harus menjadi anak kamu?" Pemuda Jung itu bertanya. Berpura-pura menggunakan nada paling datar yang ia miliki. "Saya masih memiliki orang tua lengkap dan tidak berniat untuk diadopsi oleh siapapun."

Seo Haechan menatap dosennya iba. Kasihan, ya. Jung Minhyung itu tampan, sayang punya ayah seperti tuan Jung yang tidak ingat umur. Kalau boleh, Seo Haechan juga tidak ingin menjadi ibu sambung untuk pemuda Jung dihadapannya.

Pemuda Seo itu menghela nafas. Jung Minhyung pasti tidak tahu bagaimana perangai sang ayah. Bagaimana pria yang ia taksir usianya hampir sama seperti ayahnya sendiri, beberapa malam lalu datang dan melamarnya. Ingin menjadikan bungsu keluarga Seo itu sebagai istri.

"Mr. Jung, saya juga tidak ingin menjadi ibu sambung untuk Mr. Jung." Pemuda Seo itu berkata lirih. Ia memasang ekspresi paling sedih. Berharap Mr. Jung mau membantunya untuk menyadarkan sang ayah agar batal menikahinya. "Tapi papa Mr. Jung beberapa waktu lalu datang dan melamar saya. Saya masih belum mau menikah, Mr. Jung."

SkripsweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang