"Jaehyuk, kalo nanti udah lulus sekolah, kamu mau jadi apa?" Tanyaku seraya menatap langit malam. Bulan tidak menampilkan sinar terangnya malam ini.
Jaehyuk bergumam, meletakkan jari telunjuknya di dagu tampak seperti sedang menimbang-nimbang. "Nikah muda aja kali ya? Tapi lo yang jadi istri gue."
"JAEHYUK! AKU SERIUS TAU!!" Seruku seraya memukul Jaehyuk.
Jaehyuk meringis, "ADUH–STOPP! SAKIT TAU!"
"Lagian kamu ngaco banget!"
"Gue serius! Kan biar bisa sama lo mulu. Lagian, kalo nggak sama gue, emangnya yakin bakal ada cowok yang mau nikahin lo?"
Aku kembali memukul Jaehyuk, "ADA LAH! EMANGNYA KAMU PIKIR, DI DUNIA INI, COWOKNYA KAMU DOANG??!"
Jaehyuk tertawa dan aku masih setia memukulinya saat Jaehyuk menahan tanganku, membuatku berhenti memukulnya. "Iya betul, cowok di dunia ini ada banyak. Tapi yang kaya gue, ya cuma gue doang." Kata Jaehyuk seraya menatap mataku.
Ntah kali keberapa aku jadi merasa canggung saat mata ku dan Jaehyuk saling bertatap-tatapan. Padahal sebelumnya, aku tidak pernah merasa seperti ini. Kini tangan Jaehyuk beralih menyentuh puncak kepala ku, Jaehyuk sedikit menundukan kepalanya agar sejajar dengan kepala ku. "Nggak ada ruginya kalo gue jadi cowok lo. Gue nggak bakal bikin lo nangis kaya mantan-mantan lo."
Aku yakin, jika lampu rooftop rumah Jaehyuk tidak temaram dan awan tidak menutupi sinar terang bulan, Jaehyuk bisa melihat mukaku yang semerah tomat sekarang.
"Jaehyuk, kamu suka sama aku ya?" Tanyaku dengan nada menggoda seraya mengedipkan satu mataku.
Jaehyuk mengacak-acak rambutku, "Nggak usah ngaco."
"Terus kenapa ngomong gitu?"
"SEBENTAR—JANGAN BILANG KALO LO BAPER??!".
"NGGAK! SAMA SEKALI NGGAK!"
"Ya terus kenapa?!"
"KAMU LAH YANG KENAPA?? TIBA-TIBA NGOMONG GITU??? ANEH BANGET TAU NGGAK."
Jaehyuk kembali tertawa, "Gue lagi mengasihani lo dan mikirin lo. Kalo gue nggak ada, siapa nanti yang bakal jagain lo? Siapa nanti yang mau nikahin lo? Siapa nanti yang bakal mukulin pacar lo kalo ngelakuin hal brengsek ke lo? Siapa nanti yang nyariin lo tiap kali lo berusaha kabur?"
Aku menatap Jaehyuk yang sedang menengadah melihat sinar bulan yang tertutupi awan kelabu. Sosoknya saat ini sangat berbeda dengan sosoknya beberapa menit lalu. "KOK NGOMONGNYA GITU?! Kan katanya, kamu yang mau nikah sama aku?"
Jaehyuk menatapku memasang muka jahilnya seraya menaik turunkan kedua alisnya, "Oh, jadi lo setuju nih buat nikah muda sama gue?"
Sial. Aku terpancing dengan omong kosongnya.
"Nggak gitu! Cuma kan, ngapain juga mikir kaya gitu? Padahal kamu masih ada disini bareng aku?"
"Tapi kan, nggak selamanya gue bisa sama lo."
Aku menatap Jaehyuk dengan sendu, "Jaehyuk, kamu nggak berniat buat ninggalin aku kan?"
"I hope so..."
Dada ku seketika terasa sesak dan entah bagimana air mata yang sudah berada diujung pelupuk mata terasa seperti bersiap untuk jatuh.
Jaehyuk melihat ku yang menahan tangis, kemudian dia tertawa mengejek, mengacak rambutku, "Cengeng banget, masa nangis. Gue cuma bercanda tau."
"Aku nggak suka ya kalo kamu bercandanya begitu!" Kataku sambil memukul Jaehyuk.
Jaehyuk masih tertawa dan meringis sesekali, seraya menggumamkan kata maaf.
to be continued
Halo! Ini Pie, penulis amatiran.
Motivasi gue bikin cerita ini? Ya karena sebagai pelarian dari kejamnya dunia wkwkKarena cerita ini cuma sebagai pelarian, jadi mungkin updatenya nggak bakal sering-sering. Kalo ada yang nungguin, wahh gue terharu banget sih pasti:")
Kalo ceritanya nggak jelas, tolong dimaafkan. Karena penulisnya pun nggak jelas:")
Gue sangat menerima segala bentuk kritik dan saran membangun. Oh iya, jangan lupa vote dan komen sebagai bentuk apresiasi juga ya!
Stay healthy and be happy!🤗💖 ciaooo!
![](https://img.wattpad.com/cover/273305869-288-k474972.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Clair de Lune (JAEHYUK - RYUJIN - ASAHI)
FanficAlternative Universe (AU) Bagaimana ya menjelaskannya? Ini tentang aku yang akhirnya terbebas dari kegelapan dan tau tujuan kemana aku harus 'pulang', tetapi aku juga harus menerima fakta bahwa 'seseorang' yang telah menjadi tujuanku telah pergi di...