6

35 13 0
                                    

Soobin memilih untuk membersihkan berbagai peralatannya di gudang, memastikan semua barangnya steril dan lengkap, tidak setiap hari ia mendapatkan panggilan tapi syukurlah Soobin memiliki Yeonjun yang selalu mempromosikan atau memanggil dirinya seperti kemarin, jadi Soobin sedikit tenang tentang hal itu, bayaran yang di dapatkan Soobin pun beragam sesuai orang yang menghubungi layanannya.

"Bolehkan aku menyalakan musik? Aku tidak suka suasana yang terlalu tenang." Jisu muncul dihadapannya.

Soobin hanya mengangguk tak mengalihkan pandangannya dari alat yang sedang ia bersihkan.

Smooth like butter...

Like a criminal undercover...

Suara menggema dari ruang tengah terdengar sampai ke gudang membuat Soobin menggeleng ada sesuatu di dalam hatinya yang mengatakan bahwa ia bersyukur bertemu Jisu, kehadiran gadis itu membuat dirinya bisa tersenyum di pagi hari dan menghilangkan keheningan rumahnya.

Setelah kedua orangtuanya pergi meninggalaknnya rumah yang ia tempati menjadi sangat sunyi, selama ini hidupnya terlalu monoton seakan berjalan di tempat dan membelenggu dirinya. Tak ada lagi tawa yang mengisi ruang tengah sejak itu, namun siapa sangka kejadian tak masuk akal yang Soobin alami membuat seisi rumah kembali hidup seperti sebelumnya. Soobin sadar ia masih terkungkung kenangan di setiap sudut rumahnya dan kehadiran Jisu memang sedikit membawa hal-hal baik sejauh ini, mungkin semua ini takdir yang telah direncanakan.

Setelah perlatannya bersih Soobin beralih ke mobilnya untuk mencuci mobil kesayangannya itu.

"Soobin!" Sapa Arin menghampirinya dengan senyuman cerah seperti biasanya. 

Arin adalah tetangganya yang pindah sekitar dua tahun lalu tepat ketika ia baru saja membuka usahanya ini dan Arin yang membuka kedai di sebrang rumahnya, mereka bertemu secara tidak sengaja di minimarket dekat lingkungan rumah dan menjadi akrab satu sama lain.

"Hai, kau tidak membuka kedaimu?" Tanya Soobin setelah melihat kedai Arin yang masih tertutup rapat.

Arin menggeleng senyumannya tidak pernah luntur jika sedang bersama Soobin, Arin mengakui pada dirinya sendiri jika ia jatuh hati pada Soobin saat pertama kali ia melihat seorang pemuda sedang mencuci mobil disebrang kedainya yang juga menjadi rumahnya.

"Belum, aku mau pergi ke pasar dulu untuk membeli bahan." Jawab Arin terlihat dari matanya bahwa ia sedang memberikan kode kepada Soobin untuk menemaninya, jika mau.

"Mau ku temani? Pasti belanjaanmu berat dan banyak." Tawar Soobin yang langsung di setujui oleh Arin dengan semangat.

Soobin berlari masuk ke rumahnya hendak mengambil jaket, meninggalkan kegiatan mencuci mobilnya yang baru seperempat ia kerjakan.

"Kau mau kemana? Siapa dia? Apa dia kekasihmu?" Tanya Jisu yang muncul dihadapan Soobin setelah mengintip keluar jendela sejak Arin datang ke halaman depan.

"Dia tetangga di sebrang jalan pemilik kedai, aku pergi dulu." Ucap Soobin terburu-buru membuat Jisu mengerucutkan bibirnya kesal.

Jisu berinisiatif mengikuti Soobin dan tetangganya itu, ia mematikan speaker yang masih memutar lagu kegemarannya.

"Baru kali ini aku mendengar kau memutar lagu sekeras itu dirumahmu." Arin membuka obrolan saat keduamya mulai berjalan ke arah pasar tradisional yang buka setiap hari hingga petang.

Soobin menggaruk kepalanya, bingung hendak menjawab apa tak mungkin jika Soobin menceritakan ia bertemu dengan makhluk halus yang akhirnya tibggal bersamanya sejak kemarin.

"Ah itu, aku hanya mencoba speaker yang baru ku beli, apakah suaranya sangat bising di pagi hari?"

"Tidak, aku hanya baru tahu kau penggemar BTS."

"Oh itu ya iyaa aku baru-baru ini menyukainya."

"Wah kebetulan sekali, aku juga seorang Army, mau kuberikan beberapa album mereka yang ku punya? Kau bisa menyimpannya." Ucap Arin penuh antusias, ia senang sekali bertemu teman yang satu selera dengannya.

"Aku sudah punya dirumah Arin, jadi simpan saja untukmu hehe..." Soobin tersenyum kikuk.

Arin menatap Soobin dengan mata berbinar tidak menyangka Soobin benar-benar seorang Army, ia belum pernah bertamu ke rumah Soobin jadi wajar saja ia tidak pernah melihat isi rumah pemuda di sebrang rumahnya itu.

"Benarkah?! Boleh aku melihat koleksimu?" Tanya Arin sambil terus menatap Sobin dengan mata yang lebar, terlihat sangat antusias membuat Soobin tersenyum melihatnya.

Soobin menyentuh hidung Arin dengan lembut. "Baiklah, aku akan menunjukan koleksiku kepadamu."

"Ck! Sialan Soobin! Bisa-bisanya dia bilang koleksiku itu miliknya." Jisu yang sedari tadi membuntuti Arin dan Soobin mengangkat bibirnya sambil terus mengomel dan mengomentari ucapan Soobin ke Arin.

"Hei gadis yang bernama Arin, jangan percaya dengan kata-kata Soobin!" Teriak Jisu tepat disebelah Arin, toh juga Arin tak akan mendengar dan melihatnya.

Kecuali Soobin yang tampak terkejut dengan bola mata membulat melihat kehadiran Jisu disebelah Arin.

Arin yang melihat ekspresi Soobin yang berubah merasa aneh dengan Soobin.

"Kau kenapa Soobin? Kenapa tampak terkejut seperti itu?" Tanya Arin lalu mengedarkan pandangannya ke sebelah Arin dan kebelakang mereka, tak ada siapa-siapa pikir Arin.

"Kau pulang sekarang!" Gerakan bibir Soobin yang dapat dibaca oleh Jisu tak dihiraukan olehnya, ia terus berdiri disebelah Arin sambil memainkan rambut Arin di depannya karna Arin sejak tadi menghadap ke Soobin melihat tingkah pemuda di depannya dengan kerutan dalam di dahinya.

"Kau bilang apa? Soobin kau baik-baik saja?" Tanya Arin, kali ini sambil mengguncang pundak Soobin.

Soobin tersadar lalu menatap Arin dengan senyuman, ia merubah posisi menjadi disebelah kiri Arin agar dapat memisahkan Jisu dan Arin, kini ia berada di tengah-tengah gadis yang salah satunya berbeda dimensi.

"Aku baik-baik saja Arin, ayo kembali berjalan, nanti keburu siang."

Arin mengangguk, masih merasa aneh dengan tingkah Soobin hari ini yang sedikit berbeda dari biasanya.

"Awas saja sampai kau memberikan koleksiku yang berada dirumahmu kepada gadis itu!" Ancam Jisu dengan mata yang membulat.

Bersambung...

40 Days | SooliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang