Keduanya masih terduduk diam dalam mobil mewah milik Sehun. Lidah keduanya keluh bingung akan mengatakan apa dan bagaimana cara memecahkan kecanggungan setelah kalimat Sehun yang sedikit ambigu. Yang terlihat hanyalah sepasang manusia itu memiliki semburat merah muda pada kedua pipi mereka.
"Sebenarnya kita mau kemana?", akhirnya Joy memberanikan dirinya membuka bibirnya untuk berbicara terlebih dahulu.
"Makam ibumu", Joy menatap Sehun refleks dan menatapnya sebal.
"Apa-apaan Oh Sehun. Antar aku pulang", pinta Joy. Sehun menggeleng, ia hanya tersenyum tipis dan meraih salah satu telapak tangan milik Joy. Menggenggam tangan itu erat meyakinkan Joy. Membuat wanita itu menatapnya lemah dan segera membuang muka menatap keluar jendela mobil.
"Kau sedekat itu dengan Jiyoung? Sampai hari kematian ibuku pun kau tahu?", Sehun diam ia tak menjawab pertanyaan Joy.
"Dengarkan aku Joy. Ibumu setidaknya berjasa melahirkan kalian berdua", ucap Sehun. Kedua tangan mereka masih saling terpaut.
"Aku.. Aku hanya merasa tidak pantas karna tidak memiliki ingatan apapun bersamanya", suara itu terdengar penuh putus asa membuat Sehun terkejut. Joy yang terlihat begitu keras dan dingin kini terdengar seperti kucing kecil yang kehilangan arah. Ia mengerti banyak setelah melihat Joy yang menangis histeris di gudang rumah keluarga Park saat itu.
"Tak apa. Kau akan mengingatnya jika waktunya sudah tiba. Aku tahu kau berusaha", Joy kembali menatap wajah pria tampan yang berada disebelahnya. Rasanya terlalu tidak adil jika Sehun tahu segalanya tentang dirinya dan ia bahkan tak begitu tahu tentang pria itu.
"Bolehkah aku bertanya sesuatu?", Sehun menatapnya sebentar lalu tersenyum tipis dan mengangguk sambil kembali focus menatap ke arah jalan.
"Apa Jiyoung cinta pertamamu?", Sehun tersenyum lebar dan mengangguk.
'Bukankah ini pertanyaan interogasi para wanita saat penasaran dengan masa lalu kekasihnya?', Sehun membatin penuh kepercayaan diri saat ini. Namun ia kembali menepis semua kepercayaan dirinya karna wajar saja Joy bertanya keterkaitan dirinya bersama saudara kembarnya Joy.
"Lalu kenapa kalian berpisah?",
"Jiyoung memilih pria lain", jawab Sehun singkat membuat Joy membelalakan matanya kaget.
'Jiyoung selingkuh maksudnya?', Joy bertanya dalam batinnya sendiri.
"Bukankah kau peduli padaku justru karna Jiyoung?", Sehun menatapnya singkat lalu menggeleng.
"Benar jika aku mengetahui tentangmu dari Jiyoung. Tapi bukankah kau terlalu percaya diri jika menganggapku peduli padamu?", Joy terdiam.
"Maaf", Sehun tampak terkejut mendengar perkataan Joy. Ia memilih untuk menepikan kendaraannya dan berhenti sejenak disana.
"Untuk apa?", tanya Sehun bingung. Perasaan pria itu campur aduk dan satu hal yang ia sadari, saat Joy berucap putus asa atau dengan nada yang jauh berbeda dengan cara bicara nya ia akan panik, dan khawatir. Pokoknya ia tidak suka atau mungkin belum terbiasa?
"Karna aku bukan Jiyoung. Jika saja aku yang pergi, mungkin kau dan orang tuaku akan lebih lega", Sehun menjitak kepala Joy emosi.
"Bagaimana kau bisa berkata bodoh seperti ini? Mereka semua menyayangimu. Kau juga sama berharganya dengan Jiyoung", ujar Sehun tegas. Nafas pria itu menggebu emosi dengan pikiran tak habis pikir dengan keras kepala wanita yang duduk disampingnya.
"Aku hanya sosok pengganti, kau pun tahu itu", Sehun menghela nafas kasar mendengar kalimat terakhir dari mulut Joy. Joy menunduk sedikit ragu untuk kembali berbicara.
"Jika Jiyoung membuatku ingin mati saat itu. Maka kau yang membuatku merasa lebih hidup saat ini Park Sooyoung. Kau bukan dia", suara Sehun terdengar begitu lembut namun nada tegas yang membuat kalimatnya terasa begitu meyakinkan. Begitu kalimat itu terucap Joy menatapnya refleks. Tubuhnya seolah dikontrol secara penuh oleh perasaannya. Tangannya terulur mengelus pelan rahang milik Sehun. Matanya menatap kearah mata kelam pria itu dan ia tenggelam dalam tatapan mematikan itu. Membuatnya tak tertahan segera menutup kedua kelopak mata lentik miliknya begitu merasakan jarak diantara ia dan Sehun terhapus. Kedua bibir itu menempel sempurna dengan lumatan-lumatan kecil yang lembut namun menggoda tidak seperti ciuman-ciuman mereka sebelumnya. Tak terburu-buru namun tak terhentikan. Sehun menggigit pelan bibir bawah milik Joy membuat bibir wanita itu terbuka dan mengajaknya berperang lidah. Lidah keduanya membelit sath sama lain. Tangan milik Joy melingkar sempurna pada leher pria itu menekan kepala pria itu tanpa sadar sedangkan tangan Sehun terlihat sedang berusaha menarik Joy untuk bangkit dari kursi dimana Joy duduk sebelumnya dan mengangkatnya pelan untuk berpindah duduk diatas pangkuannya dengan posisi berhadapan di kursi setir mobil itu. .
"Eunghhh", Joy menepuk-nepuk bahu milik Sehun. Wanita itu kesulitan dalam bernafas. Dan ketika pria itu mengusaikan segalanya benang saliva yang tersambung antara kedua bibir mereka menambah kesan sexy hasil perbuatan nakal mereka. Sehun tersenyum lalu mengulurkan tangan kanannya menangkup kedua pipi milik Joy menahan wajah wanita itu untuk tetap memandang ke arahnya dan menghapus bekas saliva mereka dan noda lipstick yang tak lagi beraturan dan bibir Joy yang lebih bengkak karna ulahnya. Joy mengalihkan pandangannya karna pikirannya tak lagi focus terutama saat menatap bibir milik Sehun.
'Aku rasa aku sudah tidak waras' , batin Joy sambil menetralkan degupan jantungnya dan memilih untuk menenggelamkan wajahnya pada dada bidang pria itu menyembunyikan wajah semerah tomatnya itu.
......................................................................
Joy menatap kearah jam pada dinding kamarnya lalu tampak berpikir sesuatu. Semburat merah itu kembali muncul pada pipinya. Jam itu menunjukan pukul 8.50 malam. Ini tandanya Chanyeol pasti sedang duduk mengerjakan sesuatu di taman belakang. Ia segera bangkit dan berjalan cepat sesekali berlari kecil ke arah taman belakang.
"Oppa", panggil Joy membuat Chanyeol menatap ke arahnya lalu kembali sibuk ke laptopnya.
"Apa? Kau pasti sedang ada maunya", ujar Chanyeol dan tebakannya itu sepenuhnya benar. Joy terkekeh pelan lalu duduk dihadapan Chanyeol tanpa dipersilahkan.
"Sehun, kau seangkatan dengannya kan?", Chanyeol menatap Joy dengan tatapan menggoda dan tersenyum jahil.
"Heol. Kenapa tidak tanya langsung ke pacarmu itu sih?", Joy berdecak kesal menunggu kelanjutan jawaban Chanyeol atas pertanyaannya.
"Ia seangkatan denganku dengan penggemar wanita segudang di sekolahnya", jelas Chanyeol sambil mengingat-ngingat masa SMA nya.
"Lalu Jiyoung? Kenapa bisa bersamanya? Maksudku berpacaran", ekspresi Chanyeol berubah menjadi lebih serius.
"Kau yakin mau tahu? Aku rasa lebih baik kau bertanya langsung dengannya", saran Chanyeol ragu. Joy tampak berpikir lalu ia menetapkan pilihannya. Ia harus tahu faktanya sepahit apapun itu sebelum ia benar-benar jatuh kedekapan Sehun.
"Yang aku tahu ia hanya bilang Jiyoung memilih pria lain", ucap Joy jujur. Chanyeol menatapnya serius dan menghela nafas kasar seolah-olah batinnya sedang berdebat.
"Eomma dan appa memintaku untuk tidak memberitahumu lebih banyak. Kami hanya ingin memberikan kebahagiaan padamu setelah kau masuk ke keluarga kami. Bukan kekecewaan ataupun ha-"
"Aku perlu tahu. Aku harus tahu, oppa. Aku akan baik-baik saja",
"Sekalipun kau akan menelan kekecewaan terhadap Jiyoung?", Chanyeol bertanya sekali lagi memastikan. Joy mengangguk.
"Jiyoung adalah simpanan ayahnya Sehun. Ia menyelingkuhi Sehun dan memilih ayah kandung Sehun. Dan Jiyoung... Ah sudahlah itu saja", Chanyeol masih tampak menahan sesuatu dan Joy menganga tak percaya atas fakta yang ia dapatkan. Ia tahu pasti akan ada kejutan lain lagi kedepannya dan tepatnya fakta yang tidak mengenakkan.
'Apa kau bahagia selama ini, Oh Sehun?'
TBC
......................................................................Jangan lupa tinggalkan jejak yaa! Dan terima kasih banyak sudah membaca! Aku bahkal berusaha up lebih rajin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast (HUNJOY) M
Fanfiction18+ "Turuti aku atau kau bernasib sama seperti saudara kembarmu?" - Oh Sehun "Bukankah kau yang harusnya takut bernasib sama sepertinya?" - Park Joy