3. Bersamanya

8 2 0
                                    

Titik terindah itu ketika aku dan kamu akan menjadi kita
_Aleasha Gantari_

Alea duduk termenung di salah satu taman. Sesuai janjinya sekarang ia sedang menunggu Aregal.

Sudah sepuluh menit Alea menunggu Aregal di situ juga ia mulai sebel. Ia menghembuskan nafasnya kesal. Apa Aregal lupa akan janjinya? Pikir Alea.

Tiba-tiba matanya tertutup oleh sebuah tangan. Sontak Alea memegang tangan yang menutupi matanya. Ia mengenali tangan ini, bibirnya terukir senyum.

"Kakak telat sepuluh menit, aku panik tau. Aku kira kakak lupa mau ketemuan sama aku" adu Alea menatap sebal Aregal

Aregal mencubit gemes kedua pipi Alea. Dengan rasa tak bersalah ia duduk disamping Alea.

"Jadi ceritanya takut aku nggak datang atau udah kepengen ketemu aku?" Tanya Aregal menggoda

Alea yang tadinya mengusap-usap pipinya kini tersipu malu. Dengan gengsinya Alea membantah pernyataan Aregal.

"Nggak ya! Aku tuh takut kakak ingkar janji" bantah Alea

"Sama aja Lea, intinya Lo takut gue nggak dateng"

"Emang slah kalau aku takut kakak nggak dateng? Nggak kan?" Balas Alea memicingkan matanya

"Iya sayang kamu nggak salah" balas Aregal menarik pelan hidung Alea

Alea tersenyum malu, Aregal memanggilnya sayang. Alea benar-benar dibuatnya terbang setinggi mungkin.

Keduanya tertawa lepas, Aregal merangkul mersa pundak Alea. Alea membalas rangkulan Aregal, terjadilah aksi saling peluk.

Hangat, itulah yang dirasakan keduanya.

"Ternyata memang benar, hadirmu itu merupakan sebuah kehangatan dalam hidupku" Batin Alea tersenyum simpul

••••

Untuk kedua kalinya Marsya melihat adegan romantis antara Aregal dan Alea. Ia mengepalkan tangannya erat.

Ini tidak bisa dibiarkan, semakin kesini hubungan mereka semakin dekat. Batin Marsya menahan amarah dan dendam.

Sorot matanya terhadap Alea begitu dalam, ia memancarkan aura ke dendam man. Marsya benar-benar membenci kehadiran Alea.

"Lihat aja gue bakal buat Lo semakin sengsara. Tunggu tanggal mainnya Aleasha Gantari" ucap devil Marsya

Dengan terburu-buru ia meninggalkan taman tersebut. Ia tak ingin Aregal atau Alea melihat kehadirannya.

Disisi lain, kini Aregal dan Alea tengah berjalan sambil bergandengan tangan. Keduanya Napak serasi dan saling melengkapi.

"Mau apa?" Tanya Regal menatap Alea

" Terserah kakak aja" balas Alea tersenyum simpul

Aregal mengangguk kan kepalanya, tanda ia mengerti. Dasar wanita! Pasti kalau ditanya jawabnya terserah. Batin Aregal menggerutu, kalau begini caranya ia juga bingung mau apa. Apalagi keduanya terlihat canggung.

"Naik sepeda?" Tawar Aregal melirik sepeda gandeng yang ada disampingnya

Alea mengangguk setuju, sepertinya sudah lama ia tidak menaiki sepeda gandeng.

Aregal berjalan menuju bapak penjaga, ia membayar sewa an sepeda itu. Setelah sudah selesai Aregal membawa sepeda itu menuju Alea.

"Bisa nggak naiknya?" Tanya Aregal memastikan, ia berusaha membantu Alea menaiki sepeda itu

"Nggak bisa kak, tinggi banget tempat duduknya" elak Alea menatap sebal sepeda itu

"Dasar pendek" ledek Aregal menertawai Alea

Alea memelototi Aregal sebel, ia mengerucutkan bibirnya. Sembari melirik Aregal yang mengatur tempat duduk sepeda.

"Ngambek" goda Aregal menoel-noel pipi Alea, Alea melengos kan wajahnya ke obyek lain

"Udah sayang, sekarang naik yuk" sambung Aregal membujuk Alea

Lea masih menatap sengit Regal, ia masih ngambek catat itu. Aregal tidak menanggapi itu, ia berusaha bersikap cuek.

Dengan perasaan dongkol Alea tetap menaiki sepeda itu. Aregal pun juga menaiki sepeda bagian depan.

Aregal yang mengayun sedangkan Alea hanya menyeimbangi ayunan Aregal.

Alea tertawa senang begitupun Aregal, keduanya nampak bahagia.

"Capek" adu Alea setelah menuruni sepeda, badannya ia goyangkan ke kanan dan ke kiri

"Istirahat" balas Aregal, ia menggandeng tangan mungil Alea menuju penjual es kelapa muda

"Mau pesen apa kak" ucap ramah sang penjual, penjualnya begitu ramah hingga menjerumus ke cafer terhadap Aregal

Ia melirik malu-malu ke arah Aregal. Apa-apaan ini genit banget jadi orang! Nggak tau aja kalu aku cemburu. Mana cafer lagi. Batin Alea dongkol menatap sengit sang penjual.

"Es kelapa muda dua" balas Aregal singkat dan cuek

"Baik kak" balas nya semakin cafer, dengan senyum yang menutut Alea begitu menjijikkan

Aregal menarik Alea menuju tempah lesehan yang sudah tersedia. Ia men jalurkan kakinya.

"Kenapa?" Tanya Aregal menyeringat bingung, kenapa dengan Alea kenapa ia mendadak menjadi diam dan musam

"Gak papa" jawabnya singkat, Alea membuang muka ke arah lain

"Owh" balas Aregal singkat, Alea semakin mendengus kesal. Ia mencibir kan mulutnya

Aregal hanya diam saja, hingga akhirnya menjadi hening. Keduanya sama-sama diam.

"Permisi, ini pesanan nya kak"ucap penjual es kelapa memecahkan keheningan

Alea menatap malas ke penjual itu. Sok imut aja ni tante-tante, gumam Alea menggerutu.

"Kakak rumahnya dimana?" sambung penjual itu

"Dekat dari sini" balas Aregal sambil meminum air kelapa

"Tapi kok say-"

"Bisa diem nggak! Ganggu aja" sarkas Alea memotong pembicaraan sang penjual

Aregal tertawa kecil, ternyata Alea cemburu. Pikirnya.

Mbak-mbak penjual melengos pergi. Ia juga menggerutu kesal terhadap Alea.

"Kenapa?" Tanya Alea sewot, pasalnya sedari tadi Aregal tersenyum-senyum tidak jelas

Aregal tak menjawab ia fokus memandang wajah Alea yang sedang kesal. Sangat menggemaskan batin Aregal.

ArahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang