Mengitari Kota

126 27 11
                                    

"Berat? Mau kubantu?" Pertanyaan dari laki-laki di sampingnya membuat Hyungu mengarahkan pandangannya pada kotak yang ia bawa lalu kembali menabrak netra hitam sang penanya, Jin Yonghoon.

Hyungu menggeleng pelan, menunjukkan senyum kecilnya. "Tidak, aku juga ingin membantu."

"Terimakasih."

Frasa itu menjadi favorit Hyungu, bagaimana ia merasa dihargai walau untuk hal kecil. Ia berhutang lebih banyak ucapan terimakasih kepada Yonghoon, pikirnya.

Cukup jauh menuju mobil Yonghoon yang terpakir di pinggir taman, namun Menyamakan langkah bukan hal yang sulit bagi Hyungu walau Yonghoon memiliki kaki panjang. Ringan—tak terburu adalah impresi langkah yang dimilikinya bahkan dengan membawa beban berat untuk keperluan busking

Matahari belum membenamkan dirinya ketika mereka sampai di kedai es krim lama kesukaan Yonghoon. Nuansa sore masih sangat terasa karena cahaya matahari menembus jendela, cukup hangat untuk sebuah kedai es krim, kesan ceriapun membuat keberadaannya meski tak ada warna perabotan yang terlalu terang. Hyungu paham kenapa yonghoon menyukai tempat ini, setiap sudut benar-benar seperti dirinya. 

Yonghoon menepuk bahu Hyungu yang tertutup jaket putih, menghentikan kegiatan mengamati ruangan karena terlonjak kaget. Kekehan Yonghoon terdengar sebelum memberi tanya tentang es krim yang diinginkan Hyungu.

Mata lebar Hyungu mengamati buku menu dan etalase es krim secara bergantian, membuat Yonghoon kembali terkekeh, entah untuk keberapa kali hari ini. Laki-laki bermarga Jin tersebut membiarkan Hyungu memilih, kemudian menyelesaikan pesanan dengan miliknya. Es krim dan sedikit makanan berat agar keduanya tak melewatkan makan malam.

Binaran mata Hyungu tak luntur dari pandangnya, menatap Yonghoon yang tengah bercerita saat kali pertama ia ke sini dan hingga akhirnya tempat ini menjadi pelariannya kala sedih. Es krim membuat segalanya menjadi lebih baik, Hyungu setuju. 

"Kau belum pernah ke sini?" Yonghoon melempar tanya saat sesendok es krim almond telah meleleh di mulutnya.

Gelengan kepala Hyungu menjadi jawaban. Yonghoon menunjuk jendela besar di samping pintu masuk dengan bangku panjang melekat di kacanya, lalu beralih pada sudut ruangan, tempat pot tanaman besar berada. Kembali bercerita.

"Jendela serta bangku itu tak pernah berubah, tapi pot besar itu dulunya adalah mesin arkade, aku dan teman masa kecilku sering bermain setelah kami duduk di jendela, memakan es krim.

Dua mesin bersebelahan berwarna biru tua, sangat menyenangkan, bisa membayangkannya?" 

Hyungu menangkap gambaran samar-samar mesin arkade tersimpan di sudut sana, ia pikir Yonghoon bercerita dengan baik hingga ia bahkan dapat membayangan dekorasi dinding yang tak mirip dengan sekarang. Seperti kembali ke masa lalu, gambaran itu asing tapi terasa nyata.

 Seperti kembali ke masa lalu, gambaran itu asing tapi terasa nyata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
retrouvaille; yonghyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang