2. Renjun anak manis

838 94 15
                                    

"Buk, maafin Jaemin... Bukannya bermaksud ngelupain ibuk, tapi Jaemin nggak sanggup lihat bapak kaya gitu. Semoga keputusan Jaemin bisa ngerubah bapak."

Jaemin mengusap poto ibuk. Poto wanita tersenyum dengan rambut hitam panjang yang tergurai, cantik. Ia meletakkan kembali poto itu di meja, berharap ibuk bisa mendengarkan permintaan maafannya tadi.

Jaemin memutar kursi rodanya, melihat bapak yang tengah menyisir rambut di kaca dinding.

"Mau kemana?" tanya Jaemin. Bapak tak menjawab beberapa detik, bibirnya masih asik bersiul.

"Bapak!"

"Bapak mau ke rumah calon ibukmu," jawab bapak dengan nada ketus.

"Jangan kebanyakan ke sana, ingat, bapak sama bu Hana belum halal, nanti tetangga mikir yang aneh-aneh."

"Halah, nggak ngapa-ngapain gini."

"Bodolah, Pak. Jangan lama-lama."

"Yo."

Bapak mengelus rambut Jaemin terlebih dulu sebelum keluar rumah. Jaemin belum mandi sore, takutnya hari semakin gelap. Dia cepat ke kamarnya mengambil pakaian. Saat sudah sampai di kamar mandi, Jaemin letakkan pakaiannya di atas bak besar yang kering. Dia melepas bajunya, lalu tangan kirinya bertumpu pada pegangan kursi roda sampai pantatnya tak menyentuh kursi, barulah tangan kanan Jaemin melepaskan celananya.

Setelah mandi kurang lebih lima belas menit, tak lupa ia mencuci bajunya sekalian lalu menjemurnya. Jaemin nggak suka pekerjaan menumpuk, jika bisa dikerjakan sekarang, ngapain besok. Untung bapak juga masih mau cuci baju sendiri, bapak yang pengertian.

Pernikahan bapak akan dilaksanakan minggu depan setelah persiapan yang sederhana. Nggak ada resepsi, yang penting sah.

Jaemin belum pernah bertemu anaknya bu Hana. Katanya manis dan baik, yang pasti itu adalah berkat didikan dari ibunya.

Jaemin nunggu bapak pulang sampe jam 8 malam, baru orang tua itu ingat rumahnya dimana.

"Nyasar?" tanya Jaemin langsung waktu bapak masuk rumah.

"Nggak usah marah-marah, tadi bapak mampir ke rumah Pak RT dulu."

"Mampir nggak mampir, tapi kan aku udah bilang, jangan pulang malem-malem, ngerti nggak sih, Pak? Mulut Jaemin tuh ngomong sampe berbusa loh, nggak ditanggepin amat sih!"

"Emang capek ya ngomong sama kamu, munyer-munyer!" Bapak berdiri dan langsung masuk kamarnya.

"Bapak!" Jaemin menghela nafas merasakan kelakuan bapak yang kaya anak kecil. Kalau Jaemin ada darah tinggi, pasti sekarang dia udah minum Sangobion.

Daripada ngerasain bapak yang nggak habis pikir, mendingan Jaemin tidur aja.

•••••

Kenapa waktu itu cepat sekali berputar.

Siapa yang nikah siapa juga yang deg-degan. Eh Jaemin yang keringet dingin. Dia pakai batik motif yang dibelikan bapak kemarin. Sementara bapak yang masih asik dandan di kamar.

"Bapak, ayoloh! Udah ditungguin juga, lama banget!"

"Bentar, pake minyak."

Jaemin memutar rodanya ke depan, yang udah di tungguin Pak RT sama beberapa warga lainnya.

"Bentar ya, Pak. Bapak saya masih ngejamet depan kaca."

1. The Best Step Brother | JaemRen ✓Where stories live. Discover now