Prolog

44 2 0
                                    

***

Seorang anak kecil yang sedang duduk termenung di ayunan

Dan lagi lagi dirinya menangis.

"Kenapa ibu tak mengakui Ida hiks" tangisan nya yang mengeras

"Semwa jahat, ga ada yang sayang Ida hiks" jawab alida sendiri

Tak lama kemudian, seseorang anak kecil menghampiri alida

"Kwamu tidak apa apa?" Tanya anak kecil yang berada di depan alida, alida terus saja menangis sesenggukan

"Kwamu nangis?" Tanya anak lelaki yang berada di depan alida, alida mulai menatap lelaki yang berada di depannya, dengan mata merah sembab yang sedari tadi menangis.

Lelaki itu langsung mengusap air mata alida dengan jemari kecilnya

"Jangan nangis lagi" ucap anak lelaki itu dengan senyuman merekah di bibirnya.

Alida tersenyum kepada lelaki yang berada di depannya

"Nah gitu dwong, kan kwamu jadi cantik" jawab lelaki itu

"Kwamu kelas bwerapa?" Tanya alida

"Akwu masih TK" jawab lelaki itu

"Kalo Ida juga TK" jawab alida dengan bersorak riang

"Kita berteman?" Tanya lelaki itu dengan mengulurkan jari kelingking nya

"Iya" jawab alida yang langsung menyentuh jari kelingking lelaki itu, mereka saling mengeratkan jari kelingking mereka, atau disebut perjanjian, bagi orang itu hanya sebuah perjanjian palsu dan tak berguna, tapi bagi anak kecil seperti mereka itu adalah perjanjian yang harus dijanjikan.

***

Setelah alida bermain, dirinya langsung pulang, dan tak lupa berpamitan dengan teman barunya tadi

Alida langsung memasuki rumahnya

"Darimana aja kamu?" Tanya Desi dengan menatap tajam putrinya

"Ida habis m-main" jawab alida gugup

"MAIN AJA TERUSSS BISANYA, GA BERGUNA BANGET LO JADI ANAK"

Alida menangis sesenggukan, setelah ada kebahagiaan akan ada kesedihan yang muncul lagi kepada alida

Desi menyodorkan kertas ulangan alida, dan menunjukkan kertas itu di depan alida

Alida terkejut, tadi dirinya sudah menyembunyikan kertas itu ditempat lemari, kenapa ibu bisa tau? Pikir alida

"NIH LIAT NIH, NILAI KAMU JELEK, UDAH GA BERGUNA JADI ANAK, TERUS SEKARANG MAU MALU MALUIN IBU DI DEPAN GURUMU?, HAH JAWAB" Amarah Desi memuncak, dan mulai menampar alida dengan keras

PLAKK

alida menangis sejadi jadinya, air mata yang tadi ia tahan sudah keluar dengan deras, Desi yang melihat putrinya menangis amarah Desi lebih memuncak.

"JANGAN NANGIS!!!, CENGENG BAT LO JADI ANAK"

Alida berlari menaiki tangga dan masuk ke kamarnya, tidak lupa mengunci kamarnya, walaupun dia pendek tapi dia menaiki kursi untuk mengunci pintu yang amat tinggi itu bagi alida.

"Hiks hiks, ibu jwahat Ida di pukul hwaaa" tangis alida

"Kwenapa ayah Ida pergi, Ida pengen ayah, ayah jwahat udah ninggalin Ida, Ida benci ayahhh"

"IDA BENCI AYAAHHH" Teriak alida histeris

"Hiks hiks hiks, ibu Ndak sayang Ida, ibu jwahat hiks"

TristezzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang