Chapter 11 - Getting Worse

617 101 3
                                    

Author's POV

(Y/n) sama sekali tidak bisa tidur semalam. Seolah belum cukup menyiksa dirinya, insomnia-nya pun ikut kambuh dan membuat dirinya bertambah sulit untuk tidur. Penyebabnya tentu saja Kenma. Entah bagaimana caranya lelaki itu bermain dengan wanita lain di saat hubungan mereka mulai retak. Mengingatnya saja (Y/n) merasa kesal sekaligus pedih.

"Mengapa kau masih berada di sini?"

Pertanyaan itu diucapkan oleh (Y/n) ketika ia melihat Kenma berdiri seorang diri di dapur. Bukannya ucapan selamat pagi seperti yang biasa gadis itu katakan melainkan sebuah pertanyaan dengan nada ketus diselipkan di sana. Kenma menoleh pada (Y/n). (Y/n) sendiri hanya menatapnya tanpa minat.

"Dengarkan aku dulu, (Y/n)."

(Y/n) mendengus. "Untuk apa? Tidak ada gunanya lagi, kau tahu?"

"Perasaanku padamu masih sama seperti dulu. Mengapa kau ragu padaku?" Kenma menatap (Y/n) dengan tatapan yang sulit diartikan. Seolah rasa sedih, kesal, dan rindu bercampur aduk di balik manik emasnya.

Perasaan (Y/n) sempat goyah ketika ia mendengar perkataan Kenma tadi. Namun, dengan cepat ia menghapusnya lalu menatapnya datar. "Lebih baik kita berpisah saja, Kenma."

Bahkan di saat (Y/n) memanggil nama lelaki itu, ia sudah tidak menambahkan suffix -kun seperti dulu. Kini mereka kembali menjadi orang asing yang tinggal seatap.

Kenma mendekat pada (Y/n)."Lalu, setelah kita berpisah, apa yang akan kau lakukan? Kembali bersama lelaki itu?" Ia menatap gadis itu dingin.

"Lelaki yang mana? Maksudmu, Tetsurou?"

Seingat (Y/n), ia sama sekali belum memberitahu kepada Kenma tentang lelaki jahat itu di masa lalunya. Yang ia beritahu hanyalah apa yang telah dilakukan olehnya. Perbuatan keji yang bahkan tidak bisa diterima oleh diri (Y/n) sendiri.

"Kau bahkan menyebut namanya dengan mudah, (Y/n)," desah Kenma menyiratkan perasaan sedih.

Helaan napas keluar dari bibir (Y/n). "Mengapa? Jika aku kembali dengannya, apakah itu akan menjadi masalah? Lagi pula, di saat itu kita sudah tak lagi bersama."

"Apakah itu keinginanmu selama ini, (Y/n)?"

Sekali lagi, Kenma menatap intens pada (Y/n). Mencari sebuah harapan yang ia sangka masih berada di dalam manik (e/c) itu. Namun, ternyata lelaki itu salah. Sudah tidak ada harapan yang bisa ia temukan melainkan hanya tatapan kosong tak bermakna.

(Y/n) hanya diam. Menunduk dan menatap pada lantai yang ia pijak. Lalu, ia pun mengatakan satu kata yang membuat Kenma membelalak kaget.

"Ya."

***

Langit telah berubah siang. (Y/n) memilih untuk diam di rumah daripada pergi ke kantor. Ia juga sudah mengirim e-mail pada Shinsuke tentang dirinya yang memilih untuk izin hari ini. Dan, atasannya itu mengiyakan tanpa bertanya lebih lanjut.

Rumah yang ia tinggali tampak lebih sepi saat ini. Tentunya, Kenma memilih untuk pergi dari sana meskipun rumah ini adalah hadiah dari orang tua lelaki itu. Bahkan di saat-saat terakhir mereka bersama, Kenma masih memikirkan tentang (Y/n).

(Y/n) tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Ia ingin tidur namun pikirannya masih tidak bisa diajak bekerja sama. Padahal seharusnya (Y/n) bisa tidur dengan mudahnya dikarenakan insomnia yang ia derita sejak dulu.

Pada akhirnya, (Y/n) pun memutuskan untuk pergi ke luar mencari udara segar. Jika ia masih berdiam di rumah saat ini, pikirannya pasti akan dipenuhi oleh kenangan-kenangannya bersama Kenma. Hal itu pun justru membuat perasannya bertambah sakit dan pedih.

(Y/n) duduk di salah satu kursi taman yang ia datangi. Perasaannya bercampur aduk. Terlalu sulit untuk ia jelaskan dengan kata-kata.

Manik (e/c)nya tertuju ke arah cakrawala di atasnya. Matahari tidak bersinar terlalu terik. Bahkan awan yang cukup gelap menggantung di atas sana. Menandakan jika sebentar lagi hujan akan turun. Tetapi, meskipun demikian, (Y/n) masih ingin tetap berada di sana. Tidak peduli jika nantinya ia akan basah kuyup akibat hujan.

(Y/n) mengecek ponselnya. Jam baru saja menunjukkan pukul satu siang. Masih sangat lama menuju esok hari.

Sebuah ide tiba-tiba terbesit di dalam kepalanya. Jarinya bergerak mencari nama Yachi di antara deretan nama teman-temannya di aplikasi LINE. Setelah berhasil menemukannya, (Y/n) segera mengetik pesan singkat yang mengatakan jika ia ingin bertemu dengan Yachi. Mungkin bercerita pada gadis itu bisa membuat keadaan menjadi lebih baik.

Seusai mengirimkan pesan itu, (Y/n) menggelapkan layar ponselnya. Ia memejamkan matanya sejenak. Membiarkan pikirannya untuk tenang dan melupakan apa yang terjadi belakangan ini hingga membuatnya tidak bisa tertidur.

Ponsel di pangkuannya kembali bergetar singkat lalu menjadi hening setelahnya. (Y/n) menyalakannya lagi dan membaca apa yang tertera di sana.

Kini, perasaannya menjadi lebih buruk setelah ia tahu apa isi pesan itu.

***

Kaa-san dan Tou-san ingin makan malam bersama kita di esok hari.

Itulah yang pesan yang dikirimkan oleh Kenma siang tadi. Bahkan hingga hari telah berubah malam (Y/n) belum mengirimkan balasan apapun. Ia hanya membacanya lalu mematikan ponselnya hingga mati total.

Seolah belum bertambah buruk, kini orang tua Kenma tiba-tiba mengajak dirinya dan lelaki itu untuk makan malam. Apakah mereka tidak tahu jika hubungan di antara Kenma dan (Y/n) tidak di dalam kondisi yang harmonis? Ah, benar juga. Mereka memang tidak tahu.

Jika sudah diajak makan malam seperti itu, apakah (Y/n) masih bisa menolak?

***

Serius, bentar lagi tamat🛐✨

END ━━ # . 'Try Me! ✧ Kozume KenmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang