Nina menurunkan diri tepat begitu sepeda onthel Barga berhenti di depan gerbang kosnya. Perempuan itu lantas tersenyum manis ke Barga begitu dia sukses mendarat di tanah, dihadiahi senyuman yang sama manisnya dari pemuda itu.
"Abis masuk kamar, langsung ganti baju. Jangan mandi lagi. Udah malam," titah Barga, lantas melanjutkan, "Bakpaonya juga masih bisa dimakan buat sarapan besok. Kamu kan sering kesiangan. Jadi kalopun kamu takut telat, kamu jangan skip sarapan."
Senyum Nina tercetak makin lebar di bibirnya. "Iya, Barga."
"Ya udah. Aku pulang, ya, Na?"
Barga baru aja mau bersiap untuk mengayuh kembali sepeda onthelnya, sebelum setelahnya tangan Nina terulur, menitah si pemuda supaya diam sejenak.
Pemuda itu menurut, lantas memfokuskan atensinya ke Nina yang sibuk melepas jaket dari tubuh yang kemudian disodorkannya ke Barga. Sukses membuat Barga terheran-heran sebelum akhirnya berkata, "Kenapa, Na?"
"Dipakai, Barga. Udaranya dingin."
Barga makin heran dibuatnya. "Tapi aku kan udah pakai jaket?"
Barga bisa mendengar Nina berdecak, kemudian berkata, "Jaketmu itu tipis banget tau. Udah mirip kayak singletnya bapakku."
Nina menggerutu di depannya. Tangan perempuan itu masih terulur, lengkap dengan jaket hitam yang setia terabaikan oleh Barga.
Kekehan pemuda itu lantas menguar, tangannya lekas-lekas meraih jaket yang disodorkan, nggak mau menambah gurat amarah di wajah mbak pacar kesayangannya itu.
"Iya, iya, ini aku pakai," katanya dengan tangan yang sibuk memakaikan jaket ke tubuh. "Udah, kan? Aku pulang, ya, Na?"
Nina mengangguk, tangan kanannya melambai, sedangkan tangan kirinya masih senantiasa menenteng kresek berisi bakpao beragam rasa dari Barga. "Dadah, Barga."
"Dadah, Nina."
Nina berjalan menuju kamarnya, mengendap-endap. Agak membuat merinding begitu teringat kalau suara sekecil apapun bisa aja menerjunkan Nina ke lautan masalah malam ini.
Untung, kayaknya Tuhan, semesta, dan lelapnya tidur ibu kos seakan bekerja sama dan mendukung penuh Nina malam ini.
Perempuan itu berhasil tiba di kamar dengan selamat. Suara berisik yang sempat ditimbulkan kunci pun nggak mengganggu kenyenyakan tidurnya penghuni kos.
Nina baru berniat melangkah ke lemari, sebelum suara 'ting!' mencuri atensi. Suaranya mas pacar yang muncul setelah itu membuat Nina lekas-lekas meraih ponsel.
Dan, well, begitu ponsel dihidupkan, perempuan itu merasa dia harus merutuki Barga banyak-banyak besok karena membuatnya gagal mengantuk,
Barga
Nina
Udah di kamar, kan?
Aku nggak bilang ini tadi.
Soalnya gengsi, hehe.
Tapi makasih, Nina.
Makasih udah memaklumi barga yang sering ngeluh ini. Makasih udah bilang terus-terusan kalo mas pacarmu ini nggak sekecil yang dia pikir. Makasih udah marahin aku tiap kali aku merasa nggak berguna. Makasih selalu nggih-nggih aja kalo digangguin tengah malam, walaupun kamu harus ngomel-ngomel dulu.
Aku beruntung, Na.
Barga serius sayang sama Nina❤Nina menghela napas. Rasa ingin memaki muncul, kendati senyuman nggak bisa ditahan untuk nggak muncul di wajahnya.
Duh, Nina jadi kasmaran lagi.
Barga Aditya ini memang benar-benar...
[selesai.]
KAMU SEDANG MEMBACA
jalan malam✔
FanfictionEnhypen Heeseung Local Fiction [SHORT STORY] Barga itu gila. Serius. Gilanya memang benar-benar segila 'itu' sampai-sampai mengajak Nina keluar di waktu nyaris menyentuh tengah malam. Dan ya, Nina nggak akan pernah jadi pacar Barga kalau perempuan i...