Farezha Pradana

8 0 0
                                    

Hanya dengan melihatmu aku merasa ada di dua keadaan—senang dan takut

—Raini Angkasa, tidak suka kopi

———

"Silakan isi daftar hadir ya!" Ucap pria berumur 40 tahun sembari merapikan laptop serta beberapa buku mekanika fluida.

Sebagian mahasiswa di hadapannya sibuk dengan handphone atau hanya sekedar bercanda dengan teman di sebelahnya. Tapi tidak dengan dia. 

Dia begitu menghargai atas apa yang orang lain lakukan padanya. Terlihat dari kertas dihadapannya yang semula kosong kini terisi rumus-rumus dan istilah-istilah mekanika fluida yang sulit aku pahami padahal baru beberapa menit yang lalu Pak Seto menjelaskannya.

Aah, aku memang payah.

"Baik, untuk hari ini cukup sekian. Untuk tugas bisa dikumpulkan ke Ruang Tata Usaha besok pagi. Terimakasih, Selamat Siang!"

"Siang pak, terimakasih!"

Pak Seto pun keluar ruangan disusul beberapa mahasiswa yang terlihat terburu-buru untuk meninggalkan kelas. Entah karena ada kelas lagi setelahnya atau hanya ingin makan siang di Kedai Bu Imah yang terkenal ramai, murah, dan enak itu. 

Aku beranjak untuk pergi dengan handphone ditangan kiriku. Kemudian membuka chat dari Desi. Ia mengajakku makan siang bersama dan sudah menungguku di lantai dasar. Aku segera pergi karena tak enak apabila Desi terlalu lama menunggu. 

Setelah sampai di lantai dasar, aku dan Desi segera menuju Kantin Mawar untuk makan siang. Tak ingin jauh dari kampus, karena setelah ini akan ada praktikum. 

"Yah, penuh Des" ucapku pada Desi

"Sini!" 

Desi menarikku ke arah barat kantin. Ternyata masih ada 2 kursi kosong. Namun, ada dia dan teman-temannya sedang makan juga di meja yang sama. 

"Gausah aja ya Des, ke kantin sebelah aja kita" ucapku sambil menarik-narik kecil tali tas Desi. 

"Udah gapapa disini aja, nanti keburu praktikum" sahut Desi sambil menarik kursi untuk duduk. 

Jujur, aku terdiam dan sedikit canggung. Dia duduk tepat di samping kananku. Oh maksudku Ezha—lelaki yang sedari tadi aku bicarakan. Posisinya sedikit membelakangiku karena sedang berbicara dengan temannya yang berada di sebelah kanan nya. 

"Eh ada Raini sama Desi." ucap Fadil yang duduk tepat di samping desi. 

Aku hanya tersenyum kemudian menyeruput es teh manis dihadapanku yang baru saja di antar oleh Bu Sari—ibu kantin mawar. 

Ucapan Fadil mungkin sedikit menyita perhatiannya. Sehingga Ia menoleh ke arahku dan membenarkan posisi duduknya seperti semula. 

"Rai, habis ini praktikum mekanika tanah barengan kan kita?" Tanya Fadil kepadaku

"Iyaa Dil." Sahutku asal sambil terus mengunyah sate telur.

"Oiya rai, Ezha ikut bareng kita praktikum nya. Minggu lalu dia izin." Ucap Fadil yang sontak membuat kunyahanku terhenti sebentar menatap Fadil tak percaya. 

Sang pemilik nama menolehku sambil tersenyum tipis. Masih dapat kulihat meski aku mencoba untuk fokus makan. 

Tidak, tidak, aku tidak bisa fokus! Aku sangat bersyukur tidak sejadwal dengannya awal semester lalu. Tapi mengapa sekarang kami dipersatukan—oh wait, maksudku aku dan dia

———

I hope you like this story
Don't forget to vote and comment✨

Sincerely,
Kataaocta

Tupa, Toni, TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang