Seorang perempuan berbalut pakaian putih abu abu itu berjalan menuju kantin bersama salah satu temannya.
Dia Sastra, Sastra Neyra nama lengkapnya.
Rambutnya hitam pekat, bola matanya berawarna hazel. Alisnya tipis, pipinya berwarna merah muda tanpa make up. Bibirnya mungil, dan dagunya belah.
"Gua ke toilet dulu deh nja" Ujarnya.
"Yaudah, mau pesen apa? Biar sekalian gue pesenin" Tanya si lawan bicaranya.
Yang ini namanya Senja Ashaka, perempuan yang kerap dipanggil senja. Tingginya sedikit lebih tinggi dari pada Sastra, rambutnya terurai rapih menutupi baju sekolah bagian bahu.
"Mau mie ayam sama es teh manis aja deh nja, tapi kalo susah samain sama lo aja"
"Oke deh, gua tunggu di kantin ya"
Senja berjalan menuju sekolah bagian barat, sedangkan Sastra berjalan menuju selatan sekolah.
-
Senja menyenggol lengan Sastra, memberi kode berharap Sastra peka.
"Apa sih nja?" Tanyanya kesal.
Siapa yang tidak kesal coba, lagi makan digangguin?
"Itu loh" Bisik Senja, tangannya mengarah pada pria di ujung sana.
Sastra menyeruput es teh manis yang tadi Senja belikan, matanya mengarah pada pria yang baru saja masuk kantin bersama kedua temannya.
Ia adalah Aksara Dirga, pria yang kerap di panggil Aksa. Pria dengan model rambut belah tengah layer, kulitnya putih ke coklatan.
Di sebelah kirinya ada Agam, Agam Adijaya nama lengkapnya. Pria dengan lensung pipi disertai kumis tipis.
Di sebelah kanannya ada Aditya Kavindra, pria berkulit sawo matang yang kerap di panggil Adit. Bulu matanya lentik dan alisnya tebal.
"Giliran si Aksa aja langsung nengok, tadi marah marah"
"Shuutt diem deh nja"
Pipinya merah merona saat Aksa melihat kepadanya disertai dengan senyum tipis.
"Nja?! Serius tadi gue di senyumin Aksa?!" Tanyanya heboh.
"Yaelah kaya baru pertama kali aja lo di gituin Aksa"
"Tapi udah lama loh dia ga kaya gitu ke gua nja"
"Ya siapa lagi kalo bukan Aksa sas?"
"Arwah Aksa?" Tambahnya.
"Iyaa kali aja bukan gt" Sastra menggaruk tengguknya tak gatal.
"Aneh" Ujar Senja.
"Cepet abisin makan lo, gua ada urusan sama Agam" Tambahnya.
"Gua ikut ya?" Pintanya.
Senja menghembuskan nafas pasrah, dilarangpun Sastra akan tetap mengikutinya.
"Iya"
Sedikit menjelaskan tetang Agam Adijaya dan Senja Ashaka, mereka adalah ketua dan wakit ketua kelas IPS 2. Yaa, kelas Sastra tentunya. Aksa dan Adit pun sekelas dengan mereka. Sering kali jika ada tugas kelompok, Sastra dan Senja mengajak mereka menjadi kelompok nya.
-
"Gam, cewe lo jadi nyamperin kesini ga?" Tanya Adit yang baru saja datang, habis memesan makanan.
"Gebetan dit, belom jadi cewe" Ujar Aksa.
"Wih, jangan salah. Udah jadian tuh" Kata Adit.
"Serius gam?" Tanya Aksa.

YOU ARE READING
Bandung Dan Lukanya
Roman pour AdolescentsAku suka semua tentang bandung, tapi tidak dengan lukanya. - Sastra Neyra