Prolog

8.2K 644 20
                                    

Happy reading

Jangan lupa vote oke!












_______________

Mengapa takdir begitu mempermainkannya? Dia hanya ingin bahagia, namun mengapa orang-orang menganggapkan menyebalkan? Menatapnya dengan pandangan jijik seolah tubuhnya dipenuhi dengan kotoran, menatap penuh cemooh hanya karena Dia di juluki Sang Antagonist. Namun mereka tidak tahu kebenarannya, siapa sang antagonis yang sebenarnya disini. Mereka hanya mampu menilai namun tidak mampu untuk melihat kebenaran yang ada di depan mata.

Bahkan saat ini pun Mereka menatap penuh benci kepada seorang gadis yang kini terduduk memohon ampun kepada seorang laki-laki yang tak lain adalah Kakaknya sendiri.

"K-kakak hiks.. Bukan aku ".  Ucap gadis itu dengan suara bergetar.

"Bukan lo? Heh!  Lo pikir gue percaya gitu sama omongan Lo? " sinis laki-laki tersebut.

"Udah deh Lo ngaku aja! Jangan buang-buang air mata buaya Lo ngotorin tau nggak!? Bahkan hanya buat Lo nafas aja udara udah kotor " ucap Rio sinis sembari menendang tubuh ringkih itu hingga tergeletak tak berdaya.

'Apa gue nggak pantas hidup? Kenapa mereka kejam, gue nggak salah'  batin Agha berteriak. Sakit rasanya saat mendengar ucapan Rio yang seolah melarang nya untuk hidup dan menghirup nafas bebas. Jika bisa dia juga tidak ingin disini, hidup dengan orang-orang kasar yang memperlakukan dia layaknya binatang.

"Nggak hiks...aku nggak dorong Dia!" Gumam Agha lirih dengan air mata yang sudah deras. Tidak ada yang percaya kepadanya karena pada dasarnya orang-orang tidak akan pernah mempercayai sang Antagonis.

"Dasar nggak tahu diri! Lo itu cuman sampah inget ini SAMPAH !!! sampai kapanpun Lo itu hanya akan ngotorin gue dan permaluin Mama sama Papa! Kalau bisa udah gue bunuh Lo!!" Tekan Daffi dengan jari telunjuk yang mendorong dahi Agha kuat. Urat-urat nya tercetak jelas menandakan bahwa Daffian sedang marah besar.

Seakan lupa kalau yang di hadapan nya adalah adiknya, Daffian dengan tak berperasaan menyiksa Agha di hadapan banyak orang. Agha tidak menolak ataupun melawan karena menurutnya luka fisik lebih baik dari pada luka batin yang selama ini Agha rasakan. Mereka kejam! Sangat kejam !! Bukannya menolong mereka malah tertawa keras. Bahkan jika dibandingkan dengan iblis pun mereka jauh lebih menjijikan dari pada iblis.

Kata-kata ejekan, cemoohan menggema di telinga Agha. Dia sudah mati rasa. Bahkan saat Daffian menerjang tubuhnya dia tidak merasakan apapun yang Ia rasa hanyalah hatinya yang semakin perih dan perih seolah tersayat oleh pisau baja yang berkarat. Tidak ada lagi harapan untuk menyelamatkan hatinya yang sudah berdarah. TIDAK ADA!!

Tubuhnya telah di penuhi dengan luka memar di mana-mana akibat pukulan dan tamparan dari Kakak dan teman-temannya. Mereka sudah tidak waras menyiksa seorang gadis hanya karena sang ratu terjatuh tepat di hadapannya.

'Oh ...ayolah agha Lo harus kuat! Tahan sebentar lagi'  batin gadis yang sedari tadi menahan sakit fisik dan juga hatinya. Dia adalah Agashya Ariella. Seorang gadis yang berjuang sendiri di tengah ribuan orang yang dengan sengaja menjatuhkan nya. Sama seperti sekarang.

'Heh..Nasib yang malang bukan?'

Apa salah nya?dia hanya ingin diakui,di berikan kasih sayang oleh mereka sama seperti seorang gadis yang sedari tadi berada di pelukan kakak nya. Ya! Dia gadis yang sama yang menyebabkan retaknya hati Agha untuk yang kesekian kalinya. Yang menyebabkan hubungan nya dengan Daffian atau Kakaknya sendiri merenggang bahkan mungkin sudah tidak bisa di perbaiki.

Sang ratu yang menyebabkan dirinya mendapatkan perlakuan tidak layak. Bukankan sang ratu memiliki hati yang baik? Mengapa dia malah terdiam seolah menyaksikan sesuatu yang menurutnya menarik. Heh! Bahkan dia tidak mengatakan kebenarannya.

Agashya [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang