"Love is proved the moment you let go of someone because they need you to."
- Shanon L. Alder -
Karmel berjongkok untuk membetulkan tali sepatu yang lepas ketika berjalan menuju ruangan Miss Anne. Saat ia berdiri kembali, dari kejauhan ia melihat Sadam melangkah menuju arah yang sama dengannya. Karmel menunduk dan mengurangi kecepatan langkah.
Ah! Lagi-lagi jantungnya berdebar tak karuan. Karmel memberanikan diri mengangkat kepala. Ini tidak boleh terjadi! Jangan sampai ia tunduk atau terlihat bodoh di depan Sadam.
Langkah mereka berdua akhirnya bertemu tepat di depan pintu ruangan Miss Anne. Karmel dengan tinggi tidak sampai pundak Sadam mau tidak mau mendongak untuk melihat wajah cowok itu. Mereka saling menatap, seperti mencoba menebak pikiran masing-masing. Tiba-tiba pintu di hadapan mereka terbuka dan mengejutkan keduanya.
"Kalian ngapain? Ayo masuk," kata Miss Anne dari balik pintu.
Karmel dan Sadam masuk secara bersamaan. Tubuh mereka bertabrakan. Sadam berdecak, membuat Karmel mundur dan membiarkan Sadam masuk ke ruangan Miss Anne terlebih dulu.
Cewek itu hanya bisa mengomel dalam hati dan mengepalkan tangan membentuk gerakan ingin menonjok Sadam dari belakang. Miss Anne berdiri di depan white board dengan memegang spidol hitam. Dengan isyarat, wanita itu meminta Sadam dan Karmel duduk di kursi di hadapannya.
"Oke mari kita mulai. Di babak dua puluh besar nanti, TCC akan diliput oleh sebuah stasiun TV swasta," jelas Anne yang membuat Karmel membelalak karena tidak percaya.
"Serius, Miss?"
Anne mengangguk memberikan jawaban. "Tidak disiarkan secara langsung, tapi tetap saja kalian harus melakukan yang terbaik," lanjutnya.
"Duh," gumam Karmel sambil menggosok-gosok kedua telapak tangannya. Ia semakin gugup. Tidak bisa membayangkan efek kalau penampilannya nanti buruk.
Miss Anne melanjutkan penjelasannya. Berbeda dengan babak-babak sebelumnya, babak dua puluh besar kali ini bertempat di studio yang lebih besar milik salah satu stasiun televisi swasta. Perut Karmel mendadak mulas selama mendengarkan penjelasan Miss Anne.
"Urusan administrasi mengenai pertukaran peserta, Satria dengan Sadam, sudah saya selesaikan. Nanti sore kita harus datang ke stasiun TV untuk briefing dan photo session."
"Satu lagi." Senyum Anne mengembang, menimbulkan rasa penasaran kedua muridnya. "Peserta yang sampai ke babak lima besar, bisa mengikuti Cooking Camp selama dua hari satu malam. Saya harap kalian benar-benar bisa sampai ke babak itu!" seru Anne antusias.
Cooking Camp! Karmel hampir meloncat girang mendengar kabar baik itu seandainya saja tidak ingat untuk tetap menahan diri. Kan ada Sadam di sebelahnya! Namun, ya ampun! Cooking Camp! Siapa sih yang tidak mau ikut?!
Tapi...Cooking Camp tanpa Satria??
"Maaf Miss, kalau boleh saya bertanya, apakah ini tandanya kalau Satria sudah sembuh nanti tidak bisa kembali menjadi partner tim saya?" Karmel memastikan.
Anne memandang Karmel dan Sadam bergantian. "Hmm, sepertinya tidak Mel. Kita tidak bisa seenaknya bergonta-ganti peserta seperti itu. Panitia juga punya kebijakan."
"Lagi pula, saya sudah bilang sejak awal. Saya bersedia ikut kompetisi ini asal bukan sekadar menggantikan posisi Satria," sahut Sadam dengan ketus, memperjelas jawaban untuk Karmel.
Karmel menghela napas putus asa. Ia kemudian bergidik membayangkan dirinya akan selalu bersama Sadam sampai akhir kompetisi.
***
YOU ARE READING
CARAMELLOVE RECIPE (SUDAH TERBIT - GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA 2018)
Teen FictionGawat! Satria kena tifus. Cowok itu pingsan tepat di akhir babak penyisihan awal Teen Cooking Competition. Padahal tiga hari lagi, Karmel dan Satria harus mengikuti babak dua puluh besar. Mau tidak mau sesorang harus menggantikan posisi Satria. Miss...