9

33 4 2
                                    

Selain membeli bunga daisy sesuai keinginan Jisu, Soobin juga membeli beberapa bahan masakan dan juga kue, dirinya tiba-tiba ingin membuat kukis resep peninggalan Ibunya.

"Apa kau bisa memasak?" tanya Jisu saat Soobin mulai memindahkan bahan yang ia beli ke lemari penyimpanan, dirinya hendak membuat kukis di sore hari saja, setelah pergi ke pemakaman Jisu.

"Tentu, Ibuku dulu sering mengajariku cara memasak dan membuat kue." jawab Soobin, dirinya masih sibuk menata.

Jisu hanya mengangguk di dalam pikirannya dia merasa iri akan Soobin yang sepertinya telah merasakan kasih sayang penuh dari kedua orangtuanya, tidak seperti dirinya yang begitu hampa dan jauh dari sentuhan kasih sayang.

"Kenapa wajahmu menekuk seperti itu? Apa bunga daisy yang kita beli masih kurang bagimu?" Soobin menaikkan satu alisnya, mencoba bersikap menyebalkan di hadapan Jisu.

Jisu menggelengkan kepalanya, "kapan kau akan pergi ke pemakaman ku dan memberikan bunga daisy itu?"

Soobin memandang ke atas plagin seperti berpikir keras sambil mengerutkan keningnya, "setelah ini? Jika tidak ada panggilan pekerjaan."

Jisu hanya mengangguk lalu matanya tampak berlinang membuat mata Jisu nampak semakin indah seperti seluruh galaksi berada di bola matanya, membuat Soobin terkisap sejenak memandang pemandangan itu.

"Terimakasih telah memberi aku bunga daisy yang banyak, sesuai permintaanku dengan begitu tulus." ucap Jisu dengan raut wajah yang sedih.

Soobin mengacak puncak kepala Jisu dan tersenyum manis.

"Dengan senang hati, lagi pula bayaran untuk membersihkan rumahmu kemaren sangat banyak, jadi apapun yang kau inginkan akan ku usahakan." baru saja Jisu mengatakan bahwa Soobin tulus membantu dirinya, namun perkataan itu langsung di patahkan oleh Soobin.

Kini Jisu paham tentang kondisi dirinya, ia saat ini sama seperti saat dirinya masih hidup, dimana ia bisa makan dan minum, memiliki emosi, dapat menyentuh barang, namun kali ini dirinya tidak terlihat dan dapat menembus tembok.

Soobin sibuk dengan adonannya sedangkan Jisu asik memandangi punggung Soobin yang sangat lebar, pemandangan yang cukup indah bagi Jisu.

Setelah hampir satu jam Soobin membuat kue, kini aroma yang sangat harum memenuhi ruangan terlebih disaat Soobin mengeluarkan kukis dari pemanggang.

Jisu bertepuk tangan sambil menghampiri Soobin yang mengangkat nampan panas berisi kukis buatannya.

"Ku yakin, kau akan menyukai kukis buatanku." ucap Soobin lalu memindahkan kukis tersebut ke nampan yang tidak panas.

"Dari aromanya sudah terasa lezat!" Puji Jisunyang membuat Soobin salah tingkah dan terkekeh.

"Tunggu dingin sebentar lagi, lalu kau boleh mencicipinya, aku akan membersihkan peralatan masakku." Soobin melepaskan apron yang sedari tadi ia gunakan dan mulai membersihkan segala peralatan masaknya.

Jisu meletakkan kepalanya pada meja sembari mengamati kukis yang baru saja matang, masih ada beberapa nampan berisi kukis yang masih di panggang, Soobin membuat cukup banyak kukis sepertinya.

Dalam hati Jisu ia bangga dan senang bertemu sosok Soobin, walaupun sepertinya terlambat bagi Jisu bertemu lelaki seperti Soobin karena dirinya dan Soobin kini bukan dari dimensi yang sama.

"Apakah kau sudah dingin kukis?" Jisu bertanya pada kukis yang berjejer dan mengambil salah satu dari mereka.

"Ahh ternyata sudah cukup dingin." ucapnya lagi dengan perasaan senang.

Satu gigitan matanya langsung membulat, tak menyangka kukis buatan Soobin persis dengan kukis yang sering ia pesan di toko daerah Gangnam yang sering ia kunjungi.

"Wah bagaimana bisa kau membuat kukis seenak ini?! Bahkan lebih enak dari kukis seharga 100.000 won untuk satu lusinnya!" Jisu bereaksi heboh, ia sangat senang bisa merasakan kukis seenak ini, Soobin benar-benar berbakat pikirnya.

Soobin yang mendengar reaksi Jisu sangat puas dan tersenyum lebar, menurutnya Jisu sangat berlebihan, mana mungkin kukisnya ini bisa lebih enak dari kukis seharga ratusan won itu, ia bahkan tak pernah tau ada kukis semahal itu.

Di tengah-tengah asyiknya Jisu dan Soobin menikmati kukis yang berada di meja, pintu depan terketuk berirama disambut dengan suara lembut seorang gadis, sudah pasti itu Arin.

"Arin? Masuk saja!" Teriak Soobin mempersilahkan—knop pintu pun terbuka, Arin memasuki area dapur yang membuat Jisu terdiam mengamati.

"Wah harum sekali, bikin kukis? Dalam rangka apa?" Tanya Arin lalu duduk di salah satu kursi.

"Tidak ada perayaan spesial, hanya iseng saja. Icip jika kau mau, aku membuat cukup banyak, nanti ku bawakan untuk kau bawa pulang jika mau." tawar Soobin yang diangguki oleh Arin.

"Ada apa kau mampir kesini?" tanya Soobin sambil membersihkan alat memasaknya.

Arin menggelengkan kepalanya, "tidak ada, kedaiku tutup lebih cepat jadi aku mampir ke sini, hanya mengecek keberadaanmu."

Soobin terkekeh, "aku akan baik-baik saja, tidak perlu khawatir."

"Ya, terlihat seperti itu, besok ada pertunjukan kembang api, mau melihatnya bersamaku?" tanya Arin dengan mata penuh harap.

Jisu memberi tanda silang ke arah Soobin untuk menolak tawaran Arin, tapi percuma Soobin mengabaikannya.

"Boleh, aku sudah lama tidak melihat pertunjukan kembang api."

Bersambung...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

40 Days | SooliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang