"Selagi bisa dibalas dengan senyuman, kenapa harus dibalas dengan kemarahan?" - Diara Ayunda
"Ra, nyebelin banget kan?! Dia ancam Lo hanya karena Egi. Padahal wajah dia juga gak seberapa sama Lo cantiknya" Ujar Lia menggerutu kesal dihadapan Ami dan Diara.
Diara tersenyum dan mengangkat alis sebelahnya, memantau Lia yang terus marah-marah karena Li tidak terima bahwa Diara terus-terusan mendapat kecaman dari wanita lain yang menyukai Egi. "Udah, Li. Udah biasa, yang seperti itu gak perlu Kita besar-besarkan" Timbrung Diara.
"Besar-besarin gimana sih, Ra? Lina ini harus Kita ancam balik supaya gak seenaknya ke Lo, Ra."
"Gak perlu deh, kan Lo tugasnya emang harus jagain Diara atau satpam buat Diara dari cewek-cewek penggemar Egi. Kalau cewek-cewek diancam balik Diara, yang ada nanti Lo gak ada kerjaan, Li" Jawab Ami sambil terkekeh kecil menggoda sahabatnya itu.
"Gue mau, semua di pihak Gue itu harus di pihak yang baik. Kalaupun Gue harus lawan, itu biar urusan Gue aja. Gue gak mau nama kalian jadi jelek gara-gara bela Gue. Lagi pula, selagi bisa dibalas dengan senyuman, kenapa harus dengan kemarahan." Ami mengangguk dan tersenyum tanda setuju, Lia pun juga terlihat mulai diam dan ikut mengangguk perlahan.
"Hai sayang" Egi memasuki kelas, hanya berisi Diara dan kedua sahabatnya di jam istirahat. Lantas Egi meminta izin kepada Ami dan Lia untuk membawa Diara ke luar kelas untuk beberapa saat.
Egi mengajak Diara menuju taman belakang sekolah yang sepi dan jarang didatangi oleh para siswa dan siswi SMA Pelita. Mereka duduk di kursi taman yang mengadap ke area parkiran motor. Seperti biasa, mereka berusaha meluangkan waktu di jam istirahat untuk saling berbincang, menceritakan keluh kesah tentang dunia sekolah, bercanda dan lain sebagainya. Sampai akhhirnya, tiba-tiba ponsel Diara berdering. Ternyata dari nomor yang tidak dikenal. Kemudian, Diara mengabaikannya dan kembali berbicara dengan Egi.
Awalnya Egi belum merasa curiga sebab Ia berpikir itu hanyalah nomor yang salah sambung. "Eh besok lusa adalah tanggal hari jadian Kita Sayang. Tepat 3 bulan Kita pacaran" Ucap Egi.
"Iya sa..."
Drrtt...drttt..ddrrtt...
Ponsel Diara kembali berdering dengan nomor yang sama. "Siapa sih?" Tanya Egi penasaran.
Diara menggeleng, lalu Egi merebut paksa ponsel yang berada di tangan Diara. Lalu melihat riwayat panggilan masuk di ponsel Diara. Dan ternyata nomor tidak dikenal tersebut sudah beberapa kali melakukan panggilan masuk ke ponsel Diara.
"Siapa Dia? Udah lakuin panggilan masuk dari seminggu yang lalu."
Wajah Egi berubah menjadi terlihat marah dan menunggu jawaban jujur dari Diara. Diara kebingungan menjawab pertanyaan Egi yang sudah terlihat akan memarahinya. Padahal kenyataannya, nomor itu memang terus menghubunginya dari seminggu yang lalu dan tidak pernah sekalipun Diara mengangkatnya. Tetapi Ia tahu bahwa Egi tidak akan mempercayainya, Ia juga tahu bahwa Egi sudah memikirkan hal-hal yang jauh dari kenyatannya saat ini.
"Sayang dengerin dulu,"
"Bangsat!"
Diara terkejut mendengar umpatan Egi yang tidak Ia duga sama sekali. Kini Diara sedikit ketakutan, tetapi Ia tidak mungkin meninggalkan Egi dalam kondisi yang masih seperti itu. Ditambah lagi, ponselnya masih berada digenggaman Egi.
"Kenapa sih selama ini Kamu gak pernah mau dengerin aku dulu. Kamu..."
"Dengerin apa?! Dengerin klarifikasi Kamu, kalau Kamu punya cowok lain di HP Kamu?"
"Apa sih"
"Selama ini Aku jaga hati Aku dari banyaknya perempuan yang goda Aku, ternyata ini balasan Kamu?!"
Diara hanya diam berusaha untuk tetap tenang dan tidak ingin membalas dengan perkataan yang kasar dan melukai hati Egi.
"Murahan"
Dan akhirnya kata itu keluar dari mulu Egi. Aku mata Diara sudah tidak tahan untuk dibendung. Diara menangis, "oke, sini balikin HP Aku, Aku mau balik ke kelas." Tiba-tiba Egi merasa bersalah karena sudah membentak dan berkata kasar kepada Diara. "Sayang maafin Aku, Aku gak bermaksud gitu."
Namun Diara sudah terlanjur sakit hati, Ia ingin kembali ke kelas menemui Lia dan Ami secepatnya.Tetapi tangannya ditahan oleh Egi, Egi masih berusaha permintaan maafnya didengar oleh Diara. Meskipun sebenarnya itu terlambat karena perkataannya sudah terlanjur menggores hati kekasihnya.
"Terserah kalau Kamu mau putus dari Aku, Gi. Aku gak apa-apa, sekarang balikin HP Aku. Aku cuma mau ke kelas sekarang."
"Enggak, Ra. Aku sayang sama Kamu"
"Aku gak bisa terus-terusan sama orang yang bahkan gak bisa percaya sama Aku"
Dan akhirnya, Egi mengeluarkan silet yang ada di saku seragamnya dengan cepat Ia menggoreskan ke tangannya. Diarapun berteriak dan syok ketika melihat darah yang kini mengalir deras dari tangan Egi. "Aku gak bisa hidup tanpa Kamu, Ra."
Diara langsung melupakan masalah tersebut, kali ini Ia harus segera meminta bantuan agar Egi cepat mendapat pertolongan pertama. Dengan segera, Diara berlari ke koridor meminta bantuan siswa lain untuk mendatangi taman belakang dan membawa Egi ke UKS.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Savior
Genç KurguMengisahkan percintaan yang tidak biasa, layaknya dua insan yang bertemu di masa SMA. Pengemasan cerita yang menarik dan berbeda akan membawa Anda terbawa cerita dan suasana. Cerita ini adalah tentang bagaimana Diara, seorang perempuan yang terjebak...