01

23 7 7
                                    

"Ga mau kek?!" Pekik Anastasya kesal, dia berjalan keluar mansion menjauh dari pria yang dia panggil kakek. Pintu mansion dia tutup dengan kencangnya.

Pria paruh baya itu tak kehabisan ide, dia menyuruh butler untuk mengejar Anastasya dan mengatakan kalau dirinya tiba tiba pingsan.

Dengan langkah khawatir Anastasya kembali ke dalam mansion, dia berlari seakan sedang di kejar setan. Dia terus mencari sekeliling ruang tamu dan ruang keluarga, namun nihil pria paruh baya itu tak ada di kedua ruangan itu.

Anastasya mengurangi laju larinya dan datang menghampiri butler tadi. Setelah berhadapan dengannya, Anastasya kemudian bertanya pada simian(butler). "Dimana kakek?"

"Tuan mungkin ada di tempat peristirahatannya" jawab simian menunduk hormat dengan senyumnya. Anastasya mengangguk dan berjalan ke arah lift, sampai lantai 2. Dia langsung berlari secepat mungkin ke kamar tidur pria yang dia khawatirkan tadi.

Ceklek...

Anastasya masuk dengan menarik nafas dalam-dalam, dia berjalan perlahan. Dilihatnya ke sekeliling kamar tersebut untuk mencari orang yang dia cari. Setelah beberapa saat akhirnya dia Pria paruh baya yang tadi memarahinya, Sudah berada di atas ranjang mewah namun minimalis milik pria itu .

Anastasya berjalan perlahan menghampiri pria itu, wajah yg masih gagah di usianya yang sudah berusia 50tahunan. Wajah itu mengeluarkan banyak keringat, membuat Anastasya semakin khawatir. "Kek..."

Anastasya duduk di sisi ranjang, di pegangnya tangan yang dulu sudah menjadi penyelamat hibupnya juga kakaknya.

Anastasya mendekatkan tangan itu ke pipinya, mengusapnya lalu kemudian menciumnya lembut.

"Ca..." Panggil pria itu lirih.
"Kakek sudah bangun? Kakek butuh apa? Minum? Atau makan? Caca panggilkan pelayan untuk mengambil makanan untuk kakek" tanyanya beruntun.

(Ganti kakek aja biar enak)

Kakek menggeleng pelan, kemudian tersenyum hangat di elusnya tangan milik Anastasya.
"Kakek cuma mau kamu turuti keinginan kakek"
"Tapi kek—"
"Sekali ini saja, grandpa wants to see you married. Maybe this is the last request from grandpa, you obey okay?"
"Hey hey hey, Why did grandpa say that? Kan kakek bilang, 'grandpa will live longer than you caca' , grandpa ingat?"
"Ca..."

Anastasya menghela nafas panjang, dia tak mau mengecewakan kakeknya. Tapi dia juga tak mau menikah di usianya yang masih muda. Bayangkan saja dirinya baru berusia 16 tahun ini, itupun masih harus menunggu nanti di bulan September.

Namun pada akhirnya Anastasya pun mengangguk. Kakeknya tersenyum senang, sembari mengucap syukur.

"Die Hochzeit findet also morgen am Sonntag statt!" Ujar kakek mantap.
(Jadi pernikahan akan di laksanakan pada minggu besok!)

"What the hell—!" Kagetnya hampir mengumpat.
"Tapi kek ini kan hari Jum'at, kalo minggu. Itu artinya 2 hari lagi? seriously?"tanya Anastasya tak percaya akan apa yang baru kakeknya ucapkan.

"I'm very serious"jawab kakeknya enteng.

"Sepertinya kau telah membohongiku, kau tidak sakit kan?"
"Tentu kakek sakit"
"Sungguh? Sakit apa?"
"Sakit hati, karna cucu perempuan satu-satu milikku tak menuruti keinginanku untuk memiliki cucumenantu juga cicit"

"Sungguhan? Kakek!"pekik Anastasya tak terima. Dia berniat keluar dari kamar itu, tapi ternyata dirinya kalah cepat dari kekuasaan sang kakek.

Butler dan bodyguard datang dengan cepat.

"Kakek! Aku bahkan tak mengenal lelaki itu, melihat wajahnya pun aku tak pernah! Bisakah kau berikan waktu untukku? Setidaknya kita bisa bertunangan dulu kan?"protes Anastasya.

Fractious [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang