Prasangka Harin.

134 24 13
                                    

Ju Harin bukanlah seorang yang observatif. Dia peduli, hanya saja sering kali melewatkan sebuah detail. Jika Hyungu adalah lugu, Harin itu lebih pada tidak peka.

Mungkin salah satu alasan mereka berteman baik sedari kecil karena mereka kontras, namun Harin melengkapi sifat pendiam Hyungu dengan pribadinya yang aktif.

Ju harin bukanlah seorang yang observatif. Tapi bukan berarti ia tak melihat perubahan pada sahabatnya, yang sekaligus tetangganya saat kecil. Tumbuh bersama, membuatnya lebih dari mengenal sosok Kang Hyungu; bahkan perihal masa lalu Hyungu yang tak banyak diketahui orang.

Hyungu adalah anak yang manis meski tak banyak bicara, begitulah kesan yang Harin berikan saat mereka berpisah di depan rumah masing-masing yang letaknya tak saling jauh. Selepas bermain bersama untuk pertama kalinya, berburu capung di taman. Debu tanah menghiasi pakaian keduanya, seperti tak takut dimarahi sang ibu. Mereka saling melempar senyum, berjanji akan bermain lagi bersama esok hari.

Sejauh Ingatan Harin, senyum Hyungu kecil selalu terlihat lebih hidup. Dan sejauh pengelihatan Harin, senyum Hyungu sekarang terlihat lebih redup.

Sempat, waktu tega memisahkan mereka. Hal buruk terjadi, senyum manis Hyungu sirna dalam sehari, sekejap, berganti dengan wajah tenang selagi kesadarannya perlahan menurun.

Hari demi hari, Hyungu hanya tidur.

Setiap Harin datang, Hyungu hanya tidur.

Hingga ketika Harin harus pindah rumah jauh darinya, Hyungu hanya tidur. Tak ada kalimat perpisahan.

Tahun seakan melesat menuju masa dimana keduanya bertemu kembali, Sekolah Menengah Pertama. Bagi keduanya, kekosongan itu sangat terasa selama bertahun-tahun. Apalagi untuk Hyungu yang setiap saat berada di rumah.

Harin hampir tak percaya saat mata sipitnya menangkap sosok yang selama ini ia nanti. Lebih tak percaya lagi pada kenyataan bahwa Hyungu berhasil melewati masa kritisnya.

Kala itu Harin memuji semesta berpuluh-puluh kali, berterimakasih. Sosok Hyungu benar-benar nyata, Hyungu berbicara dan tersenyum, bahkan Harin dapat mendekapnya.

Mereka menghabiskan waktu bersama. Harin selalu menjemput Hyungu di kelas setiap jam istirahat. Mengenalkan Hyungu pada teman-temannya. Ia tak pernah meninggalkan Hyungu selagi ia bisa. Hyungu juga begitu, selalu ada ketika Harin kesusahan mengerjakan tugas. Bahkan jika Harin remidi ia akan dengan senang hati mengajarinya.

Sekolah menengah pertama hingga akhir. Mereka berdua berusaha mengisi bingkai kosong di masa lalu.

Dikebersamaan itu pula lah, yang membuat Harin dengan perlahan mengetahui apa yang terjadi pada Hyungu saat ia tidak di sisinya. Bahkan hati Harin masih sakit ketika mengingat semuanya.

Ju harin bukanlah seorang yang observatif. Tapi, ekspresi Hyungu yang kian meringan merupakan hal yang mencolok bagi Harin. Ini sesuatu yang baik tentu saja.

Harin hanya penasaran, apa yang terjadi pada Hyungu di beberapa minggu terakhir ini.

Pulpen Hyungu tak sengaja membuat garis tambahan dari kata yang ditulisnya, tercoret, karena Harin dengan tiba-tiba bertanya apakah dirinya mempunyai kekasih.

"Hyungu, kau sekarang mempunyai pacar, ya?" Pertanyaan Harin sebenarnya lebih pada menuduh, ia memang orang yang blak-blakan.

"Pa– pacar? Tidak!" Hyungu menggeleng cepat, menepis tuduhan temannya.

"Benarkah?"

Tidak ada jawaban, Hyungu hanya memutar bola matanya malas. Ia sibuk menghapus coretan hitam yang menganggu tulisannya. Benar-benar mengabaikan pertanyaan Harin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

retrouvaille; yonghyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang