05:00 WIB, suara alarm dari sebuah jam kecil di atas meja memenuhi seluruh isi suatu kamar hingga seorang gadis terbangun dari tidur lelapnya.
Nola mematikan suara jam beker itu dengan mata setengah tertutup. Gadis itu berjalan menuju toilet dan bersiap-siap untuk sholat subuh. Setelahnya, Nola mengambil sweatshirt merah maroon-nya. Sehabis kejadian-kejadian memalukan kemarin sabtu, Nola sekarang berniat untuk menambah olahraga dalam list 'jadwal kehidupannya'. Dia sadar olahraga memanglah penting, mengapa ia bisa melupakanya?
Untung hari ini minggu, dia jadi bisa mengatur apa saja gerakan-gerakan pemanasan terlebih dahulu. Jujur, Nola tidak hafal semua gerakanya, waktu pelajaran olahraga kan Nola hanya mengikuti instruksi tanpa mengingat. Gadis itu berinisiatif melihat gerakan dasar pemanasan dari youtube, disaat seperti inilah youtube sangat diperlukan, jangan memandang youtube itu buruk, hanya saja bagaimana bijaknya kita menggunakan aplikasi itu.
Nola ingat ketika kemarin di eskul basket dia tak pemanasan dengan benar, alhasil lehernya sakit sekali, maka dia harus bisa melakukan pemanasan dengan benar kali ini.
"Kata Pak Eka kemaren, apa ya? Euhh... 'Kalo lakuin pemanasannya bener, badan kita bakal anget', nah iya itu!"
Nola memulai pemanasannya kali ini dengan benar, setelah sekian lama dia melakukan hal ini dengan salah. Tidak, Nola pikir ini pertama kalinya dia melakukan 'pemanasan' dalam arti sesungguhnya, karena benar saja, setelah pemanasan selesai badannya terasa lebih hangat dan segar.
Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 06:00, Nola segera mengunci pintu dan memakai sepatunya, gadis itu mulai berlari kecil menjauh dari Teras Rumah menuju ke arah Taman terdekat dari Rumahnya.
Setibanya Nola di Taman, dia langsung berlari ringan mengitari taman, menikmati hawa sejuk dipagi hari. Olahraga memang tidak buruk ternyata, Nola senang berolahraga sembari melihat orang-orang yang sedang menikmati hari libur di Taman itu.
''Meong...''
''Eh?'' Nola berhenti berlari dan mulai mendekati seekor kucing oren yang berada di dekatnya, gadis itu mengitari kepalanya mencari pemilik kucing lucu itu.
Seorang cowok dengan setelan olahraga berlari ke arah Nola, ''sorry-sorry, kucing sa- Eh! Nola?''
Nola, kali ini gadis itu sedang kebingungan mengingat siapakah nama laki-laki yang ada di hadapanya itu, sebenarnya dia tak mengenali wajah itu, tapi wajah itu tak terlalu asing. Kerja otaknya membuat beberapa lipatan di keningnya timbul, Nola menyerah, gadis itu tak tahu siapa orang pemilik kucing oren itu.
Menyadari arti dari raut wajah Nola, cowok itu segera mengingatkan siapa dirinya, "Oh... Gue Geno, yang kemaren pas pulang sekolah minta kenalan sama lo. Bay the way, sory, ini kucing gue si Jalu emang suka melek kalau liat cewek hehehe..."
Setelah mengingat siapa cowok di hadapanya itu, Nola sedikit meringis di dalam hati, gadis itu merutuki kerja otaknya yang sulit mengingat hal baru, mungkin bisa dimaklum karena kemarin sepulang sekolah dirinya masih malu dan lehernya masih agak sakit, membuat ingatanya yang buruk semakin buruk.
"Ma-maaf, aku lupa tadi." Seperti biasa suara Nola memang tak bisa stabil, dan gadis itu malah menambah sedikit tawa di ujung kalimatnya yang terdengar sangat canggung.
"Gak pa-pa, santai aja. Gue sering lari tiap minggu di sini, tapi perasaan baru pertama kali gue liat lo di taman ini, atau guenya aja yang gak ngeh?"
"I-ya, aku emang baru pertama kali lari pagi di taman ini, aku gak suka keluar rumah." Mendengar itu Geno hanya mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti.
Dari pertemuan yang tak disengaja ini membuat Nola mulai bisa berbicara normal, gadis itu mulai tak menjadi gugup lagi. Mereka berlari ringan sembari mengobrol dengan Nola yang tak berhenti menggendong Jalu, kucing oren milik Geno yang tadi ditemuinya.
Matahari mulai bergerak naik seiring waktu berjalan. Nola dan Geno telah membicarakan banyak hal, tapi tak terlalu banyak dari Nola, hingga jam di smartphone-nya menunjukkan pukul 9 pagi. Geno yang memang dasarnya suka basket langsung mengajak Nola ke arah Lapangan basket outdoor yang masih termasuk area Taman.
Dari kejauhan terlihat beberapa anak basket yang sepertinya itu teman-teman Geno, karena mereka saling sapa. Hanya ada satu orang yang Nola kenal di tengah lapangan basket itu, gadis itu melihat Pak Eka, pelatih eskul basketnya. Pak Eka sangat akrab dengan murid-muridnya, mungkin karena dia memang masih muda, umurnya masih di awal 20-an sehingga mudah untuk muridnya dekat menjadi seperti teman.
"Nah gitu dong, kamu harus lebih sering olahraga kayak gini, jangan sampe leher kamu keram lagi." Pak Eka yang baru saja melempar bola basket ke dalam ring berjalan mendekat ke arah Geno dan Nola, membuat keduanya spontan tersenyum sopan. Tapi sepertinya hanya Geno yang tersenyum dengan sopan, karena lihat saja Nola, senyumnya terasa tetap canggung.
"I-iya pak."
***
"Gimana? Basket seru kan?"
Mungkin bilasaja dia bisa bermain basket dengan baik itu akan terasa sangat menyenangkan. Tapi kali ini Nola tetap belum bisa merasakan dimana letak kesenangan dari bermain basket, dirinya malah kesal karena ketika tadi di lapangan basket, dirinya tak bisa memasukkan bola satupun ke dalam ring, padahal Geno dan Pak Eka telah memberi tahu cara yang benar dan membantunya tadi. Ahhh... Nola pikir belajar matematika lebih mudah dari pada cara belajar basket.
"Enggak." Satu kata jelas dan singkat dari Nola malah membuat cowok yang sedang berjalan di sampingnya itu tertawa. Geno heran kenapa gadis itu mengikuti eskul basket di Sekolah tapi seperti tak ada minat dengan basket sedikitpun, mungkin lain kali saja dia bertanya pada Nola.
"Lo mau langsung pulang ke Rumah?"
"Iya."
"Temenin gue sebentar ayo." Geno meraih pergelangan tanga Nola, membawa gadis itu ke arah pedagang kaki lima di pinggir jalan.
"Lo mau rujak gak? Sekalian nih gue beli." Nola terdiam sebentar untuk berfikir, lalu mengangguk menandakan 'iya'.
Geno menyerahkan satu kantong plastik yang berisikan rujak pembeliannya. Nola merogoh saku celananya mencoba mengambil uang.
"Udah itu buat lo, gratis." Gadis itu tampak tak terlalu peduli. Rezeki jangan ditolak bukan?
Nola pulang ke rumah di siang hari, lari pagi pertamanya cukup menyenangkan. Dia sudah tak gugup lagi berbicara Geno, dirinya juga akhirnya punya teman. Nola pikir mungkin ini keberuntungan dirinya dalam mencoba hal baru, yaitu eskul basket, benarkan?
Nola hanya berharap Geno bisa tetap menjadi temannya, dia tak ingin sendirian lagi. Nola hanya bisa berdoa, semoga sikapnya yang datar dan mudah gugup itu tak akan membuat Geno bosan dan berhenti berteman dengannya.
YOU ARE READING
Jessica method
General FictionOrang bilang kita harus bisa berimajinasi setinggi mungkin. Aku mulai berimajinasi tentang visual pacar idamanku, wajahnya yang tampan juga penyayang. Namun rasa tak puasku dengan imajinasi itu membuat diriku mulai mencari seseorang yang mirip deng...