"Aku pulang, masuklah", Sehun berujar sambil mengusap pelan kepala wanita yang selalu ia perlakukan seenaknya. Meskipun ia tidak menperlakukan Joy secara buruk. Joy terdiam, setelah ciuman mereka tadi. Oh ralat! Sehun menciumnya tadi dan Joy tidak membalasnya sama sekali. Joy diam tak berbicara sepatah kata pun. Ia hanya terlalu lelah. Ia berjalan dengan lunglai memasuki rumah, meraih sebuah gelas ketika sampai di ruang makan mereka dan menuangkan air mineral dingin dari kulkasnya.
"Oh! Astaga sayang!", nyonya besar dari keluarga itu berucap setengah berteriak begitu melihat keadaan putrinya. Nyonya Park menghela nafas kasar meraih tissue dan mengelap wajah putrinya.
"Lihat. Berapa lama kau berada dibawah sana?", ia menunjukan kumpulan debu yang berkumpul hitam ditissue yang ia gunakan untuk mengelap muka milik Joy. Joy hanya diam di tempat. Wanita setengah baya itu menghela nafas dan memeluk Joy erat. Ia tahu ini selalu menjadi hari tersulit dalam setiap tahunnya untuk Joy.
"Eomma.. Aku masih belum menemukannya.. Ottokhae?", Joy berujar sambil meremas ujung baju milik sang ibu kembali menangis sesenggukan dalam pelukan ibunya. Nyonya Park menepuk-nepuk tubuh Joy menenangkan anak perempuan kesayangan keluarga mereka.
"Lupakanlah itu semua sayang. Bahagialah bersama kami. Lupakan apa yang membuatmu sedih", Joy menggeleng keras kepala.
"Eomma tahu aku bisa melupakan ini semua jika semuanya sudah jelas dan apa yang menjadi ketidaktahuanku sudah kuketahui",
'Bagaimana jika ia kecewa dengan semua fakta yang ada nantinya? Bagaimana jika putriku semakin sedih Tuhan? Itu bukanlah ingatan yang harus ia ingat', nyonya Park membatin sambil memeluk anaknya semakin erat.
......................................................................
Pria tampan dengan alis tebal itu menatap Sehun bingung, keduanya tetap dalam diam sambil sesekali meneguk minuman keras mereka. Kyungsoo pria itu melirik Sehun beberapa kali, tidak biasa dengan tingkah Sehun. Biasanya pria itu akan menyapanya lebih dulu dan tersenyum lebar setiap berkumpul dengan teman-temannya. Satu pria lainnya berjalan mendekati mereka, lalu menatap ke arah Kyungsoo seolah menanyakan apa yang membuat Sehun bertingkah tidak seperti biasanya. Ketiganya bergabung seperti biasa menjadi pusat dan sasaran cuci mata para wanita di klub itu.
"Yo bro! Ada apa dengan si kecil?", yeps! Si kecil karna dalam perkumpulan mereka Sehun berumur paling muda. Kim Kai pria dengan kulit eksotis nya bertanya pada Kyungsoo yang datang lebih dulu. Kyungsoo mengendikan bahunya.
"Kau kenapa? Terlalu lama tidak menyemburkan sperma?", Kai kembali berujar tengil menggoda Sehun sambil menyenggol tubuh Sehun. Sehun menatapnya tajam membuat Kai menelan ludahnya sesaat.
'Macan sedang mengamuk', batin Kai. Kyungsoo menghela nafas sebal untuk apa Sehun mengajak mereka berkumpul jika pria itu hanya diam dan bisu seperti pajangan di museum?
"Kau membuang-buang waktuku, Hun. Ada ap-"
"Ia memintaku menjauh", Kai langsung mengerti arah kalimat Sehun. Kyungsoo menggeleng-gelengkan kepalanya tidak habis pikir.
"Masalah wanita memang rumit", komentar Kyungsoo. Kai menoel kepala Kyungsoo ringan.
"Sehun tidak membutuhkan komentar, ia membutuhkan solusi", jelas Kai pada Kyungsoo.
"Memang kau punya solusinya?", diam. Kim Kai terdiam, Kyungsoo memang bermulut tajam.
"Kau tidak bisa menyamakan ia dengan Jiyoung. Mereka berbeda sekalipun terlihat mirip", jelas Kyungsoo. Sehun juga tahu hal itu. Namun ia tidak bisa pergi seenaknya juga karna ia belum memenuhi janjinya pada Jiyoung.
"Aku tahu. Tapi Jiyoung menyuruhku-",
"Oh Sehun! Aku rasa jika menyelesaikan tanggung jawabmu terhadap Jiyoung itu mudah. Kau tinggal menyerahkannya pada wanita itu kan? Kau menginginkan hal lain dari wanita itu", Kai berujar lebih logis kali ini terlihat serius tidak dengan candaan ngawurnya seperti biasa. Sehun terdiam, apa yang diucapkan Kai benar. Dan saat ini ia tersadar penuh.
"Kau yakin tidak ingin melanjutkan terapimu? Aku akan menghubungi Krystal untukmu. Jiyoung sudah lama pergi. Dan kau harus tetap hidup", Sehun terdiam mendengar ucapan Kyungsoo kali ini.
'Benar. Aku hanya mengambil kesempatan dalam kesempitan hanya karna mereka mirip'
"Kau bahkan menciumnya di pesta Chanyeol. Jika Chanyeol tahu kau mempermainkan adiknya, kau habis ditangannya", ujar Kai.
"Aku tidak mempermainkannya", Sehun berujar cepat mengoreksi kalimat Kai. Kyungsoo sedikit memiringkan kepalanya dan tersenyum kecil.
"Jadi kau menyukainya?", Sehun juga menggeleng.
"Kalau begitu turuti wanita itu. Lebih baik kau menjauh"
......................................................................
Yerim, wanita kepercayaan Joy. Sahabat dari kecilnya, asisten pribadinya dan anak yang diadopsi oleh tetangga sekompleknya. Tak ada yang tahu segalanya tentang Joy selain dia. Dan saat ini wanita ini tengah menatap tajam wanita berwajah blasteran berambut pendek yang tengah bercengkrama dengan Joy.
"Baiklah. Gumawo Joy-ah! Aku pulang dulu ne?", Joy mengangguk dan tersenyum ramah lalu melambaikan tangannya pada Somi, calon kakak iparnya. Setelah melihat wanita itu jelas pergi Yerim berjalan cepat kearah Joy.
"Cih, apa yang Chanyeol lihat dari dirinya", ujar Yerim memulai sesi pembelaannya terhadap korban dakit hati yaitu sahabat terbaiknya.
"Aku mulai akrab dengannya dan aku mengerti mengapa Chanyeol menyukainya", Joy berujar sambil kembali mengecheck beberapa sketsa desain terbarunya. Yerim menganga tidak percaya. Perasaan dua minggu yang lalu Joy masih menggunjing Somi bersama dengan dirinya.
"Heol. Kau berubah banyak ya semenjak Sehun datang di hidupmu", Joy menghentikan gerakan tangannya yang sibuk membuat guratan-guratan sketsanya. Sehun nama itu. Sudah mulai terasa asing ditelinganya. Pria itu menurutinya. Seminggu sudah pria tampan itu tak lagi mengganggunya dan datang padanya. Bahkan tidak menghubunginya sama sekali. Menurutnya itu bagus, karna ia tidak suka diperhatikan dan di atur oleh pria licik itu. Seharusnya ia tengah berbahagia kan? Namun setelah Yerim mengucap nama pria itu otaknya seolah terusik. Ia merasa dadanya sedikit bergemuruh saat mendengar nama pria itu.
'Kemana dia?', ia segera menggeleng-gelengkan kepalanya seolah-olah menyuruh dirinya sendiri untuk sadar.
"Ia pria yang baik Joy. Akan bagus jika kau meruntuhkan sebagian dari benteng pertahananmu terhadap makhluk yang namanya pria. Chanyeol pun sudah bahagia dengan pilihannya. Dan Sehun, aku melihatnya sebagai pria yang cukup baik",
"Kau tidak tahu apa-apa soal Sehun, Yer. Aku mungkin hanya kloningan Jiyoung dimatanya", Yerim terdiam mencoba mencerna kalimat Joy.
"Kau bukan kloningan Jiyoung. Sehun tidak buta. Ia jelas tahu kalian berbeda", tegas Yerim. Joy tersenyum kecil.
"Kau bahkan tidak tahu kesepakatan apa yang kami buat sehingga hubungan kami terjalin, Yer", Joy berucap sambil menekan pil pahit atas pandangan semua orang padanya. Di cap sama dengan Jiyoung sekalipun ia berusaha keras menunjukan perbedaan antara ia dan Jiyoung.
"Kau bukan kloningan Jiyoung", mata Joy membulat, jantungnya berdegup semakin cepat dan ketika ia membalikan tubuhnya kearah belakang ia dapat melihat dengan jelas Sehun yang menatapnya serius. Dan berjalan cepat kearahnya.
"Aku tidak bisa menjauh. Maaf!"
TBC
.............................................................
Soon bahkal terbuka satu demi satu kok gengs dan tenang aja Sehun bukan pria brengsek disini wkwkwkw kelam2nya Sehun juga ntar bahkal ada jawabannya. Vote n komen aja kalo mau up cepat. Dan untuk siders tercintah, diem mulu kaku bat kaya kanebo kering 🤣🤣🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast (HUNJOY) M
Fanfiction18+ "Turuti aku atau kau bernasib sama seperti saudara kembarmu?" - Oh Sehun "Bukankah kau yang harusnya takut bernasib sama sepertinya?" - Park Joy