Termenung-menung di kamar, berandai-andai tentang betapa menyenangkannya kehidupan di masa depan nggak pernah luput dari daftar kegiatan yang wajib dilakukan Nina kalau dia lagi dalam kondisi nggak bisa tidur begini.
Iya, iya, Nina juga tau kalau masa depan mungkin aja nggak akan seindah yang diangan-angani. Bahkan, dia belum tau hari besok akan lebih baik atau malah mau cari ribut sama Nina.
Tapi, ya, well, kalau-kalau masa depan yang diandaikan Nina itu memang nggak akan jadi miliknya, seenggaknya indahnya sempat dia rasakan melalui pikiran. Toh, dia juga merasakan euforia yang nyaris sama besarnya. Jadi, nggak ada masalah, kan?
Senandung asal keluar dari bibir Nina. Kakinya yang menjulang ke dinding, digerak-gerakkannya. Kadang-kadang membatin, Wah! Bagus betul kakiku ini.
Ini Nina lagi berusaha menghargai diri, jadi tolong jangan repot-repot berkomentar.
Di tengah-tengah senandungnya, pikiran Nina mendadak berkeliaran menuju ke pemuda yang jauh di belahan bumi sana. Mata si perempuan lantas melirik jam, menatap jarumnya yang mengarah ke pukul 10.59 malam.
Di jam segini, Barga, pemuda yang tersebut tadi -atau boleh juga disebut mas pacarnya Nina, biasanya masih terjaga. Di jam segini pula, Barga biasanya merecoki perempuan itu dengan segala kemanjaannya yang minta ditemani secara virtual sampai lelap -dan kadang dihadiahi penolakan serupa ocehan super panjang dari Nina.
Tapi kayaknya beda untuk malam ini.
Malam ini sepi. Satu dering dari Barga pun nggak kedengaran. Mungkin pemuda itu udah lelap. Mungkin juga dia lagi diburu tugas yang bertumpuk-tumpuk. Mungkin ada acara televisi yang lagi menarik dan nggak rela buat dilewatkan. Atau mungkin juga--
Beragam macam mungkin-mungkinnya Nina langsung hilang begitu suara 'ting!' menguar ke seluruh ruang tidurnya. Bunyi yang cukup melengking itu langsung disusul dengan suara lembut yang mendayu-dayu khas Barga, 'Nina! Mas pacar, nih. Baca dong!'
Kan, batin Nina. Memang benar jodoh.
Oh, omong-omong, suara mendayu-dayu yang baru aja menyuar dari ponselnya itu direkam langsung oleh Barga dengan inisiatifnya sendiri.
Notifikasi spesial, katanya waktu itu. Cuma kontakku yang bisa dapat notifikasi begini, sambungnya begitu selesai menyetel-nyetel ponsel Nina.
Barga juga bilang kalau dia mau Nina lekas-lekas membalas waktu dikirimi pesan. Berdalih kalau seandainya Nina lama membalas, pemuda itu bisa kecewa.
Manja, dasar.
Barga
Nina?Nina
Ga, serius.
Kayaknya kamu lebih cocok jadi spesies hewan nokturnal deh daripada pacar aku.Barga
Jahat banget.Nina
TIDUR BARGA!
JANGAN NGALONG AJA!Barga
Nggak bisa:(
Nina:(Sepersekon setelah pesan diterima, dahi Nina mendadak mengernyit.
Agak asing-- Nggak, nggak, asing sekali sama yang namanya Barga dan emotikon. Pacarnya itu... gimana ya? Intinya, Barga bukan tipikal pemuda yang suka mengirim pesan dengan bumbu-bumbu emotikon, kendati emotikonnya cuma berbentuk titik dua ditambah tanda buka kurung.
Nina mendadak merinding.
Nina
Aduduh.
Emotnya bawa aura nggak enak.Barga
Jalan, yuk!Netra Nina lantas melotot. Gila, batinnya.
Perempuan itu lekas-lekas menoleh kembali ke jam yang sekarang menunjuk pukul sebelas lewat tiga menit, lantas kembali merutuki kegilaan si pacar.
Tapi, sepersekon kemudian, memori Nina mendadak memutarkan kejadian-kejadian lampau. Kejadian dimana Barga juga mengajaknya jalan di jam-jam segini.
Iya, ini bukan pertama kalinya Nina mendapat ajakan dari mas pacar. Nggak sering, tapi pernah. Pemuda itu juga sering sekedar jalan malam di komplek perumahannya. Sendirian.
Nina
INI JAM 11?!Barga
Ya, terus?Nina
TERUS?!
Jam sebelas malam mau kemana Bargaaaaaa???Barga
Nggak tau.
Cari angin aja.
Kamu ngantuk, ya? Mau tidur?Nina
Nggak, sih.
Sebenarnya lagi nggak bisa tidur juga.
Kebawa kamu, nih.Barga
Bagus, dong.
Simulasi.
Jadi nanti kalo kita udah nikah, kamu bisa sekalian nemenin aku begadang.Nina
Kalo kita nikah nanti, kamu ngeronda aja biar ada temen begadang.
Eh, ini beneran ngajak jalan?Barga
Lah, iya.
Tapi kalo kamu nggak mau, ya nggak apa-apa.Nina
Jemput.Barga
Weseh.
Oke.
Lopyu Nina❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤Well, ya, dengan kegilaan yang tertular dari Barga, Nina berakhir mengiyakan ajakan 'jalan malam' dari mas pacarnya itu.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
jalan malam✔
FanfictionEnhypen Heeseung Local Fiction [SHORT STORY] Barga itu gila. Serius. Gilanya memang benar-benar segila 'itu' sampai-sampai mengajak Nina keluar di waktu nyaris menyentuh tengah malam. Dan ya, Nina nggak akan pernah jadi pacar Barga kalau perempuan i...