Minggu malam, Anto datang ke rumah Lena dan Diara. Ia datang dengan menyapa hangat dan mencium pipi kanan Lena. Setelah itu Lena mempersilakan Anto masuk ke rumahnya. Mereka tak jarang berpelukan dan bermesraan, hingga akhirnya Diara berpapasan dengan mereka. Diara tak tahu bahwa Anto datang ke rumahnya.Tetaoi Diara hanya fokus dengan apa yang ingin Ia kerjakan, yaitu mengambil minum untuk Ia bawa ke kamarnya di lantai atas.
"Diara"
"Iya ma"
"Sini sayang"
"Gak bisa Ma, Diara sibuk"
"Ra, ayo ke sini cepat!"
Mendengar bentakan dari Lena, Diara tidak bisa mengelak lagi. Dan mau tidak mau Ia harus mendatangi Anto dan ibunya yang sedang bermesraan di ruang keluarga.
Setelah melihat putrinya datang, Lena langsung menyuruh Diara untuk duduk di samping Anto. Meskipun awalnya Diara ragu, tetapi Ia tahu bahwa mengelak tidak akan ada belas kasihan dari ibunya. "Oh jadi ini ratu yang berhasil jadi pacar baruku, Len? Putrimu cantik sekali."
Diara menepis tangan Anto yang berusaha menyentuh wajahnya.
"Belum jinak rupanya" ujar Anto sambil tertawa kepada Lena. Lena beberapa kali mengisyaratkan Diara agar tidak bersikap menyebalkan di depan Anto dan dirinya.
Kemudian Anto berusaha mencium pipi Diara bahkan mau memeluk Diara. Namun dengan cepat, Diara mendorong tubuh Anto dengan kasar. Kemudian Diara pergi dan berjalan menuju kamarnya.
Hal tersebut tentu tidak akan dibiarkan oleh Lena. Lena pun menyusul Diara ke kamarnya. Kemudian Ia menjambak rambut Diara dengan kasar. "Harus seperi apa lagi mama jelaskan?! Terima Anto! Atau Kita tidak akan hidup!"
"Ma aku gak mau sama Dia, pasti ada cara lain"
"mau Kamu bekerja berpuluh-puluh tahun pun gaji Kamu gak akan sebanding dengan harta Anto!"
"tapi ma.."
"mama gak mau tahu! Kamu harus terima Anto! Jangan kurang ajar!"
Lena pun melepaskan tangannya dari ranbut Diara. Diara berusaha menahan tangis dan emosinya yang sebenarnya sudah banyak emosi menumpuk di hatinya. Tapi sekali lagi, Ia tidak punya alasan lagi untuk menolak.
*****
Minggu pagi, Diara sedang libur bersekolah. Banyak rencana yang ingin Ia lakukan di hari liburnya. Ia ingin menenangkan pikirannya sejenak. Pada pagi buta, Diara menyelinap pergi dengan pakaian pergi untuk menuju ke suatu tempat. Tempat itu adalah bukit yang terletak lumayan jauh dari rumahnya, namanya bukit Arilis. Tetapi bukit itu dekat dengan rumah neneknya.
Beberapa kali Diara selalu ke rumah neneknya, Ia berpikir hanya neneknya lah keluarga yang masih meyakinkan Diara untuk tetap hidup.
Ia sangat dekat dengan Lastri, nenek dari ayahnya itu. Diara selalu berbagi cerita kepada Lastri, tetapi Ia tidak pernah menceritakan kejelekan ibunya sedikitpun. Ia hanya membagikan cerita kehidupan sekolahnya yang baik, tidak termasuk hubungan tidak sehatnya dengan Egi.
Tetapi untuk kali ini, Ia memilih untuk mendatangi bukit itu terlebih dahulu. Sesampainya di sana, pemandangan belum terlihat jelas karena masih ada kabut, dan matahari baru ingin terbit. Diara memang berangkat sangat pagi agar ibunya tidak tahu.
Malam itu Anto menginap di rumah, di kamar ibunya. Sepanjang malam, Diara diambang ketakutan karena takut Anto melakukan hal-hal yang tidak terduga.
Sehingga Ia berpikir bahwa Ia butuh sekali menjernihkan pikiran untuk sementara di bukit Arilis itu. Bukitnya terasa sangat sejuk dan sunyi. Yang Ia dengar hanya suara adzan subuh yang samar karena letak masjid terdekat ada di pedesaan bawah bukit.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Savior
Ficção AdolescenteMengisahkan percintaan yang tidak biasa, layaknya dua insan yang bertemu di masa SMA. Pengemasan cerita yang menarik dan berbeda akan membawa Anda terbawa cerita dan suasana. Cerita ini adalah tentang bagaimana Diara, seorang perempuan yang terjebak...