00

23 6 6
                                    

Angin berhembus seakan memelukku dan kakakku yang masih berdiri di depan makam kedua orang tua kami yang masih basah.

Namun, pelukan yang angin ciptakan tak dapat mengusir duka yang menyelimuti seluruh jiwa dan raga.  Bagai cuaca yang sedang mendung, seakan sudah sepakat untuk ikut berduka bersamaku dan kakak.

“Kasihan semuda ini sudah sebatang kara, akan bagaimana kehidupan mereka nanti?”ucap saudara 1 setengah berbisik.

“Sssttt... pelankan suaramu, jangan sampai dua bocah itu dengar. Nanti ngamuk kita yang repot”tegur saudara 2 pada saudara 1.

Percuma saja kalian bicara pelan, karna aku masih bisa mendengarnya. Tangisku semakin pecah, namun tak satupun dari mereka mendekat.

Aku berusaha menahan laju air mataku dengan tangan kiriku, sedangkan tangan yang lain menggenggam lengan kakak yang terasa dingin. Aku melirik kakak, bibirnya terasa beda dari biasanya. Wajahnya memerah, dan matanya pun basah.

"Mereka mau kemana setelah ini?"tanya saudara 1.

"Aku tak bisa adopsi dua sekaligus. Kalau salah satu, yahh... sepertinya masih bisa"jawab saudara 2.

"Anakku sudah ada dua, aku tak mau menambah beban lagi untuk sekarang"tolak saudara 3.

"Ya sudah, mereka di pisah saja. Aku bisa besarkan adiknya" usul saudara 1.

"Kalau begitu, william ikut denganku" ujar saudara 2 menyetujui.

Refleks aku menatap kakakku, dengan wajah penuh air mata.

'aku tak mau berpisah dengan kakak. Kenapa kita harus dipisahkan sih ?!'

Kakak langsung memelukku erat seakan memberi tanda bahwa tak akan ada yang bisa memisahkan kita.

Sekalipun orang dewasa memaksa akan melakukannya.

"Tidak perlu, mereka tidak akan berpisah. Mereka akan tetap bersama." Ucap seseorang tiba-tiba.

Aku menoleh ke arah sumber suara, bersamaan dengan bunyi suara langkah kaki yang mendekat.

Kakak melepaskan pelukannya, lalu memperhatikan orang tersebut. Dia sosok pria asing yang lebih tua dari pada saudara lainnya.

Pria asing itu menghampiri kami, lalu mengulurkan tangannya ke arah kakak dan juga diriku.

"Ikutlah denganku, maka kalian akan tetap bersama"ujar sang pria asing tersebut.

"Anda siapa, tuan?"tanya kakak kepada pria asing itu.

"Mulai hari ini, kalian akan memanggilku kakek !" Kata kakek tersenyum hangat.

Aku dan kakak saling pandang, kakak mengangguk kepadaku dan ikut tersenyum begitu pula dengan diriku. "Kakekk !"

Dengan senyum manis juga hangat, kami menerima uluran tangan dari kakek. Sang penyelamat kita..

Fractious [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang