Part 2

524 59 2
                                    

Nana duduk di hadapan dua pria yang kini menatapnya dengan pandangan berbeda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nana duduk di hadapan dua pria yang kini menatapnya dengan pandangan berbeda.
Jika Jaehyun menatapnya dengan ekspresi semringah, namun berbeda dengan Jeno-satu lagi kakak tiri Nana. Sejak tadi pemuda itu mengerutkan dahinya dengan tatapan datar.

"Jadi dia adik perempuan kita, hyung?"
Tanya Jeno. Lelaki berwajah datar dan terkesan menjaga jarak itu mengedarkan pandangannya ke setiap inci sosok Nana.

"Iya Jeno, mulai sekarang dia akan tinggal di sini dengan kita. Oh ya, tolong nanti kau bantu Nana angkat kopernya ke kamar ya, aku mau mandi dulu, panas."

Tanpa berkata apapun lagi Jaehyun langsung saja pergi meninggalkan Jeno dan Nana.
Ia merasa tak perlu mengenalkan Nana lebih detil pada Jeno, toh nantinya mereka juga akan saling mengenal. Selain itu ia juga sudah kelelahan, karena seharian menghabiskan waktunya untuk menyetir mobil.

Sementara itu, keadaan atmosfir di antara Jeno dan Nana terasa sangat canggung.
Selain pendiam dan datar, ternyata Jeno juga tidak mau memulai pembicaraan lebih dulu.

Lelaki dua 22 tahun itu memang seperti tembok. Dia lumayan tinggi, kulitnya putih, dan ekspresinya datar. Nana sudah memprediksi kalau pemuda di hadapannya ini pasti orang yang kaku dan membosankan.

"Em...aku mau ke kamar mandi dulu, di mana ya kamar mandinya?" Tanya Nana sambil menggaruk tengkuknya.

Tangan kekar Jeno menunjuk ke arah lantai 2 rumah mereka. "Kamar mandi ada di dalam kamar masing-masing. Kau masuk saja ke kamarmu."
Setelah menjawab dengan kalimat yang pastinya menimbulkan banyak pertanyaan bagi Nana itu, Jeno berlalu begitu saja meninggalkan Nana menuju ke pintu utama.
Memperlihatkan sikap tak acuh yang mulai membuat Nana sangat tak nyaman.

Bagaimana mungkin dia hanya memberi petunjuk dengan cara seperti itu? Bukankah Jaehyun oppa bilang dia harus mengangkat koperku juga ke kamarku? Ish! Datar sekali sih makhluk satu itu.

Akhirnya dengan sangat terpaksa Nana mengangkat kopernya sendiri yang berat itu menuju lantai dua.

Sampai di sana ada tiga pintu di hadapannya. Dua di antaranya tertutup rapat, hanya ada satu pintu yang terbuka setengahnya. Nana jadi bingung harus masuk ke pintu yang mana.

"Malang sekali nasibku, baru saja masuk ke rumah besar ini tapi sudah disuguhi tebak-tebakan begini? Aku harus masuk ke kamar yang mana ini?"

Sejenak Nana memutar otaknya, mencari tahu kemungkinan ruangan mana yang harus ia masuki.
"Secara logika, biasanya kamar yang dibuka pintunya itu adalah kamar tak berpenghuni, kan?" Katanya berpikir keras.

Akhirnya, ia putuskan untuk masuk ke dalam ruangan yang pintunya terbuka lebar. Matanya langsung dimanjakan oleh interior kamar yang indah dan terlihat sangat rapi.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I'll Be Your Home (GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang