"Anyone can cook but only the fearless can be great"
- Ratatoille -
Ruangan sempit di lantai tiga yang seharusnya menjadi gudang memang sengaja Sadam sulap sebagai kamar. Dengan begini ia memiliki ruang yang leluasa untuk diri sendiri. Bebas dari keluarganya.
Sadam melempar ransel secara asal di karpet lantai kamar. Kemudian ia melemparkan tubuh ke springbed kecil di sudut kamar. Cowok itu menerawang menatap langit-langit kamar. Ia mengingat kejadian tadi di sekolah. Tentang tawaran Miss Anne.
Sadam heran dengan diri sendiri. Sejak kapan ia jadi impulsif dalam mengambil keputusan. Mengapa ia sangat yakin mengikuti kompetisi itu? Satu hal yang ada dalam pikirannya, TCC bisa menjadi jalan untuk membuktikan kemampuannya kepada Papa.
"Sadam." Suara seseorang memecah lamunannya. Sesaat kemudian pintu kamar terbuka dan kepala seorang wanita muncul dari balik pintu. Sadam melongok.
"Masuk, Ma," jawabnya.
Melihat sang anak bungsu yang masih memakai seragam sekolah di tempat tidur serta posisi ransel yang tergeletak asal di karpet, Endah, mama Sadam menghela napas panjang sambil memungut dan meletakkan tas tersebut di kursi meja belajar. "Kapan kamu mau pindah kamar lagi ke lantai bawah?" tanya Endah pada anak bungsunya itu. "Setidaknya pindahlah ke lantai dua," lanjutnya.
Sadam memperhatikan mamanya yang masih terengah-engah sehabis naik tangga ke kamarnya di lantai tiga.
"Mama ini sudah mulai tua. Naik ke lantai tiga buat bangunin kamu atau ngingetin kamu makan itu butuh tenaga ekstra," timpalnya sambil memukul pelan lengan Sadam.
Sadam beranjak dari kasur dan duduk di samping mamanya. Cowok itu merangkul bahu dan mengecup kening mamanya. Bibir Sadam terhenti cukup lama di kening mama sehingga ia bisa merasakan kulit yang tak lagi sekencang dulu. Mamanya benar, beliau sudah mulai tua dan Sadam tiba-tiba merasa sendu.
"Aku kan sudah besar Ma, sudah bisa mengurus diri sendiri. Mama nggak perlu naik-naik ke sini. Nanti capek," ujarnya.
"Kalau nggak begini kamu nggak bakalan keluar dari kamar sama sekali selain ke sekolah," jawab Endah. Sadam tertawa kecil menanggapinya.
"Yuk turun, kita makan siang bareng. Mama pengen makan siang sama kamu," ajak Endah.
"Ada Papa?" tanya Sadam.
"Papa masih di kantor."
Endah tahu betul mengapa anak bungsunya itu memilih mengurung diri di kamar. Sadam tidak ingin terlalu sering bertemu dengan sang papa. Endah sangat ingin keluarganya kembali seperti dulu, bukan yang main kucing-kucingan seperti ini.
Sadam tampak berpikir sebentar. Ia ragu untuk turun ke ruang makan. Enggan tetapi tidak tega menolak permintaan mamanya."Ya udah. Yuk, Ma, kita turun," putus Sadam kemudian. Ia ingin menyenangkan hati mamanya.
***
"Enak?" tanya Endah pada Sadam setelah si bungsu selesai menghabiskan makan siangnya. Piring Sadam licin tak tersisa secuil makanan pun.
"Masakan Mama enak, atau kamu memang lapar?" tanya Endah lagi karena Sadam masih menjilat-jilat sisa bumbu yang menempel di sendoknya.
"Memangnya pernah masakan mama nggak enak?" puji Sadam sambil menatap dalam-dalam mata mamanya. Endah lega mendengar jawaban itu.
"Gimana sekolah kamu?"
"Baik."
"Cuma baik?"
YOU ARE READING
CARAMELLOVE RECIPE (SUDAH TERBIT - GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA 2018)
Teen FictionGawat! Satria kena tifus. Cowok itu pingsan tepat di akhir babak penyisihan awal Teen Cooking Competition. Padahal tiga hari lagi, Karmel dan Satria harus mengikuti babak dua puluh besar. Mau tidak mau sesorang harus menggantikan posisi Satria. Miss...