5

329 39 4
                                    

Dua minggu berlalu, ingatan yang selalu ingin dihapus sang gadis merah muda kini ia biarkan begitu saja terkenang di sudut hati terdalamnya. Mimpi-mimpi itu terus datang, tetapi Sakura tidak lagi tertekan. Bahkan terkadang, ia begitu menikmatinya, hari-hari dengan Sasuke ketika duduk bersama mengisahkan sebuah cerita kepada anak-anak. 

Embusan napas dihela dengan perlahan, Sakura duduk di samping sang pria dan membenahi rambut kelam yang telah mereka potong sepanjang tengkuk. Membersihkan wajahnya dengan air hangat, kemudian memandangi selama beberapa saat dan menempelkan telinga ke dada. 

Detakan jantung terdengar samar, sang dara pun terdiam sesaat karena kesedihan memenuhi relung hatinya. Ia mengembuskan napas, berbisik bahwa semua akan baik-baik saja. Ingin beranjak dari sana, Sakura tersentak kecil karena mendengar Konohamaru memanggilnya, remaja lelaki itu mendekati. 

Bola mata masih melebar, Sakura tidak menghiraukan Konohamaru dan ia menegakkan kepala karena merasakan sentuhan di punggungnya. Berkaca-kaca, Sakura melihat bola mata beriris merah terbuka. Menatapnya. 

“Sakura,” membisikkan namanya, membuat seketika air mata mengalir dan menghadiahi lelaki itu dengan pelukan.

“Kak Sasuke!” 

“Sasuke-kun, selamat datang kembali.” 

“Sakura, terima kasih.” 

Ada yang berubah dari Sasuke setelah pria itu sadarkan diri, wajahnya terlihat lebih bersahabat daripada tajam dan memusuhi seperti saat pertama kali datang ke tempat ini. Tubuh pria itu perlahan pulih, Sasuke pun menjelaskan apa yang terjadi kepadanya dan hal yang membuat lelaki itu tiba-tiba kesakitan dan tidak sadarkan diri. 

Mereka duduk berdua di taman, di bawah pohon dan menikmati angin yang membelai mersa. Anak-anak sedang tidur siang sekarang, sedangkan Naruto dan Konohamaru tengah berlarih menunggangi kuda. 

“Aku adalah Dewa yang dipaksa turun ke dunia fana untuk mencari takdirku dan engkau, Sakura.” Ia mengembuskan napas, kemudian memandangi tangannya dan menyentuh tengah dada. “Karena membuatmu pergi dari sisiku dan mengacaukan takdir kita, aku diberikan hukuman yang rumit. Saat jatuh cinta kepadamu dan menerima cintamu… maka aku akan bagai mati ribuan kali karena perasaan ini.” Sasuke menjelaskan, menatap Sakura tepat ke mata gadis itu sembari mencengkeram ulu hatinya. 

Sakura masih mencerna, terperangah karena penjelasan sang pria. 

“Rasanya teramat menyakitkan… ini adalah hukumanku karena kepiluanmu mencintaiku.” 

Jemari tangan Sakura bergerak, telapaknya menyentuh tempat di mana jantung Sasuke berada, membelainya lembut dengan mata nanar memandanginya. 

“Sasuke-kun, ini salahku.” 

Tatapan yang hilang asa dan kepala yang perlahan menunduk membuat Sasuke merasa sedih memandangi sang dara, ia pun menyentuh telapak Sakura yang berada di dadanya dan menggenggamnya erat untuk menguatkan. 

“Semua yang kurasakan tidak sepadan dengan pengorbananmu, Sakura.” Kepala berambut merah muda terangkat, mereka kini saling memandang dan Sakura melihat bibir Sasuke tersenyum tulus kepadanya. “Bukan kesalahanmu, semua itu adalah dosa-dosaku kepadamu. Ini adalah penebusanku, jadi kumohon jika hal itu terjadi lagi, maukah kau merawatku?” 

Napas Sakura tercekat, ia menggigit bibir dan menahan tangis karena perkataan sang pria. Bagaiaman Sasuke bisa tersenyum seperti ini? Padahal saat lelaki itu kesakitan, dirinya benar-benar menderita. Sekarang Sasuke bahkan tidak seperti pernah mengalaminya. Memandangi Sakura dengan senyuman tak luntur jua, walau sang pria tidak pandai berkata-kata, tetapi Sakura bisa membaca kebahagian itu lewat bola matanya. 

“Dasar bodoh,” bisik Sakura, ia meneteskan air mata dan menghamburkan diri kepelukan Sasuke. “Di dunia fana ini pun, kau telah berhasil membuatku jatuh cinta, Uchiha Sasuke.” 

“Aku tahu, ukh.” Meski terasa menyakitkan bagai kematian, Sasuke bahagia membalas cinta sang gadis musim semi. 

“Sakura yang berguguran sangatlah indah, aku tersenyum menyaksikannya~” Sasuke mengumandangkan lagu dengan merubah lirik terakhirnya—walau keringat dingin karena rasa sakit yang menghujam jantung. 

Meski khawatir melihat wajah Sasuke yang tersenyum menahan sakit, Sakura tetap merasa bahagia. 

“Akan kuobati dengan penyembuhku.” 

Setelah pedar hijau menghilang, pria itu terlihat lebih bak. Kali ini mereka sama-sama menyanyikan lagu dan tertawa bahagia. 

“Sakura yang berguguran sangatlah indah, aku tersenyum menyaksikannya~”


.
.
.
TAMAT

Terima kasih sudah membaca fanfic karya zhaErza

Fate (Takdir Bunga Sakura) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang