18 - Bocah

1 1 0
                                    

Jeong Sewoon - It's You

Setelah pertengkaran hebat itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah pertengkaran hebat itu. Aidan dan Zahra memilih diam-diaman saja di dalam kelas. Ketika keluar di sekitar pekarangan rumah juga sama seperti itu. Kelas jadi sepi tanpa keributan mereka berdua. Keyna pun merasakan hal janggal itu.

"Bisma jadian sama lo biar bisa gabung sama gengnya Bayu. Gue gak tau kenapa dia mau gabung."

"Jangan mau dibodohi sama orang brengsek kayak dia. Dia gak beda dari seorang banci di pinggir jalan!"

"Ra, bertahun-tahun kita sahabatan, dan lo lebih milih Bisma yang baru datang entah dari mana ke kehidupan lo."

Arghh!

Semua ini membuat Zahra tak tenang. Terus terang saja, Zahra kalut saat ini. Memikirkan sahabatnya dan pacarnya secara bergantian. Keduanya sama-sama penting di hidupnya.

Tapi itu semua seakan hilang ketika mengingat lagi penuturan Aidan yang menyakitkan hatinya dan membuat emosinya memuncak. Zahra juga tak terima Bisma dikata-katain seperti itu.

Aidan juga masih dendam batin dan pikiran. Bayangkan, Zahra lebih memilih Bisma ketimbang dirinya. Bukankah itu tak adil? Aidan tak peduli bahwa Bisma adalah pacarnya sekali pun. Toh, bukan suami sahnya juga, kan?

***

Keesokan harinya. Zahra telah sampai di sekolah tepat waktu.
Bodyguard-nya ia suruh pulang duluan. Beruntung hari ini tak macet lagi seperti kemarin. Hatinya begitu tenteram.

Bisma menunggunya lagi di dekat
parkiran seraya melambaikan tangan ke arah Zahra. Zahra pun
berlari menghampirinya.

"Gak macet lagi?" tanya Bisma. Zahra hanya menggeleng.

"Udah sarapan, kan?"

"Udah kok, aku gak bisa kalau gak
sarapan dulu. Kurang afdal gitu."

Bisma menganggukkan kepalanya. Kini mereka menyusuri kelas 11. Memang benar, kalau ingin menuju ke kelasnya harus melewati beberapa rintangan. Salah satunya kelas adik kelasnya.

"Mirip banget ya mukanya.
Relationship goals banget, kan?" lagi-lagi ada yang berceletuk seperti itu. Zahra juga bingung kenapa mereka berkata seperti itu. Apa memang mereka ditakdirkan bersama?

Bisma tak memedulikan itu. Itu tak ada faedahnya sama sekali baginya. Mungkin Zahra sudah besar kepala.

Mereka pun telah sampai di depan kelas. Zahra dan Bisma menduduki tempatnya lalu menaruh tas tepat di belakangnya. Sekedar menaruh barang-barang yang sedari tadi dibawanya.

Zahra membuka kembali novel yang kemarin ia baca. Mencari halaman bertuliskan angka lima kembar. Garis pembatas ia letakkan di atas meja. Bisma tak mau mengganggu Zahra dulu. Ia pun lebih memilih membuka ponselnya saja.

CosinusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang