Saat kecil kau ingin cepat dewasa. Sudah beranjak dewasa malah putus asa.
***
Siapa sangka ternyata beranjak dewasa begitu mengerikan. Layaknya bayangan yang hilang karena lilin dimatikan atau penerang yang sudah tak ada lagi di bumi. Kau sendirian, berjuang melawan ketakutan. Ah, klise sekali rupanya. Tapi, kita sama-sama manusia. Melewati fase yang sama pula.
Adakalanya berbeda, bagaimana kita menghadapi ini semua. Saat putus asa meradang, yang kau pikirkan adalah: "kalau saja bunuh diri itu bukan dosa, mungkin kebanyakan manusia sudah tiada." Itu benar adanya. Semua orang berada dalam kesulitan. Kau selalu berkata pada dirinya sendiri: "semuanya akan baik-baik saja." Itu salah dalam waktu yang tak terasa cepatnya. Kau terlalu muda untuk memendam beban sendirian. Ah, siapa yang mau peduli pada penderitaan orang, dalam hatimu.
Tak usah takut. Jalani saja sampai kau menemukan waktu yang tepat untuk berkeluh kesah pada semesta. Tujuan yang hilang, arah yang salah. Semuanya tampak nyata. Tak bisa dipungkiri kalau kau membenci diri sendiri, sampai kau ingin pergi. Pergi dari tempat memuakkan ini, selamanya. Tak mengenal lagi kehidupan yang fana, yang orang lain kira kebahagiaan itu bertahan lama. Tidak. Semesta tak mungkin bekerja selamanya, suatu waktu ia pun akan putus asa, sama seperti kebanyakan manusia.
Bagaimana dengan rencanamu di masa lalu, impian yang selalu kau dambakan. Bagaimana itu tercipta saat kau putus asa? Satu sisi, kau ingin bergerak cepat, namun kau takut tersesat. Sisi lainnya kau menyadari: aku terlalu lambat. Hingga akhirnya kau jengah, sampai ingin mati.
Semua ini tampak rumit untuk orang pemikir sepertimu. Sampai suatu saat ada seseorang yang merangkulmu dari keterpurukan ini. Sampai kau sadari pula, ia tak lama. Ia akan pergi, menghilang, sampai tak kembali.
Pada akhirnya kau menghadapi semua ini sendiri lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are You Okay?
Short StoryKetika setiap luka tertutupi hanya dengan kata: baik-baik saja.